Mengisahkan tentang Ling Yi, seorang gadis desa yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat itu pula, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya itu akhirnya menjadi saksi bisu tentang kepedihan, kesedihan, kemarahan, serta kebencian yang memuncak dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Tidak bisa aku maafkan! Penderitaan ini, aku pasti akan mengingatnya seumur hidupku!"
"Akibat ulah mereka, aku sampai harus kehilangan ibuku, ayahku, tempat tinggal, serta semua harta bendaku,"
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, aku pasti akan menghabisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok Yang Hilang
"Xiao Feng, tahan dirimu! Kita tidak boleh membunuhnya sekarang! Masih ada banyak informasi yang harus kita dapatkan darinya! Sadarlah, Xiao Feng!" ucap Yan Cheng yang berusaha melerai cengkeraman Xiao Feng dari Zhang Hao.
"Xiao Feng, jangan! Jangan sampai dia terbunuh! Dia masih berutang penjelasan pada kita! Aku mohon... lepaskan dia, Xiao Feng!" ucap Ling Yi ikut berusaha menyadarkan Xiao Feng.
Xiao Feng akhirnya mendengarkan kata-kata mereka, dan menghempaskan tubuh Zhang Hao ke tanah dengan kasar. Begitulah kesalnya Xiao Feng dengan pengakuan yang di buat Zhang Hao, hingga mengharuskannya memalingkan wajahnya menghadap tembok untuk bisa mengontrol emosinya yang sempat melejit.
Ling Yi pun mendekati Xiao Feng dan mengusap pundaknya untuk membantu meredakan emosinya saat ini.
"Sudah, Xiao Feng. Tidak apa... kamu tidak perlu membunuhnya sekarang. Tenangkan dirimu," ucap Ling Yi lembut sambil menatap Xiao Feng.
Sementara itu, Zhang Hao masih terus memegangi lehernya dan terbatuk-batuk di tanah lantaran sempat hampir kehabisan nafas, berusaha keras menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Namun naas kebebasannya itu tidak berlangsung lama. Karena dengan cepat, Yan Cheng bergantian menyambar tubuh Zhang Hao dan menarik kerah baju pria itu hingga membuatnya terduduk lemas.
"Katakan! Dimana dia?! Di mana kakakku sekarang?!" teriak Yan Cheng sambil menatap Zhang Hao dengan tajam.
Ling Yi dan Xiao Feng pun terkejut saat mendengar Yan Cheng yang selama ini pendiam, tiba-tiba mulai berbicara tentang masalah pribadinya. Mereka berdua pun terus menatap Yan Cheng penuh penasaran, tentang permasalahan apa yang sebenarnya ia miliki terhadap Zhang Hao, dan juga Malam Hitam.
Zhang Hao membalas tatapan Yan Cheng tanpa ragu, dan tersenyum santai.
"Aku tidak mengerti siapa yang kau maksud," tutur Zhang Hao dengan wajah yang amat menyebalkan.
Bugh!!
Satu pukulan kerasa mendarat di wajah pria itu, yang tak lain di layangkan oleh Yan Cheng yang telah terpancing emosi.
"Katakan, atau aku tidak akan mengampunimu!" ucap Yan Cheng penuh penekanan.
Mulai merasa lelah, Zhang Hao akhirnya menyerah dan mulai merespon.
"Kakakmu? Memangnya kenapa? Hm? Untuk apa kau masih saja peduli dengan orang yang meninggalkanmu itu, ha?!" remeh Zhang Hao pada Yan Cheng.
"Itu bukan urusanmu! Sekarang jawab pertanyaanku!" pinta Yan Cheng dengan emosi yang semakin memuncak.
"Dia? Sepertinya... dia sedang di markas besar saat ini? Menjadi tangan kanan dan seorang penjilat yang patuh pada kami seperti biasanya," ucapnya dengan menyeringai, memasang wajah tak berdosa.
"Brengsek kau!" teriak Yan Cheng sambil melayangkan tangannya, hendak menghantam wajah Zhang Hao sekali lagi. Namun,
Happ!
Seorang pria tiba-tiba datang dan menghentikan tangan Yan Cheng yang nyaris mengenai Zhang Hao. Kedatangannya begitu tiba-tiba, langkahnya sama sekali tidak terlihat oleh mata telanjang, seperti layaknya bayangan hitam yang bergerak secepat kilat ke tempat ini.
Tangannya yang kekar mencengkeram tangan Yan Cheng dengan kuat da berhasil menggagalkan niat pria tersebut.
"S-siapa dia?" batin Ling Yi terkejut.
Xiao Feng di sebelahnya juga tak berkutik, hanya memantau dengan kedua matanya yang setia menatap tajam.
"Tidak apa, Ling Yi. Pergilah temui ayahmu, dan jaga dia. Aku akan tetap di sini dan mengawasi mereka. Jika situasinya sudah aman, aku akan datang menemuimu," ucap Xiao Feng dengan wajah seriusnya.
Ling Yi pun hanya bisa mengangguk patuh dan pergi meninggalkan Xiao Feng, lalu melangkah menuju ruang sandera dan menemui ayahnya.
