IG : Srt_tika92
Giska, gadis yatim piatu yang tinggal dengan keluarga mantan majikan kedua orang tuanya.
Aurel adalah salah satu anak dari keluarga dimana Giska tinggal.
Aurel dan Giska selalu bersekolah di tempat yang sama, karena memang usia mereka sebaya.
Mereka pun terjebak mencintai pria yang sama. Hingga Giska merelakan pria itu untuk menikah dengan Aurel.
Hingga suatu saat, Aurel datang tiba tiba menemui Giska untuk menikah dengan suaminya.
Ikuti kisah cinta mere hanya disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 14
Pagi hari pun tiba, sepasang kekasih itu masih tertidur nyenyak di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka. Perlahan pergerakan kelopak mata yang ditumbuhi bulu lentik itu mengerjap karena terkena paparan sinar matahari.
Giska pun meregangkan tubuhnya yang terasa pegal.
" Pagi sayang.. " Giska segera membuka kedua bola matanya saat mendengar sapaan dari Davon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu.
" Pagi.. " senyuman terbit di wajah Giska.
Tatapan mereka saling bertemu, jarak diantara mereka sangatlah dekat. Davon membelai wajah Giska dengan penuh kasih sayang.
" Sangat cantik. " ucapnya memuji kecantikan wanita yang ada di sampingnya.
Giska tersenyum malu, lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Davon. Bayangan pergulatan tadi malam membuat Giska malu dan enggan melihat wajah Davon. Giska tidak menyangka jika semalam mereka telah benar-benar melakukannya.
" Giska.. "
" Hem.. " Giska mendongakkan kepalanya.
Giska sudah menatap Davon, menanti kalimat selanjutnya, namun kalimat itu tak kunjung keluar dari mulutnya hingga mereka hanyut dalam keheningan yang memabukkan, terlihat jelas dari kilatan mata mereka.
Perlahan Davon menyatukan bibir mereka, ciuman itu menjadi awal pergulatan pagi mereka dengan gelora cinta yang membara dan keinginan yang menggebu.
" Terimakasih. " ucap Davon setelah selesai pelepasan di pagi ini. Giska memeluk erat tubuh Davon, menyalurkan rasa sayang yang begitu dalam.
" Kamu mau godain aku lagi? " tanya Davon ketika Giska enggan melepaskan pelukannya.
" Iihh.. gak lah " Giska mengendurkan pelukan itu.
Davon terkekeh, " Kalo mau lagi, ayo... gak usah malu. Aku siap tempur kok ampe malem lagi. "
Giska memberikan cubitan di perut Davon.
" Aawww... kok di cubit sih. "
" Abisnya kamu tuh nakal! " Giska.
" Tapi kamu suka kan aku nakalin kamu. " godanya lagi.
" Au ah. "
" Mandi bareng yuk. " ajak Davon.
Belum sempat Giska menjawab, bunyi ponsel Davon terdengar. Davon segera meraih ponselnya. Senyum yang mengembang di wajah tampan itu menyurut dengan sendirinya.
" Hallo.. " ucapnya datar. Sementara Giska masih berbaring di samping Davon dan mendengarkan percakapan Davon.
" Kamu dimana Von, " suara Aurel terdengar di sebrang sana.
Davon melirik ke arah Giska sebelum menjawab pertanyaan Aurel. " Aku di Labuan bajo Rel, "
Mendengar nama Aurel, Giska segera melilitkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan beranjak ke kamar mandi. Giska tidak ingin mendengarkan percakapan suami istri itu yang akan membuatnya sakit hati.
" Ngapain? sama siapa? " tanya Aurel.
" Aku ada urusan pekerjaan disini. " jawab Davon, tatapannya terus mengawasi pergerakan Giska yang masuk ke dalam kamar mandi. Davon tau, Giska merasa risih dengan kehadiran Aurel di tengah kebersamaan mereka meski hanya lewat panggilan telepon.
" Kapan pulang Von? "
" Dua hari lagi. udah dulu ya, aku harus bersiap. " Davon memutuskan panggilannya secara sepihak sebelum Aurel kembali bertanya.
Davon melempar sembarang ponselnya di ranjang lalu menyusul Giska yang sudah ada di kamar mandi.
Gemericik air mengalir membasahi tubuh Giska, dinginnya air menyentuh kulit Giska menyejukkan hatinya yang mulai memanas saat dirinya membayangkan wanita lain yang mendapatkan perlakuan sama dari suaminya.
Bayangan Davon ketika bercumbu dengan Aurel seketika terlintas di benaknya. " Apa dia juga seperti ini jika sedang bersama Aurel? bahkan tubuhnya bukan hanya milikku, membayangkan saja membuat ku sakit. "
Lamunannya melebur ketika sepasang lengan kokoh melingkar di perutnya, beberapa kecupan mendarat di bahunya.
