Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Ketahuan
Semenjak ciuman pertama mereka, Nabil dan Nabila semakin tak terpisahkan. Nabila semakin membatasi dirinya bergaul dengan teman cowoknya untuk menjaga perasaan Nabil. Begitu pun juga halnya dengan Nabil.
Apa lagi setelah Hakim membuka kantor cabang di Kota D, Hakim dan Amina sering keluar kota dan jarang pulang. Nabil dan Nabila semakin leluasa menjalani kisah kasih mereka di rumah.
Nabil dan Nabila sekarang tidur bersama. Mereka masih di dalam hal batas kewajaran. Sebucin-bucinnya mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri.
Tak terasa percintaan Nabil dan Nabila berjalan dua tahun. Mereka sekarang duduk di kelas 12. Selama itu pula mereka dengan rapinya menyembunyikan kisah cinta mereka dari keluarga mereka.
Dan tiba lah di saat Oma Laila merayakan ultahnya yang ke 55 tahun. Seluruh keluarga besar diundang. Dan untuk pertama kalinya malam itu oma Laila mengundang saudara opa mereka yang tidak pernah Nabila dan Nabil temui sebelumnya.
Hakim mengenalkan kakek Fadli dan nenek Dina. Nabil dan Nabila dengan sopan salim kepada mereka. Dina memperhatikan mereka berdua.
"Maaf Hakim, apa mereka kembar?" tanya Dina.
"Iya, mereka kembar," jawab Hakim.
"Bagaimana Tante ngomongnya. Apa mereka benar-benar bersaudara?"
"Kenapa Tante, mereka memang bersaudara," sahut Amina.
"Maaf, maafkan Tante sebelumnya. Mereka berdua sepasang kekasih. Tante pernah melihat mereka berciuman. Mereka pernah menginap di Villa Teratai," kata Dina.
"Maaf Hakim, Amina. Tante Dina mungkin salah orang. Maklum penglihatannya terkadang salah. Nabil, Nabila maafin Nenek ya. Kami ke belakang sebentar," Fadli menarik tangan Dina menjauh dari Hakim sekeluarga.
"Bu, apa-apaan kamu. Setelah bertahun-tahun kita diasingkan Laila, sekarang kamu mau apa?"
"Sumpah Mas, aku beberapa kali melihat mereka berciuman. Mereka bukan saudara tapi sepasang kekasih."
"Emangnya Ibu kurang kerjaan ngintip orang ciuman!" Fadli sedikit emosi.
"Aku kan kerja di villa itu sebagai ketua pelayan. Tentu saja tanpa sengaja aku melihat mereka. Ini semua gara-gara kamu! Karna kamu, aku jadi pelayan!"
"Ssssttt, aku sudah berubah. Kamu jangan bikin kacau. Kali ini jaga mulutmu. Kita ada di sini karena Laila sudah melihat kita berubah. Mas Hadi tidak punya kuasa, semua punya Laila."
"Baiklah," Dina kali ini menurut kata suaminya.
Sementara itu, nampak kecemasan di wajah Nabil dan Nabila. Hakim dan Amina terdiam sejenak. Mereka memikirkan apa yang dikatakan tante Dina. Hakim berbisik kepada Amina.
"Sayang, jangan diambil hati. Siapa tahu Tante Dina salah. Tante Dina mungkin masih sakit hati kepada aku."
Amina mengangguk. Hakim mengajak keluarganya untuk bergabung dengan tamu-tamu undangan. Mereka semua merayakan ultah oma Laila. Acara berjalan dengan lancar.
Tamu undangan akhirnya satu persatu meninggalkan hotel tempat diadakannya pesta ultah. Oma Laila, opa Hadi, Hakim, Amina, Nabil dan Nabila sekarang berada di dalam kamar Oma dan opa. Ada hal penting yang ingin disampaikan.
"Terima kasih, pesta ultah Oma hari ini berjalan dengan lancar. Tapi ada hal yang harus Opa dan Oma sampaikan," kata opa Hadi.
"Ada apa Pa? Kayaknya serius ini," Hakim memandangi raut wajah kedua orang tuanya yang tidak bersemangat.
Oma Laila hanya diam. Oma Laila menyerahkan kotak kado kepada opa Hadi.
"Oma menerima bingkisan kado. Isinya kalian lihat sendiri," Opa Hadi menaruh kotak kado berwarna hitam itu di atas meja.
Hakim dan Amina mendekat. Hakim perlahan membuka kotak kado dan membuka isinya. Betapa terkejutnya Hakim dan Amina, ternyata isi di dalam kotak kado itu adalah foto-foto Nabil dan Nabila yang sedang berpelukan sambil berciuman di dalam sebuah rumah.
Amina dan Hakim memeriksa foto-foto itu. Memang benar, wajahnya dan pakaian yang dikenakan di foto itu milik Nabil dan Nabila. Amina kembali mengingat perkataan tante Dina beberapa jam yang lalu.
"Pa, Pa, ternyata semua ini benar," Amina menangis histeris.
