Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Ya terus apa dong?" tanya Ali.
"Aku mau tanya tentang kakakmu."
"Ahen?"
"lah iya Ahen. Suamiku."
Mendengar Alena menyebut Ahen suaminya, senyum Ali memudar.
"Len, kenapa sih kamu mau sama kakakku? Kalau kamu nggak sama dia, kamu nggak bakalan jadi kakak iparku."
"Itu hak ku. Lagian aku juga nggak tau kalau itu kakakmu." jawab Alena dengan santai.
"Padahal aku udah punya rencana untuk kita, Len."
Alena tertawa mengejek.
"Rencana apa, Ali? Rencana datang ke rumahku sambil bawa anak istri dan bilang, Alena, ini anak dan istriku. Gitu?"
"Enggak, Len. Aku pengen kita balik."
"Ngimpi!."
"Udah, ah. Aku ngajak kamu ketemu sekarang bukan buat bahas hubungan kita yang udah hancur itu. Aku mau nanyain masalah kakakmu,"
Ali hanya bisa menghela napas.
"Oke, mau nanyain apa?"
"Ohhhh! Jadi gini kelakuan kalian?!" sela Lili yang tiba-tiba datang dan mengejutkan Ali dannAlena.
"Lili." ucap Alena.
"Sayang, kamu salah paham." ucap Ali.
"Halah, omongan template. Kamu bisa ya bohongin aku. Bilangnya mau ketemu Roy, taunya malah ketemu sama Kakak ipar kamu sendiri."
"Sayang tenang." pinta Ali.
Beruntung kondisi Cafe hanya ada 2 pengunjung lain selain Alena dan Ali dan pengunjung itupun baru saja keluar.
"Lili, duduk dulu. Kamu jangan salah paham." pinta Alena yang juga ikut panik.
"Mbak, mbak kok tega sih sama aku? Aku ada salah apa sama kamu, mbak?" Alena mencondongkan tubuhnya pada Alena sambil memasang wajah galaknya.
"Lili, kamu salah paham. Aku sama suamimu nggak ada apa-apa."
"Kami nggak sengaja ketemu, Sayang." ucap Ali berbohong.
"Nggak sengaja? Disini?" Lili mulai meninggikan suara.
Ali mengelus punggung Lili dan mengajaknya duduk.
"Jadi tadi aku habis ketemu Roy disini. Terus aku lihat mbak Alena disini jadi aku samperin. Mbak Alena tadi juga nanyain tentang Mas Ahen gimana orangnya dulunya, soalnya mbak Alena sungkan mau nanya ke Mama."
Lili menoleh ke arah Alena, Alena pun mengangguk mengiyakan perkataan Ali.
"Ohh gitu ya?" suara Lili kembali lembut dan emosinya seketika mereda.
"Iya sayang."
"Maafin aku ya yang langsung nuduh-nuduh tadi." ucap Lili. Ali mengengguk dan mengelus kepala Lili.
"Mbak, maaf ya." ucap Lili.
"Ah nggak apa-apa kok, aku yang minta maaf karena bikin kamu salah paham." balas Alena sambil tersenyum.
"Jadi mbak mau nanyain Mas Ahen tentang apa?" tanya Ali.
"Aku mau nanya, apa suamiku itu emang sering lembur? Soalnya beberapa hari ini lembur terus."
"Oh masalah itu, sejak Mas Ahen punya toko sendiri, jadi mas Ahen kerjanya double. Untuk masalah lembur, aku kurang tau. Soalnya toko itu di bangun saat masih sama mbak Salma, jadi kami udah nggak serumah, dan nggak lama kemudian aku dan Lili juga pisah rumah sama Papa Mama." jawab Ali.
"Mbak Alena pasti sedih ya ditinggal terus?" tanya Lili dengan tatapan penuh iba.
Alena mengangguk pelan.
"Kasihan mbak Alena." Lili menggenggam tangan kiri Alena.
"Nanti biar suamiku yang bilangin ke mas Ahen ya mbak biar nggak pulang malem terus."
Alena tersenyum.
"Nggak perlu, Lili. Suamiku kerja juga untuk keluarga kami. Aku nggak mau banyak menuntut." ucap Alena sambil tersenyum.
Lili tiba-tiba menangis.
"Kenapa, Lili?" Alena panik.
"Aku kasihan sama mbak Alena. Pasti kesepian. Hiks.."
Ali mengusap pelan kepala Lili dan meminta tidak menangis.
