Setelah ibundanya meninggal, sang ayah pulang membawa istri baru dan tiga orang anak.
Fania yang dulunya putri tunggal kesayangan, kini harus mengalami cobaan hidup yang pahit. Ibu dan kakak tiri yang selalu menyiksanya, membuat sang gadis kecil ketakutan.
Kabur dan bersembunyi di sebuah desa kecil bersama simbok tercinta, dan dukungan orang-orang yang menyayanginya, Fania kecil berusaha tumbuh melawan trauma dan rasa takutnya.
Kecurigaan orang-orang terhadap kematian Ibundanya, menyingkap kebenaran atas kematian Ibundanya.
Terus berguru dengan orang-orang hebat. Fania tumbuh menjadi gadis yang kuat dan berani. Ia bertekad untuk membalaskan kematian Ibundanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CloverMint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 22
...-----------------***------------------...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan like dan vote sebanyak-banyaknya ya!! Terima kasih.❤...
...-----------------***------------------...
Saat duduk di teras rumah bersama Nia, Anton mengamati lingkungan tempat tinggal Nia dan Mbok Nah dengan seksama.
"Nia suka tinggal disini?" tanya Anton sambil menatap bocah kecil yang sudah banyak berubah sejak pertama kali berjumpa hingga sekarang.
"Senang dong,Om. Nia disini punya banyak teman! Teman-teman Nia baik dan ramah." ucapnya bangga.
"Ah yang benar?" ucap Anton ingin menjahili Nia.
"Benar Om! kan kata Mbok Nah kita nggak boleh bohong!"
"Iyaa deh, Om percaya sama Nia." ucap Anton sambil mengacak rambut Nia.
"Om, kita ke rumah Pakde yuk!" ajak Nia.
"Boleh, yuk." jawab Anton .
Anton ingin mengenal dan menyelidiki siapa itu Pak Rojak. dan orang yang seperti apa.
Nia lalu masuk ke dalam rumah.
"Mbok, Mbok Nah, Nia mau ke rumah Pakde sama Om Anton ya" pamit Niaa.
"Iya iya" saut mbok Nah dari arah dapur.
"Nenek kemana mbok?"
"Nenek lagi istirahat, sayang. Nia main sama Om Anton dulu ya."
"Yasudah kalau gitu, Mbok. Nia pergi dulu ya mbok!" pamit Nia sambil berlari kecil keluar rumah.
"Ayo Om!" ajak Nia yang sudah kembali ke teras dan melihat Anton berdiri di dekat pagar rumah.
Sesampai dirumah Pak Rojak, Nia dan Anton mengucapkan salam, dan Nia langsung masuk ke dalam rumah mencari Pak Rojak.
Nia menemukan pakdenya sedang duduk di balai-balai bersama Bude.
"Pakde, Bude" sapa Nia .
Pak Rojak dan Bu Rojak menengok ke arah suara yang memanggilnya itu. Bu Rojak yang melihat kedatangan Nia., langsung memeluknya begitu Nia sudah mendekati mereka.
Anton yang mengikuti Nia, mengucapkan salam dan berdiri di dekat balai-balai yang diduduki pemilik rumah.
"Ini siapa Nia?" tanya Bu Rojak.
"Ini Om Anton, Bude Baru datang tadi sama nenek."
"Perkenalkan saya Anton" sapa Anton sambil menjulurkan tangan ke arah pak Rojak, yang juga disambut oleh Pak Rojak.
Anton merasakan tangannya mendapat tekananm Anton tahu Pak Rojak mengajak Anton untuk uji kekuatan. Tidak mau kalah, Anton mengeluarkan tenaga untuk menahan serangan diam tersebut.
"Saya Rojak, guru silat Nia" ucap Pak Rojak sambil tersenyum dan melepaskan tangannya.
"Dan itu istri saya Asih".
Pak Rojak memperkenalkan istrinya juga, dan diberi angukan oleh Asih.
"Mari silahkan duduk." ucap Bu Asih sambil bangun dari balai-balai lalu menggandeng tangan Nia dan berjalan ke dalam rumah.
"Nia kita ke dalam, yuk. Tadi Bude buat kue kesukaan Nia." ajak Asti. yang diikuti anggukan Nia.
Anton sudah duduk menemani pak Rojak di balai-balai.
"Silahkan dminum, Ton" ucap Pak Rojak sambil menuang teh hangat dari teko ke dalam gelas baru yang memang sudah tersedia di atas nampan.
