Salah satu Klan terbesar di Kerajaan Xia sedang diambang kehancuran karena ancaman musuh dari dalam dan luar Klan. Sayangnya, Tuan Muda mereka justru masih berkutat dengan seni beladirinya yang tidak juga berkembang karena cacat di dalam tubuhnya.
Di sisi lain, tunangannya yang berbakat dan begitu cantik telah menjadi banyak incaran Tuan Muda yang lebih hebat darinya.
Dengan kondisi ini, apa yang bisa dilakukan Tuan Muda yang tidak berguna ini? Bisakah dia membangkitkan elemen dalam dirinya? Bisakah dia melindungi keluarga dan tunangannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tuan Takur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Terduga
Meski Difa Ning terus mengikutinya, namun Luo Chen tetap berjalan santai tanpa menghiraukannya. Hal ini semakin membuat Difa Ning marah hingga urat-uratnya mulai menyembul keluar.
“Luo Chen, jika kamu menolak membatalkan kontrak pernikahan, satu-satunya yang akan mendapat masalah adalah kamu." Difa Ning kembali berbicara.
"Semakin berbakat kakak Jiang Meilin, semakin banyak masalah yang akan kau hadapi. Orang tuamu telah menghilang selama bertahun-tahun, dan bahkan Klan Luo sendiri berada di ambang kehancuran. Statusmu sebagai tuan muda tidak akan mampu melindungimu lebih lama lagi.”
“Kau tidak tahu kan berapa banyak pemuda yang sangat berbakat dan memiliki latar belakang kuat, yang mengejar kakak Jiang Meilin?!"
“Meskipun orangtuamu telah merawatnya dengan baik, bukan berarti kau bisa memaksanya membalas budi dengan cara seperti ini!"
“Luo Chen, jika kau menolak untuk membatalkan kontrak pernikahan dengannya, bahkan di Akademi ini pun akan ada orang yang akan terus mencoba menyingkirkanmu!”
Mendengar rentetan kalimat Difa Ning, Luo Chen akhirnya berhenti. "Oh? Memangnya siapa itu?"
Difa Ning mendengus pelan. "Kau tahu kan Bei Kun dari klan Bei? Dia sudah mengumumkan bahwa jika kamu masih terus bersama Kakak Jiang Meilin, dia ingin bertemu denganmu di Qingfeng dua hari lagi."
Luo Chen terkekeh. "Oh, aku kenal dia. Dulu, dia selalu memujaku."
Ketika orangtua Luo Chen masih hidup, kata-kata Klan Luo hampir sama berbobotnya dengan kata-kata gubernur Provinsi Tianshu. Saat itu, Bei Kun sering mengunjungi Luo Chen dan menyatakan persahabatannya yang abadi.
Siapa sangka beberapa tahun kemudian, situasi Klan Luo akan berubah total dan mantan sahabatnya ini kini akan datang untuk menantangnya?
Dulu, hobi favorit Bei Kun adalah mengadakan jamuan makan di Hotel Qingfeng, dan ia sering memberikan undangan hangat kepada Luo Chen. Namun sekarang, ia malah mengusulkan pertemuan hanya untuk menantangnya? Pria itu cukup lugas.
Difa Ning berkata lagi, “Luo Chen, kau tak perlu mengejeknya. Beginilah dunia ini. Ketika klanmu kuat, banyak yang akan menjilatmu. Sekarang setelah Klan Luo melemah, mengapa orang lain harus segan padamu? Bahkan di masa lalu, yang mereka hormati adalah orangtuamu, bukan dirimu.”
Luo Chen mengangguk setuju. "Aku setuju dengan apa yang kau katakan."
Selama dua tahun terakhir, Luo Chen dengan cepat menyadari betapa mudahnya keberuntungan dan persahabatan itu berubah. Karena itu, ia tidak mengatakan apa-apa lagi dan mempercepat langkahnya meninggalkan Akademi.
Namun Difa Ning tetap mengikutinya. Ia tampak enggan mengakhiri masalah ini, dan terus mengoceh tanpa henti. Setiap ucapannya hanya bertujuan untuk satu hal – agar Luo Chen bersedia melepaskan Jiang Meilin.
Luo Chen kini tahu bahwa cara terbaik menghadapi orang seperti itu adalah dengan mengabaikannya. Ia pun terus berjalan tanpa menghiraukan sepatah kata pun yang diucapkan Difa Ning.
Setelah melewati serangkaian lorong, Luo Chen akhirnya keluar dari Akademi. Begitu tiba di luar, ia tiba-tiba menyadari bahwa tingkat kebisingan di sekitarnya tampak menurun drastis. Bahkan ocehan Difa Ning pun tampak terhenti.
Merasa penasaran, Luo Chen pun menoleh untuk melihatnya. Saat ini, wajah Difa Ning memerah. Sorot kegembiraan terpancar di matanya saat ia menatap tangga batu di luar Akademi.
