jhos pria sukses yang di kenal sebagai seorang mafia, mempunya kebiasaan buruk setelah di selingkuhi kekasih hatinya, perubahan demi perubahan terjadi dia berubah menjadi lebih kejam dan dingin, sampai akhirnya dia tanpa sengaja membantu seorang gadis mungil yang akan menjadi penerang hidupnya. seperti apakah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Jhos dan Nisa menikmati makan malam mereka dalam keheningan. Namun, sepanjang waktu itu, Jhos terus saja mencuri pandang ke arah dada Nisa yang terlihat menonjol di balik pakaian yang ia kenakan.
"Kenapa dada gadis ini bisa sebesar ini? Padahal usianya masih muda. Dulu dia makan apa ya?" gumam Jhos dalam hati, pikirannya mulai melantur. Tanpa disadari, tubuhnya merespons, dan kejantanannya mulai bereaksi.
Tiba-tiba, suara Nisa membuyarkan lamunannya.
"Paman, kenapa kita pindah ke apartemen ini?" tanya Nisa polos.
Jhos yang terkejut langsung tersedak makanan di mulutnya. Nisa yang panik segera berdiri dan menuangkan segelas air untuknya. Dengan cepat, Jhos meminum air tersebut. Namun, tanpa sengaja, matanya kembali tertuju pada dada Nisa yang terlihat jelas dari sudut pandangnya. Pemandangan itu membuatnya menelan ludah dengan susah payah. Keinginannya untuk menyentuhnya semakin kuat, tetapi ia berusaha menahan diri agar tidak membuat Nisa takut.
"Paman belum menjawab pertanyaanku," ujar Nisa setelah kembali duduk di tempatnya semula.
Jhos menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya, lalu menjawab, "Aku membawamu ke sini agar Jonson tidak bisa menemukanmu."
Nisa menatap Jhos penuh rasa ingin tahu. "Memangnya apartemen paman yang sebelumnya sudah diketahui olehnya?" tanyanya.
"Ya, dia tahu," jawab Jhos singkat. "Jonson sering datang ke sana. Lagipula, dia itu sepupuku."
Mata Nisa membulat mendengar pengakuan itu. "Apa? Paman sepupu Tuan Jonson? Kok bisa sifat kalian berbeda jauh? Dia jahat, suka memaksa, sedangkan paman sangat baik," ucapnya polos, masih sulit mempercayai hubungan mereka.
Jhos tersenyum kecil mendengar perkataan Nisa. Setidaknya, di mata gadis itu, dirinya adalah sosok yang baik.
"Kenapa kamu bisa yakin kalau aku orang baik?" tanya Jhos, sengaja menggoda Nisa.
Nisa tersenyum manis. "Karena paman selalu menolongku dan tidak pernah menyakitiku," jawabnya tulus.
Jhos semakin terpesona oleh senyum polos Nisa. Ia mulai merasa ingin memiliki gadis itu sepenuhnya.
"Paman, aku bersihkan dulu bekas makanan kita, ya," ucap Nisa sambil mengumpulkan piring-piring kotor di meja.
Jhos merasa senang melihat Nisa yang begitu perhatian. Kehadirannya membuatnya merasa seperti memiliki seorang istri yang selalu melayaninya dengan tulus. Namun, ada sesuatu yang masih kurang baginya—seorang teman tidur yang bisa memenuhi kebutuhannya. Selama ini, ia hanya melampiaskan gairahnya pada sekretarisnya, yang sebenarnya tidak ia cintai.
Saat sedang larut dalam pikirannya, matanya kembali tertuju pada dada Nisa yang terlihat jelas saat gadis itu menunduk mengambil piring di depannya. Tanpa sadar, Jhos tiba-tiba menarik tangan Nisa, membuat gadis itu terkejut dan menatapnya dengan bingung.
Jhos langsung melumat bibir manis Nisa dan tangannya mulai memainkan dada yang di inginkannya dari tadi.
Nisa yang terkejut pun langsung sadar tapi dia tidak melawan karena dia juga menikmati belaian tangan jhos di tubuhnya, Nisa malah membuka bibirnya dan membalas ciuman jhos.
Merasa Nisa membalas ciumannya pun mulai melanjutkan aksinya dia mengendong tubuh Annisa naik menuju ke dalam kamar dan melepaskannya di atas tempat tidur, dia mencium leher Nisa lalu turun kebawah, Nisa tersadar kembali dia ingin sekali memberontak tapi dia merasakan bibir jhos mulai memainkan dadanya.," Akhhhh paman, apa yang paman lakukan,?" Geramnya sambil memegang belakang kepala jhos yang sedang bermain dengan adanya, jhos yang sudah lupa daratan karena gairahnya terus bermain dengan dada Nisa, Tanpa menjawab pertanyaan Nisa.