"Kamu polisi ya, Ton?" ucap pak Rojak sambil menatap Anton dengan seksama.
"Kok tahu, Pak?" tanya Anton kaget mendengar tebakan pak Rojak sangat tepat.
"Hahaha, saya dulunya juga polisi, Ton. Tapi saya pensiun dini." jawab pak Rojak sedikit merenung.
"Kenapa pensiun dini Pak?" tanya Anton spontan yang sebenarnya sudah sedari tadi penasaran dengan asal usul Pak Rojak yang terlihat mempunyai karisma kuat.
"Ada masalah saat itu Ton. Putraku satu-satunya mendapat musibah saat aku bertugas... Dia diculik dan dibunuh oleh sindikat yang aku kejar waktu itu. Kejadian itu membuat istriku syok dan mengalami trauma. Akhirnya, aku mengajukan pensiun dini dan pindah kemari" cerita pak Rojak tanpa menutupi masa lalu nya.
"Maaf saya sudah membuka luka lama bapak." ucap Anton sedikit menyesal bertanya tadi.
"Tidak apa apa Ton, semua sudah takdir." ucap pak Rojak tersenyum.
"Kamu kenal Pak Sanusi di pusat, Ton?" tanya pak Rojak.
"Kenal Pak. Pak Sanusi dengan panggilan algojo kan? Beliau atasan saya, Pak." ucap Anton tertawa.
"Wahhh! Sudah naik pangkat juga bocah ingusan itu, salam untuknya ya, Ton." ucap pak Rojak tertawa mengingat anak buahnya yang diasuh sudah naik pangkat sekarang.
"Laksanakan, Dan!" jawab Anton tegas.
Mengetahui kalau pak Rojak adalah senironya, membuat Anton secara spontan menaruh hormat lebih.
"Terima Kasih ya, Pak. Karena sudah mau membimbing menyayangi Nia." ujar Anton .
"Hmm, Nia sebenarnya ada masalah apa Ton?" tanya pak Rojak sambil menatap mata Anton.
Karna Anton mengetahui siapa itu Pak Rojak, Anton memutuskan untuk memercayai beliau dan menceritakan semua masalah yang dialami oleh Nia dan keluarganya tanpa ada yang ditutupi sedikitpun. Anton berharap, Pak Rojak mau melindungi Nia selama tinggal di desa persembunyiannya ini.
"Kasihan Nia. Pertama berjumpa, aku melihat sorot matanya yang sayu dan penuh rasa takut. Aku juga melihat banyak bekas luka di tubuhnya" ucap Pak Rojak.
Anton mengeluarkan HP dan membuka galeri foto, Anton memperlihat wajah Wahyu, ayah Nia dan wajah Laura, ibu tiri Nia.
Pak Rojak mengamati wajah Wahyu sambil mengangguk-angguk, kemudian beralih ke foto Laura. Tiba tiba, Pak Rojak mengambil Hp Anton dan memerhatikan foto Laura dengan seksama, ditelitinya dengan cermat wajah ibu tirinya Nia tersebut. Wanita ini, iya wanita ini yang membawa putranya untuk dibawa ke sindikat itu, pikir pak Rojak. Pasti dia, aku tidak mungkin lupa batin pak Rojak.
"Wanita ini siapa namanya, Ton" tanya Pak Rojak dengan gusar.
"Namanya Laura, dia yang sekarang menjadi ibu tiri Nia dan mempelakukan Nia dengan buruk, Pak. Dari hasil penyelidikan kami, wanita ini juga pernah bergabung dalam sindikat narkoba." ucap Anton .
"Benar, benar... Tidak salah lagi.. Wanita ini adalah Sumini." kata pak Rojak dengan amarah terpancar di wajahnya.
"Sumini?" ucap Anton bingung,
"Informasi yang saya miliki, Laura ini pernah bekerja di rumah Fernandez, salah satu sindikat narkoba yang masih belum bisa kami tangkap. Hanya itu informasi yang berhasil saya dapatkan dari penyelidikan terakhir." ucap Anton .
"Fernandez... Hahaha memang dia biang dari segala malapetaka." ucap pak Rojak dengan wajah yang memerah karena amarah yang tak terbendung.
"Akhirnya aku menemukan kalian, Fernandez.. Dan juga kau Sumini."
yang di padepokan juga namanya Abah Jauhari