NovelToon NovelToon
Tea And Sword'S

Tea And Sword'S

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Diam-Diam Cinta / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:578
Nilai: 5
Nama Author: Aludra geza alliif

yang Xian dan Zhong yao adalah 2 saudara beda ayah namun 1 ibu,.
kisah ini bermula dari bai hua yg transmigrasi ke tubuh Zhong yao dan mendapati ia masuk ke sebuah game, namun sialnya game telah berakhir, xiao yu pemeran utama wanita adalah ibunya dan adipati Xun adalah ayahnya,,.
ini mengesalkan ia pernah membaca sedikit bocoran di game love 2 dia adalah penjahat utama, ini tidak adil sama sekali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra geza alliif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rumah baru

---

Kasus itu selesai… terlalu mudah, pikir Zhong Yao. Bahkan untuk seorang seperti dirinya yang malas memutar otak, ini seperti potongan puzzle yang sengaja disusun agar pas. Tapi ia terlalu lelah untuk curiga. Otaknya ingin tidur, bukan mencurigai.

Ia masuk ke rumah barunya, masih asing tapi hangat. Ruangan bergaya elegan namun minimalis, perabotan disusun rapi seperti seseorang telah lama merencanakan keberadaan rumah ini untuknya. Ia melirik sekeliling, lalu menjatuhkan tubuh ke sebuah kursi kayu bersandaran lengkung. Dengan santai, ia membuka kipas lipatnya, memainkannya di tangan sambil menatap langit-langit.

"…Bisa ditoleransi," gumamnya datar, seolah memberi nilai pada takdir.

Namun perutnya memberi penilaian berbeda—berbunyi keras, memprotes keterlambatan makan. Ia mengerang pelan dan berdiri, melangkah menyusuri lorong, mencari dapur. Tapi rumah ini terlalu luas, atau tamannya terlalu rumit—entah bagaimana, ia tersesat di jalan setapak yang berkelok antara pohon-pohon sakura dan semak anggrek.

Ia berhenti di tengah taman kecil yang dipenuhi cahaya bulan.

"Lu Yu membeli rumah dengan taman seluas ini? Ini bukan rumah... ini labirin," gerutunya kesal.

Angin malam bertiup pelan, membawa aroma masakan yang samar, lalu disusul suara pelan namun pasti dari belakangnya.

"Ikut aku, makan malam sudah siap."

Zhong Yao menoleh. Lu Yu berdiri di sana, jubah putihnya terangkat sedikit ditiup angin. Tak menunggu jawaban, ia berbalik, berjalan perlahan menyusuri jalan berbatu yang mengarah ke sisi belakang rumah.

Zhong Yao, entah mengapa, mengikuti tanpa membantah.

Mereka tiba di sebuah paviliun kecil di samping kolam. Teratai bermekaran tenang di atas permukaan air, dan ikan koi bergerak anggun di bawahnya, seakan menyambut malam dengan tarian. Cahaya lentera menggantung di langit-langit rendah, memantul di air dan menciptakan kesan seolah mereka duduk di atas bintang-bintang.

Makanan sudah tersaji—sederhana namun harum: sup ayam dengan jamur hitam, tahu panggang, nasi hangat, dan acar buatan tangan.

Zhong Yao langsung duduk dan makan dengan lahap, seolah seluruh keanggunannya luntur oleh rasa lapar. Lu Yu menatapnya dengan ekspresi tak terdefinisi—campuran geli dan sayang yang tersembunyi rapat di balik sorot mata tenangnya.

Setelah beberapa suap, Zhong Yao meneguk teh hangat, lalu bersandar malas. "Aku akan pergi mandi," katanya pendek, sambil berdiri dan menggeliat.

Lu Yu mengangguk. "Di paviliun kanan. Air hangat sudah disiapkan."

Zhong Yao berjalan pelan, lalu menoleh sejenak sebelum masuk ke koridor. "Rumah ini... tidak buruk, Lu Yu. Terima kasih."

Lu Yu hanya mengangguk lagi, matanya mengikuti langkah Zhong Yao hingga menghilang di balik pintu. Di balik ketenangannya, ia menggenggam erat gagang cangkir teh. Ada rasa lega, dan sedikit... khawatir.

Karena ia tahu, malam itu terlalu tenang. Dan ketenangan seperti ini... biasanya hanya datang sebelum badai.

Uap hangat memenuhi paviliun mandi. Wangi daun jeruk dan kayu manis menggantung di udara, berasal dari air rendaman yang dituangkan pelayan sebelum pergi. Zhong Yao masuk pelan-pelan, membuka jubah luarnya dengan enggan. Badannya terasa berat, tulangnya seolah menolak semua bentuk kerja keras, termasuk berdiri.