Giska membalikkan tubuhnya agar bisa melihat Davon yang sudah ikut serta terguyur air shower, tubuh mereka sama-sama basah.
" Aku mencintaimu. " ucap Davon untuk menyakinkan Giska bahwa dia satu-satunya wanita yang ia cintai, meski ada wanita lain di kehidupannya.
Giska memeluk erat tubuh Davon. " Aku juga sangat mencintaimu, aku takut... aku takut kehilangan mu untuk yang kedua kalinya. "
" Sstttt.. " Davon membungkam bibir Giska dengan telunjuknya. " Aku tidak akan pernah meninggalkan mu. Percayalah. " Davon membalas pelukan Giska dengan sangat erat.
Mereka pun menyelesaikan mandi tanpa melakukan kegiatan apapun. Karena Davon akan pergi meninjau kembali pekerjaannya di lapangan.
Setelah Davon pergi, Giska melanjutkan kembali tidurnya yang sangat kurang, setelah sarapan pagi tentunya.
Sesuai permintaan Davon, ponsel Giska sementara di nonaktifkan agar Aurel tidak mengganggu dan menanyakan keberadaannya. Davon akan menghubungi Giska lewat telepon yang tersedia di kamar hotel itu, jika ada sesuatu yang sangat penting.
***
Di tempat lain, Aurel tengah mencari keberadaan Giska. Dia juga menyempatkan diri pergi ke perusahaannya Davon, menanyakan benar atau tidak jika Davon memiliki pekerjaan di luar kota.
" Tom, lo kok gak ikut Davon? biasanya lo kemana mana sama Davon? " tanya Aurel keti sudah sampai di perusahaan Davon dan segera menghampiri Tomi di ruang kerjanya.
" Gue handle pekerjaan yang disini, Davon bisa atasin sendiri kok kerjaan disana. " ucap Tomi yang tidak ingin membongkar kepergian Davon dan Giska.
" Oh.. tumben. " Aurel masih tak percaya dengan jawaban Tomi.
" Terus dimana Giska? dia udah mulai kerja disini? " Aurel.
" Mana gue tau! bukan urusan gue juga. " Tomi menjawab sekenanya tanpa menghentikan jemarinya yang sibuk mengetik.
" Aneh, ponselnya gak bisa di hubungin. " Aurel.
" Lowbatt kali, lupa nge-charger. " Tomi.
" Emm.. di apartemen kali ya. lo tau kan alamat apartemen Davon yang sekarang Giska tempat ini. " Aurel tak menyerah untuk meyakinkan perasaannya yang tak tenang sedari tadi.
Tomi menelan salivanya, dan gugup. " Emm.. gue gak tau. "
" Masa lo gak tau sih!! " protes Aurel.
" Ya kan Apartemen yang dulu udah di tempati karyawan teladan di perusahaan ini, di jadikan inventaris. kalo apartemen Giska gue gak tau. " bohong Tomi.
" Oh... " Aurel.
" Lagian lo ngapain sih nyariin Giska, kaya lo gak ada kerjaan aja. " selidik Tomi yang ingin tau apa yang sedang di pikirkan oleh Aurel.
" Gak tau, gue cuma ngerasa Davon pergi sama Giska. " Aurel.
" Loh mereka kan suami istri jadi wajar kalo berduaan. " jawab Tomi. " Yah meski lo juga istri pertamanya. "
" Emm.. bukan gitu, gue cuma gak mau di bohongin aja. " ucap Aurel dengan nada lirih.
" Emang lo gak bakalan sakit jika mereka pergi berdua terang - terangan? bukannya mending lo gak tau. " Tomi.
" Iya sih, tapi gue gak rela. "
Tomi menghela nafasnya, " Bukannya lo sendiri yang nyuruh Giska nikah sama Davon. " ucap Tomi mengingatkan Aurel, jika dia sendiri yang memilihkan wanita untuk Davon. Meski sebenarnya pilihan itu salah dan merugikan Aurel sendiri tanpa sepengetahuan Aurel.
" Iya sih.. "
" Gue harap lo gak bakal menyesali keputusan lo sendiri. Dan menyakiti Giska yang rela berkorban di jadiin madu lo. " jelas Tomi.
" Toh lo yang memaksa Giska kan? " Tomi.
Aurel terdiam dan memikirkan perkataan Tomi yang memang benar adanya. Dia harus menanggung resiko jika hatinya akan tersakiti melihat Davon bersama Giska.
" Giska harus segera hamil, agar semua ini cepat selesai. "
*
*
*
JANGAN LUPA BERIKAN DUKUNGAN KALIAN.
VOTE, KOMEN DAN LIKE.
TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBERIKAN DUKUNGAN. SAMPAI JUMPA LAGI DI EPISODE BERIKUTNYA..
Bye.. bye..
👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