"Lili, aku beneran nggak apa-apa. Makasih ya udah mau bersimpati." ucap Alena yang ikut terharu pada lembutnya hati Lili.
"Aku jahat banget udah ngajak ketemu Ali, padahal istrinya super baik begini." batin Alena.
"Udah jangan sedih. Mbak traktir ya." hibur Alena.
Lili mengangguk layaknya anak kecil yang dibujuk Ibunya.
Mereka bertiga pun makan bersama dengan Lili yang terus mengobrol dengan Alena. Tidak terasa sudah jam 9 lebih, mereka bertiga pun memutuskan pulang.
"Mbak bawa motor?" tanya Lili.
"Iya, kaki mbak masih sakit, nih." jawab Alena.
"Kenapa, mbak?"
"Habis jatuh kemarin. Tapi udah mendingan kok. Yaudah mbak pulang duluan ya."
Alena pun pulang lebih dulu dari Adik iparnya itu.
"Kasihan ya mbak Alena?"
Ali hanya tersenyum dan mencubit pelan pipi istrinya itu.
"Yang penting aku kan nggitu ke Sayangku ini."
"Hu'um"
****************
Sesampainya di rumah, Alena dibuat terkejut karena Ahen ternyata pulang lebih dulu.
"Lah masih jam 10. Kok udah pulang?" gumam Alena.
Saat Alena masuk ke dalam kamar, Alena melihat Ahen duduk di sofa sambil memasang wajah dingin.
Alena menutup kembali pintu kamarnya dan meletakkan tas-nya. Alena merasa aneh saat mata Ahen terus mengikuti langkahnya.
"Ahen, kenapa sih?" tanya Alena yang mulai risih.
"Tadi kemana?" tanya Ahen.
"Kan udah bilang."
"Aku melihatmu bersama Ali tadi."
'Deg'
Rasanya ia seperti ketahuan selingkuh.
"Sama lili juga kok. Kami bertiga."
"Pamitmu sama temanmu, mereka berdua bukan temanmu."
"Apa sih!" Alena mulai terpojok.
"Aku melihatmu dengan Ali tadi di cafe." Ahen mengulangi perkataannya.
"Tanya aja deh sama adikmu kalau nggak percaya kalau kami tadi bertiga sama Lili juga."
Ahen pun menelpon Ali.
"Halo, Mas." jawab Ali di seberang telpon.
"Mana Lili?" tanya Ahen masih dengan raut wajah dan suara datar.
"Iya, Mas. Aku disini. Kenapa?" terdengar suara Lili.
"Tadi kalian di cafe sama Alena?"
"Iya, mas. Tadi kami bertiga makan di cafe. Mbak Alena yang traktir, tapi bukan kami yang maksa minta di traktir kok."
Lili berpikir mungkin Ahen marah Alena mengeluarkan uang ratusan ribu untuk makan tadi.
Ahen pun menutup telpon.
"Gimana? Bertiga kan?!" tanya Alena.
"Kamu pamitnya mau keluar sama temanmu, mereka berdua bukan temanmu."
"Nggak jadi, tadi dia ada urusan lain."
"Jujur!"
"Aku nggak suka ya kamu gini. Aku nggak pernah melarangmu ini itu. Aku bebasin kamu, Ahen. Jadi bebasin aku juga dong."
Ahen mengatur napasnya dan menenangkan amarahnya karena mengingat saat ini ia di rumah mertuanya.
"Besok kita pulang."
"Nggak! Mama masih belum pulih total, aku nggak mau ninggalin Mama. Aku masih mau disini." tolak Alena.
"Aku suamimu, tugasmu harus taat pada perintahku, Alena."
"Taat kalau suaminya memenuhi kewajibannya. Kita udah sepakat dari awal, jadi aku punya hak menolak."
Ahen berdiri, ia melangkah mendekat pada Alena. Alena ketakutan, ia mundur beberapa langkah hingga langkahnya terhenti karena tubuhnya sudah menempel di tembok.
Ahen semakin mendekat, kini tubuh mereka hanya sedikit berjarak. Alena tidak berani menatap mata Ahen. Yang ada dibayangin Alena saat ini adalah Ahen pasti akan menyakitinya, entah dengan menamparnya atau memukulnya.
"Kewajiban, ya?" tanya Ahen sambil menarik dagu Alena dan membuat wajah mereka bertatap-tapan saat ini.
"Mari kita tunaikan kewajiban kita malam ini." Ahen mendekatkan wajahnya dan ia bisa merasakan hembusan napas Alena yang tidak teratur.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️