Setelah puas di dada Nisa yang membuatnya terkejut tadi karena gadis itu ternyata tidak memakai pakaian dalam dia melanjutkan ciumannya ke arah bawah Nisa yang sangat sempit dan ternyata sudah basah itu, Nisa mengerang kenikmatan di saat dia merasa tangan jhos bermain di area kenikmatannya.
"Paman geli, akhhh paman," geram Nisa sambil menggeliat.
Setelah merasa cukup bermain dengan selangkangan Nisa jhos langsung kembali ke arah bibir Nisa dan melumatnya, yang membuat Nisa heran saat ini adalah kenapa dia tidak melawan sama sekali dan malah Menik matinya.
" Akhhhhh, paman sakit," di saat Nisa sedang melamun dia merasa ada yang memaksa masuk di selangkangannya, dia langsung melihat ke arah sana dan ternyata dia melihat benda jhos sedang berusaha mendobrak miliknya di bantu oleh tangannya, "akhhhh paman sakit, aku tidak tahan paman," teriak Nisa yang ke dua kalinya.
Membuat jhos memberhentikan akhirnya, dia memandang wajah Nisa dengan lekat membuat Nisa juga menatap ke arah mata jhos, Nisa menatap mata jhos yang melihat dia yang terlihat sangat kasian, "Nisa maafkan aku, tapi aku sangat tersiksa, tersiksa sekali menahan ini Karena terlalu menginginkan tubuhmu,
Sekarang aku ingin persetujuan darimu, apa kamu setuju kita melanjutkan atau berhenti saja," kata jhos meminta persetujuan dari Nisa, karena selain dia mencintai gadis ini dia juga tidak mau melihatnya ketakutan dan trauma.
Nisa lama sekali terdiam dia ragu menolak dan juga dia ragu untuk melanjutkannya, di saat itupun jhos ingin berbalik ke arah tempat tidur karena dia merasa Nisa belum siap untuk semua ini.
Jhos memang begitu dia seumur hidupnya tidak pernah memaksa seorang wanita ataupun menyiksanya, oleh sebab itu dia pun harus meminta persetujuan, jhos larut dengan lamunan sedangkan Nisa dia larut dengan keraguan ragu harus memilih yang mana dia ingin menolak karena sangat terasa sakit sekali tapi dia tetap akan merasakan sakit itu dilain waktu di hidup semua gadis pasti akan melepas keperawanannya gumamnya dan di keraguan lain dia ingin menerima untuk jhos melanjutkannya karena dia sangat terharu dengan jhos yang sama sekali tidak memaksanya seperti Jonson dia memilih menahannya daripada melanjutkan nya dan membuat dia merasa sakit seperti tadi.
Di saat Nisa ingin berkata tidak tiba tiba dia merasa kehilangan di saat jhos mau berbalik karena melihat Nisa tadi menggelengkan kepalanya, Nisa akhirnya menarik tangan jhos dan berkata," Paman, lakukanlah aku siap aku tidak ingin paman marah dan kecewa, maka paman lakukanlah," sambil memandang kebawah jhos, dia sedikit ragu tapi dia menepisnya dan memutuskan untuk melanjutkannya, jhos yang mendengar kan Nisa berbalik menghadap Nisa lalu berkata, "kalo kamu sanggup melakukannya denganku berarti kamu sanggup mulai sekarang menjadi wanitaku," kata jhos sambil memandang wajah Nisa yang terlihat sangat manis itu,
Mendengar itu dia mengangguk karena sedikitpun sekarang dia tidak ragu karena jhos juga orang yang selama ini selalu menolongnya sudah waktunya paman mendapatkannya gumamnya,
Jhos mendengar persetujuan Nisa kembali bersemangat lalu mengarahkan dirinya ke arah Nisa, Nisa menggenggam erat lengan jhos sambil menatap ke arah benda jhos yang akan menembus pertahanannya.
"Kamu jangan takut tatap aku dan bayangin kalo kamu sedang merasakan sesuatu yang indah dan nanti setelah merasa sakit kamu akan merasakan kebahagiaan, memang di awal sangat sakit karena ini adalah akan menjadi pertama buat kamu tapi tenang semuanya akan berhenti setelah itu,"kata jhos sambil menatap mata Nisa sambil tersenyum, dia mulai mendorong bendanya ke arah tubuh nisa yang benar-benar sempit itu.