"Apa hidup ini tidak bisa lebih ringan dari kasur empuk?" gumamnya, sambil menjejakkan kaki ke dalam air.

Begitu ia tenggelam sampai leher, rasa letih itu berubah jadi selimut tak kasatmata. Air hangat membelai kulitnya, menenangkan saraf-saraf yang tegang sejak perjalanan dan penyelidikan. Tanpa sadar, kelopak matanya mulai berat. Kepalanya bersandar ke sisi bak mandi kayu...

...dan dalam waktu singkat, ia pun tertidur. Mendengkur pelan, bahkan gelembung sabun pun berhenti bergerak seolah menghormati tidurnya.

---

Sementara itu, di ruang kerja kecil yang dipenuhi cahaya lentera, Guo Jia menyusun berkas dan menggambar skema hubungan para saksi dan tersangka. Di sisi lain meja, Lu Yu membaca hasil laporan dari petugas pengadilan Xi Zhou.

"Kita butuh pendapat Zhong Yao," ucap Guo Jia sambil menyematkan catatan di dinding dengan jarum.

"Sudah hampir satu jam," balas Lu Yu tanpa mengangkat kepala. "Dia mungkin sedang... merenung."

Guo Jia melirik ke arah pintu dan menghela napas.

"Atau tertidur seperti bayi kehabisan tenaga."

Lu Yu akhirnya mendongak, sudut bibirnya terangkat sedikit. "Kita kirim pelayan untuk mengeceknya."

Namun belum sempat memanggil siapa pun, terdengar suara pelayan muda berlari tergopoh-gopoh.

"Maaf... Tuan... Pangeran Zhong... tertidur di bak mandi..."

Guo Jia menutup wajahnya dengan tangan. ia melirik lu yu, dan tebakan nya benar lu yu pergi dengan cepat untuk menyelamatkan pria sendok Giok itu.

Lu Yu berdiri tenang, mengambil mantel putihnya. "Baiklah... Sepertinya aku harus menyelamatkan penyelamat negeri ini dari tenggelam karena kemalasan." ia mengangkatnya dengan wajah tenang dan tersenyum lagi

" apa kau sangat lelah??

Lu Yu kembali menatap Zhong Yao yang tertidur pulas di ranjang, rambutnya masih setengah basah, beberapa tetes air jatuh dari ujung helainya ke bantal bersulam awan giok.

"Napasnya tenang... seharusnya malam ini dia bisa tidur tanpa mimpi buruk," gumam Lu Yu, lalu menarik selimut lebih tinggi ke dada Zhong Yao dan memadamkan lentera di sisi tempat tidur.

Namun ketenangan itu tak bertahan lama.

Tok tok tok.

Seorang pengawal mengetuk pelan, lalu masuk setelah diizinkan.

"Maaf mengganggu, Tuan Lu Yu, tapi... sebuah laporan darurat datang dari tim penjaga wilayah barat."

Lu Yu menerima gulungan kain dan membukanya. Tatapannya mengeras.

"Seorang peramal... ditemukan gantung diri di dalam kediamannya. Tidak ada saksi. Tidak ada tanda-tanda pergumulan. Tapi... satu hal: lidahnya hilang."

Guo Jia yang ikut membaca dari samping, langsung bergumam pelan, "Itu bukan bunuh diri... seseorang ingin membungkamnya selamanya."

Fu Heng yang baru tiba dari perjamuan pengadilan segera bergabung.

"Kita harus pergi sekarang. Jika ini berkaitan dengan kasus Giok atau konspirasi lain, kita tak bisa menunda."

Lu Yu melirik sebentar ke arah kamar tempat Zhong Yao terlelap.

"Biarkan dia tidur. Dia sudah terlalu lelah... dan kalau kita bilang soal lidah hilang, dia malah bisa pingsan sebelum menyelidiki."

Mereka bertiga pun menaiki kereta kuda dengan pengawal terbatas, berangkat menembus malam yang berkabut. Jalanan sepi, hanya suara roda berderak dan desir angin menggiring langkah mereka ke arah rumah si peramal.

Namun di belakang mereka, di dalam kamar senyap itu...

Zhong Yao mengerang pelan dalam tidurnya. Alisnya mengernyit. Entah mimpi buruk... atau ingatan masa lalu perlahan mulai menyusup kembali.

" ahhhh kenapa pergi tanpa aku??? "

1
gezha allif
ah aku malah salting dewe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!