Nabil dan Nabila saling berpandangan. Mereka masih belum mengetahui apa yang baru saja terjadi. Hakim berdiri dan menunjukkan foto-foto itu kepada mereka.
Nabil dan Nabila sama kagetnya. Mereka tertunduk. Nabila meneteskan air mata. Baru kali ini Nabil dan Nabila melihat ekspresi wajah Hakim yang begitu marah kepada mereka.
"Nabil, Nabila, tolong jelaskan. Ada apa dengan foto-foto ini? Apa ini memang kalian?" dengan suara bergetar Hakim bertanya.
Nabila tidak berani menatap wajah papanya. Nabil menarik napas. Nabil secara jantan mengakui yang ada di dalam foto itu adalah dirinya dan Nabila. Nabil juga mengakui kalo sekarang mereka berdua pacaran.
Sontak saja Hakim, Amina, Laila dan Hadi terkejut. Nabil bilang mereka sudah berjodoh sejak di dalam kandungan. Nabil dan Nabila saling menyayangi satu sama lain.
"Sayang, kalian itu saudara kandung. Kalian kembar tapi kalian bukan berjodoh," isak Amina.
"Sejak kapan kalian pacaran?" tanya Hakim.
"Sejak kelas 10," jawab Nabil.
"Papa tanya, siapa bilang kalian berjodoh dari dalam kandungan?"
"Bu Amel," jawab Nabil.
"Bu Amel? Siapa?" Hakim mengernyitkan keningnya.
"Bu Amel guru les itu?" tanya Amina.
"Iya," jawab Nabil.
"Apa dia Amel anaknya Dina?" tanya oma Laila.
"Bukan," jawab Amina.
"Baiklah, kalian istirahat dulu. Besok kita masih ada tamu," kata oma Laila.
Amina, Hakim, Nabil dan Nabila keluar dari kamar oma dan opa. Mereka masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dipesan oma Laila. Nabil dan Nabila tidur di kamar terpisah. Nabila mengirim pesan kepada Nabil agar malam ini mereka tidak saling bertemu.
Amina dan Hakim tidak bisa tidur. Mereka memutuskan kembali ke kamar oma dan opa. Begitu pula dengan Nabil. Nabil memutuskan ke kamar orang tuanya untuk meminta maaf.
Nabil keluar dari kamarnya. Nabil melihat kamar oma dan opa sedikit terbuka. Nabil tidak berani masuk.
Tanpa sengaja Nabil mendengar pembicaraan kedua orang tuanya dengan oma dan opa. Dari pembicaraan itu, mereka sangat menyayangkan apa yang terjadi kepada Nabil dan Nabila. Mereka berencana ingin memisahkan Nabil dan Nabila.
Tapi Amina sebagai seorang ibu dengan halus menolak. Amina akan memberikan pengertian kepada mereka bahwa yang mereka lakukan itu salah bahkan dilarang dalam agama.
Opa Hadi teringat, besok tamu yang akan datang adalah sahabatnya. Dia datang bersama anak dan cucunya. Opa Hadi berniat akan mengenalkan cucu sahabatnya kepada Nabila dan Nabil.
"Maksud Papa, kita jodohin gitu?" Hakim bertanya.
"Untuk sekarang biar mereka akrab dulu. Siapa tahu di antara mereka ada yang berjodoh. Pelan-pelan kita pisahkan mereka," ucap oma Laila.
Nabil kaget. Entah mengapa saat mendengar itu Nabil sangat marah kepada keluarganya. Mata Nabil memancarkan kebencian. Tiba-tiba saja asap hitam mengelilingi Nabil. Asap hitam itu perlahan membentuk bayangan hitam. Dan bayangan itu berbisik di telinga Nabil.
"Mereka bukan keluargamu. Mereka ingin memisahkan kalian. Apa kamu ingin istrimu dibawa laki-laki lain? Pergi, pergi sejauh mungkin!"
Nabil berjalan perlahan ke kamar Nabila. Nabil menelpon Nabila dan memintanya untuk segera membukakan pintu. Nabila menolak karena takut ketahuan. Nabil bilang keadaan darurat.
Nabila akhirnya membukakan pintu. Nabil memberitahu Nabila apa yang dia dengar. Sama seperti Nabil sebelumnya, Nabila juga dibisiki suara yang datangnya entah darimana meminta pergi meninggalkan keluarganya.
Nabil dan Nabila bersiap meninggalkan hotel. Mereka kemudian masuk lift untuk menuju ke lantai dasar. Tapi saat mereka berada di lobby hotel, Nabil melihat pengawal oma Laila melihatnya. Nabil dan Nabila mempercepat langkah mereka.
"Bos kecil, mau ke mana? Bos kecil jangan lari!" teriak pengawal.
Nabil dan Nabila berlari menghindari kejaran pengawal. Dan sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka.
"MASUK!"
Nabil dan Nabila bergegas masuk ke dalam mobil. Para pengawal berlarian mengejar mobil yang membawa mereka. Dan para pengawal dipaksa menyerah karena mereka terlalu lelah untuk berlari.
"Lapor Bos, Bos kecil melarikan diri!" pengawal menelpon Hadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...