Karena curiga, Luo Chen mengikuti arah pandangannya dan melihat sebuah kereta kuda terparkir di depan tangga.
Kereta kuda itu berdesain antik dan megah, serta cukup luas. Empat rodanya berwarna merah murni, ditarik oleh seekor kuda singa yang gagah. Di bagian depan kereta kuda terdapat sebuah lambang yang sangat familiar, lambang Klan Luo.
Lalu, apa alasan wajah Difa Ning memerah? Tentu saja bukan karena kereta kuda Keluarga Luo ini, melainkan karena wanita muda yang berdiri di depan kereta.
Wanita muda itu mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda kasual, dan wajahnya tampak anggun sekaligus menawan. Kulitnya berkilau di bawah sinar matahari terbenam.
Ia mengenakan jubah biru pendek, memegang cambuk tipis, dan mengenakan rok perang pendek. Di balik rok perang itu terdapat sepasang kaki putih ramping yang menggoda.
Tetapi yang paling menarik perhatian adalah matanya yang murni, berkilau keemasan, dan bersinar seperti matahari.
"Dia Jiang Meilin?"
Serangkaian gumaman mulai terdengar dari luar Akademi, saat siswa yang tak terhitung banyaknya menatap sosok ramping Jiang Meilin. Mereka tak pernah menyangka bahwa pada hari ini, mereka akan berkesempatan bertemu langsung dengan lulusan legendaris Akademi Nanfeng ini.
Luo Chen melewati kerumunan yang berbisik-bisik dan bersemangat saat menuruni tangga. Dia berjalan ke samping Jiang Meilin dan berkata, "Kak Meilin, kapan kamu kembali ke Kota Nanfeng?"
Meskipun Klan Luo berasal dari Nanfeng, namun setelah menjadi salah satu dari empat klan besar Kerajaan Xia, Klan Luo telah memindahkan kantor pusatnya ke ibu kota Kerajaan Xia, Kota Xia.
Setelah Jiang Meilin diterima di Perguruan Tinggi Kebijaksanaan Langit, perguruan tinggi tertinggi di Kerajaan Xia, ia juga pindah ke Kota Xia. Selama dua tahun terakhir, ia juga disibukkan dengan urusan pengelolaan Rumah Luo, sehingga jarang kembali ke Nanfeng. Sudah cukup lama sejak Luo Chen terakhir kali bertemu dengannya.
Jiang Meilin melirik Luo Chen, lalu berkata dengan suara tenang, "Besok adalah ulang tahunmu yang ketujuh belas. Selain itu, Klan Luo memiliki beberapa urusan penting yang harus dibicarakan di sini. Aku baru tiba di Nanfeng hari ini, jadi kupikir Aku harus menjemputmu dan mengantarmu pulang."
Suaranya sangat menyenangkan untuk didengar, renyah sekaligus tenang, seperti air dari mata air pegunungan yang dalam yang jatuh di atas batu giok.
Luo Chen mengangguk. Sikap Jiang Meilin sama sekali tidak mengejutkannya. Ia sudah mengenalnya sejak lama, memang begitulah kepribadiannya.
"Ayo berangkat," kata Luo Chen. Jiang Meilin terlalu populer di Akademi Nanfeng. Hanya dengan berdiri di sini, ia telah menjadi pusat perhatian semua orang. Akibatnya, Luo Chen merasa seolah-olah semua orang menatapnya tajam.
Jiang Meilin mengangguk pelan, tetapi tidak langsung berbalik. Ia malah menatap Difa Ning yang berdiri tepat di belakang Luo Chen dengan wajah gembira. "Namamu Difa Ning kan?"
Difa Ning mengangguk berulang kali, wajahnya memerah karena gembira. "Kamu masih mengingatku Kak Jiang?"
Jiang Meilin berkata pelan, "Kuharap kamu tidak mengganggu Luo Chen lagi. Kalau tidak... Aku mungkin harus merepotkan kakakmu di Perguruan Tinggi Kebijaksanaan Langit."
Ekspresi kegembiraan di wajah Difa Ning langsung membeku. Terpaku oleh tatapan mata keemasan Jiang Meilin, ia mengangguk gugup. Ia tidak lagi menunjukkan kepercayaan diri dan kesombongan seperti yang ia tunjukkan di hadapan Luo Chen.
Setelah berbicara, Jiang Meilin berbalik dan memasuki kereta bersama Luo Chen, jubah birunya berkibar pelan. Beberapa saat kemudian, kuda singa itu meraung panjang sebelum membawa mereka pergi menembus kabut.
Sedangkan Difa Ning, ia hanya berdiri di sana dan menyaksikan kereta berangkat. Setelah cukup lama, ia akhirnya menggosok matanya dengan raut wajah yang tampak mabuk.
"Kakak Jiang… dia sangat keren! Aku sangat kagum padanya!"