Setelah merasakan sakit yang begitu perih, Nisa akhirnya merasakan sensasi yang berbeda, seolah dia sedang melayang dalam kenikmatan yang diberikan oleh tubuh Jhos.
"Paman... oh.. nikmat sekali, lebih cepat, paman.." ucap Nisa tanpa sadar karena gairah di dalam dirinya membara.
Sementara Jhos mendengarkan rintihan Nisa dan semakin mempercepat gerakan tubuhnya, "Gadis kecil... jangan panggil aku paman, panggil aku Jhos, dan aku akan memberikanmu kepuasan yang tidak terlupakan malam ini," ucap Jhos sambil melumat bibir tipis Nisa yang mengerang karena kenikmatan.
"Jhos.... oh... aku tidak tahan," rintihnya sambil memandang ke arah selangkangannya yang terus dihujani oleh batang besar Jhos. Awalnya Nisa sangat ragu ketika Jhos mencoba menembus pertahanannya, namun setelah merasakan kenikmatan yang membuatnya melayang, semua keraguannya hilang dan dia pun mengikuti tempo gerakan Jhos.
Jhos terus mempercepat gerakannya sambil melihat buah dada Nisa yang bergoyang mengikuti arah gerakannya yang maju mundur.
"Gadis..aku suka dengan dadamu sungguh membuatku mabuk gairah,"
Tiga jam berlalu tapi Jhos belum mau menghentikan aksinya, dia terus menggerakkan tubuhnya seperti biasa sampai membuat Nisa tidak bisa lagi mengikuti gerakannya karena terlalu kelelahan.
"Jhos..aku tidak tahan..cukup ya untuk malam ini.. ini..oh..jhos," Nisa sudah tidak tahan lagi. Dia mencoba menghentikan Jhos agar segera menyelesaikan semuanya, tapi Jhos tidak mendengarkannya, membuat Nisa akhirnya pingsan karena terlalu kecapean.
Jhos merasa bahwa gairahnya saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Walaupun dia melakukan dengan sekretarisnya, tapi tidak pernah seperti sekarang.
Jam 4 pagi, baru Jhos akhirnya mencapai puncak dan mengakhiri semuanya. Jhos memandang wajah Nisa yang tertidur mungkin pingsan, dia tidak menyadarinya. Dia tadi hanya fokus dengan gerakan lincahnya dengan berbagai macam gaya yang digunakan.
Tepat jam 10 siang, Nisa terbangun dan melihat Jhos di sampingnya tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Nisa memandang wajah Jhos yang sedang memejamkan mata.
"Kenapa dia begitu kuat dan tahan lama melakukan itu. Astaga, ternyata bukan hanya besar kemaluannya, tapi juga besar sekali tenaganya," gumam Nisa.
Dia melihat ke arah selangkangan Jhos yang terlihat ada benda berdiri sangat besar. "Astaga, apa benda sebesar itu tadi memasuki? Aku tidak menyangka benda sebesar itu bisa masuk," ucapnya pelan sambil hendak berjalan ke arah kamar mandi.
Namun, Nisa merasa perih sekali di selangkangannya dan hanya bisa berjalan satu langkah sebelum merasakan rasa sakit yang luar biasa. Dia melihat selangkangannya dan terkejut melihatnya memerah seperti luka.
"Ah, kenapa bisa begini? Sialan, dasar mesum itu membuatku tidak bisa berjalan. Aku tidak mau mengulanginya lagi. Kalo terus begini, aku bisa lumpuh," ucapnya sambil berusaha jalan ke arah kamar mandi seperti orang yang baru belajar berjalan.
***
BRAK! PING-PING!
Jonson membanting semua benda di ruangannya setelah mendengar laporan bawahannya yang gagal menemukan keberadaan Jhos dan Nisa.
"Kamu benar-benar tidak becus! Orang yang berada di kota ini saja tidak bisa kamu temukan. Sialan!" Jonson berteriak penuh emosi, melampiaskan kemarahannya pada Niji, bawahannya yang selalu setia.
"Maaf, Tuan. Saya sudah mencari mereka di apartemen yang biasa ditempati Jhos, tapi mereka tidak ada di sana. Maaf, Tuan," ujar Niji dengan kepala tertunduk.
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya cari mereka sampai ketemu! Setelah itu kabari aku secepatnya!" bentak Jonson, matanya penuh kekecewaan.