"Ayah..." ucap Ling Yi sambil tersenyum dan menghampiri ayahnya yang sudah menunggu di dalam ruangannya.
"Ling Yi... syukurlah kamu selamat. Kamu hebat, sayang," ucap Ling Chen sambil memeluk Ling Yi, dan mengusap kepalanya dengan lembut.
"Apa kamu terluka? Di mana? Tunjukkan pada ayah?" ucap Ling Chen sembari menatap sekujur tubuh Ling Yi untuk menemukan luka yang kemungkinan terdapat di sana.
Ling Yi pun tersenyum lega dan bahagia karena bisa kembali mendapatkan perhatian seperti ini dari ayahnya.
"Tidak apa, ayah. Aku hanya terluka sedikit saja. Ayah tidak perlu khawatir, ya?" ucapku dengan lembut.
Ling Chen pun menatap Ling Yi dan tersenyum, lalu memberi kecupan hangat di keningnya.
"Nak, tadi kami mendengar suara pertempuran dari luar sana, sepertinya ada ramai pasukan jahat yang datang. Apa kamu kamu baik-baik saja?" tanya salah seolah warga yang berada dekat dengannya.
"Nak, apa kalian sudah berhasil mengalahkan mereka? Kapan kita akan pergi dari tempat ini? Bagaimana keadaan di luar sana?" tanya warga lainnya dengan menatap Ling Yi penuh harap.
Ling Yi pun tersenyum dan menatap orang-orang di sekelilingnya.
"Tenang saja, pak, bu. Keadaannya sudah lebih stabil sekarang. Mereka hanya tinggal menyelesaikan permasalahan kecil sekarang ini. Setelah selesai dan mendapat arahan dari rekanku, maka kita semua bisa keluar dari sini bersama-sama," ucap Ling Yi dengan lembut, memberi pengertian kepada para warga yang terkurung di dalam ruangan itu.
Setelah mendapatkan penjelasan, mereka pun tersenyum lega, dan ruangan itu perlahan-lahan menjadi ramai dengan suara tepuk tangan dari mereka semua.
"Terima kasih, nak,"
"Terima kasih banyak, ya?"
"Kalian menakjubkan, Ling Chen. Anakmu sangat hebat!"
"Kamu hebat, gadis cantik. Kami benar-benar beruntung!"
"Luar biasa, nak. Kamu sangat pemberani!"
"Terima kasih, ya, sudah datang menolong kami,"
Pujian demi pujian terlontar bebas dari mulut mereka untuk Ling Yi dan juga Ling Chen, bersorak gembira menyambut kebebasan mereka. Ling Yi amat bahagia dan terharu mendengarnya, merasa bahwa itu semua telah berhasil mengobati rasa rindunya dengan para warga di desanya dulu yang juga sering berinteraksi dengannya dengan tak kalah ramah.
Terlebih lagi kepuasan Ling Yi kian meningkat saat ayahnya ikut dibanggakan oleh para warga di ruangan itu lantaran mereka menganggap Ling Yi sebagai anak luar biasa yang membawa keberuntungan mereka.
Namun, di samping rasa bahagia itu, Ling Yi tidak pernah bisa menghilangkan rasa kekhawatirannya untuk apa yang akan terjadi di luar sana, di lorong terowongan tempat mereka baru saja bertempur.
"Apakah mereka akan baik-baik saja?" lirih Ling Yi dalam hati sambil saat terbayang wajah Xiao Feng dan juga Yan Cheng, menatap dalam diam ke arah ambang pintu.
----------------
Di sisi lain, sejak kepergian Ling Yi dari lorong itu, Yan Cheng seketika menoleh menatap pria di belakangnya yang telah berani menghentikan tangannya, yang berakhir membuatnya terkejut bukan main.
Siapa sangka, seseorang yang baru saja ia tanyakan keberadaannya, seseorang yang ia cari-cari selama ini, kini tiba-tiba muncul dan berdiri tegak tepat di sebelahnya.
Penampilan pria itu memanglah sudah jauh berbeda dengan sosok pernah ia kenal sebelumnya, di mana kini ia telah ikut serta berpakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah yang menjadi ciri khas para pasukan Malam Hitam.
Namun, penutup wajah yang ia kenakan itu tidak berhasil menggagalkan Yan Cheng yang masih dapat mengenali dirinya dengan sangat baik.
Yan Cheng menguraikan genggaman tangannya pada kerah baju Zhang Hao. Zhang Hao terlihat tersenyum puas menyaksikan pertunjukan di hadapannya yang begitu menyenangkan bagi dirinya untuk dinikmati.
Dengan kasarnya, pria misterius itu langsung menghempaskan tangan Yan Cheng yang sempat ia cengkeram kuat. Namun, dengan cepat Yan Cheng segera meraih kembali tangan pria itu, menggunakannya sebagai pegangan untuk bangkit perlahan-lahan.
Meski dengan langkah yang terbata-bata, Yang Cheng tetap berusaha menyeimbangkan tubuhnya di hadapan pria itu. Mirisnya, pria itu justru tampak menatap Yan Cheng dingin seolah-olah hanya orang asing, sangat bertolak belakang dengan Yan Cheng yang terus menatapnya penuh harap, dan mengucap lirih,
"Kakak..."
🤗