"Baik, Tuan. Saya permisi," jawab Niji sebelum segera meninggalkan ruangan, tak ingin berada lebih lama di bawah amukan tuannya.
Jonson menggeram marah sambil mengepalkan tinjunya. Di mana bajingan itu membawa gadisku? Jika aku menemukannya, aku tidak akan segan-segan membunuhmu, Jhos! pikirnya dengan penuh kebencian.
Sementara itu, para anak buahnya kembali melakukan pencarian ke rumah Nisa dan apartemen Jhos, namun hasilnya tetap nihil.
Di Apartemen Jhos
Jhos berjalan ke dapur dan mendapati Nisa sedang memasak sambil sedikit pincang. Ia tersenyum melihatnya, lalu berkata, "Maafkan aku yang terlalu sensitif tadi malam sampai membuatmu seperti ini. Lain kali aku akan lebih hati-hati."
Nisa yang terkejut mendengar suara Jhos tiba-tiba, menoleh dengan wajah memerah. "Oh... Paman, aku sedang memasak sup bayam untuk paman," jawabnya sambil kembali fokus pada masakannya yang sempat tertunda.
Jhos mendekat dan menatapnya penuh perhatian. "Kamu duduk saja, biar aku yang lanjutkan. Sepertinya kamu kurang sehat, aku lihat dari cara berjalannya," ujarnya sambil tersenyum menggoda.
Nisa langsung melotot padanya. Dasar serigala! Ini semua ulahmu, masih saja bertanya! batinnya.
"Tidak, Paman. Aku baik-baik saja. Tadi hanya terbentur kursi makan," elaknya, malu untuk mengakui penyebab sebenarnya.
Jhos tahu Nisa berbohong, tapi ia tidak mempermasalahkannya. Dengan santai, ia merebut pisau dari tangan Nisa dan mengambil alih memasak.
"Paman, aku saja yang memasak. Paman istirahat saja. Kan nanti paman harus bekerja," protes Nisa.
"Aku tidak bekerja hari ini. Lagipula, aku bisa kok melakukannya. Satu jam lagi," kata Jhos sambil mengedipkan matanya, membuat Nisa semakin salah tingkah.
Wajahnya memerah, dan dengan gugup ia berkata, "Tapi... paman, aku kan bekerja untuk paman, melayani paman."
Jhos tersenyum nakal dan mendekat. "Kamu sekarang sudah menjadi wanitaku. Kamu tidak perlu melayaniku di dapur, cukup melayaniku di tempat tidur saja," godanya.
Mendengar ucapan itu, Nisa semakin malu dan wajahnya merah padam. Ya Tuhan... jika setiap hari aku harus menghadapi benda besar itu, bisa-bisa aku tamat! pikirnya panik.
Melihat Nisa melamun, Jhos tertawa kecil. "Kenapa bengong, sayang? Mengingat tadi malam atau mau mengulanginya lagi?" godanya.
"T-tidak! Aku lebih baik memasak saja, itu lebih aman!" jawab Nisa tergagap, membuat Jhos menyipitkan matanya, mencoba memahami maksud Nisa.
Setelah selesai memasak, mereka mulai makan dalam keheningan.
"Mulai sekarang, kamu tinggal bersamaku dan tidak boleh pergi," kata Jhos tiba-tiba, memecah kesunyian.
Nisa memandangnya dengan heran. "Tapi, Paman... aku kan kuliah, dan aku punya rumah serta keluarga. Aku tidak bisa tinggal di sini terus," protesnya.
"Aku yang akan mengurus semua itu. Mulai sekarang kamu adalah milikku, dan aku tidak mau Jonson menyentuhmu lagi. Tubuhmu hanya untukku," jawab Jhos tegas, membuat Nisa bergidik ngeri mengingat kejadian yang hampir menimpanya di tangan Jonson.
Namun, di satu sisi ia sadar bahwa sekarang ia seperti keluar dari sarang serigala, hanya untuk bersembunyi di kandang harimau. Nasibku benar-benar pahit. Tapi setidaknya paman lebih baik dari Jonson... dia kaya dan tampan. Sepertinya aku tidak rugi, pikir Nisa, mencoba menenangkan diri.
Ia mulai bertanya-tanya, apakah bersama Jhos adalah pilihan aman atau justru bahaya lain yang menantinya. Namun, akhirnya ia pasrah. Bersama Jhos tidak terasa seburuk yang ia bayangkan, meski pria itu memang memiliki sisi yang 'sensitif' dalam urusan ranjang.