Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah kesempatan
Sean yang sedang berlatih seorang diri ditempat biasanya berhenti tiba-tiba.
"Aneh, kenapa aku merasa ada yang memperhatikan aku ya? Tapi , tidak ada siapa pun di sekitar sini!" gumamnya heran sambil memegang tengkuknya menoleh kiri kanan.
Matanya pun terpaku pada jendela kamar yang ditempati tamu perempuan yang cantik yang seakan-akan ada magnet yang membawanya mengamati jendela tersebut.
Jendela yang dibuat dari kayu itu hanya terbuka bagian atasnya saja agar udara masuk. Dan tidak seorangpun yang lihat ada disana. Namun entah kenapa matanya tidak mau mengalihkan pandangannya dari sana.
"Nona, sepertinya pria itu merasakan jika ada yang mengamatinya dari sini!" ucap Leana menunjuk dengan dagunya.
"Kau benar, hanya saja dia tidak akan pernah bisa melihat kita selama aku menutupinya dengan kabut penghalang ini!" sahut Ruby santai.
Tiba-tiba saja seorang pria kurus berlari kearah Sean sehingga pandangan pria itu teralihkan pada seseorang yang datang. Entah apa yang pria kurus itu katakan pada Sean sehingga Ruby dan Leana melihat dengan jelas raut muka pria sangar itu bertambah menyeramkan. Keduanya pun pergi dari sana tak lama setelah itu dengan sangat tergesa-gesa seperti dikejar-kejar waktu.
Begitu kedua nya lepas dari pandangan, Ruby kembali menjentikkan tangannya untuk menghilangkan kabut penghalang yang ia buat.
"Kira-kira apa ya yang membuat wajah pria itu semakin tambah menyeramkan?" gumam Leana bicara sendiri.
Ruby tidak menanggapi gumaman Leana, ia beranjak dari kursi yang ia duduki menuju kearah lemari tempat ia menyimpan beberapa barang pribadinya.
Ruby mengeluarkan sebuah kotak kecil yang disimpan dalam tumpukan perhiasan, koin emas dan sebuah botol porselen dengan tutup kayu. Ia menyentuh kotak kecil tersebut seakan-akan itu barang yang sangat berharga nilainya.
Perlahan ia membuka tutup kotak kecil itu dan mengeluarkan isinya berupa sebuah kalung dengan liontin emas bergambar tetes air mata yang warna emasnya sangat menyilaukan mata.
Sinar keemasan itu membuat Leana menoleh kearah Ruby dan terlihat bingung menatap Ruby yang memegang liontin itu dengan pandangan kosong.
"Kalung apa yang dipegang Nona? Kenapa warna begitu terang dan sangat menyilaukan?" gumam Leana lirih.
"Aku tidak tahu apa dan kenapa kalung ini ada dalam saku gaun yang aku pakai saat sadar dari waktu itu! Berulang kali aku mencari ingatan akan kalung ini, tetapi tetap tidak ada kenangan bagaimana kalung ini ada padaku! Entah siapa pemiliknya yang aku harap dia tidak kehilangan kalung ini seperti nyawanya!" batin Ruby dengan mengamati kembali kalung tersebut.
Kala itu, Darya yang hendak menyerahkan pakaian Ruby kepada pelayan bagian cuci, seperti biasa memeriksa pakaian itu terlebih dahulu untuk melihat apakah ada kerusakan atau tidak. Jika ada yang rusak, ia akan memgingatkan pelayan bagian cuci untuk berhati-hati dalam mencuci gaun-gaun milik Ruby.
Dengan kebiasaannya itu, ia menemukan sebuah kalung dengan liontin emas disaku pakaian Ruby yang basah. Setelah menyerahkan semua pakaian Ruby kepada pelayan bagian cuci, Darya menemui Ruby dan menjelaskan dimana ia menemukan kalung tersebut.
Semenjak saat itulah kalung dengan liontin emas berbentuk tetes air mara ia simpan dalam kotak kecil yang memang sudah ada dalam kamarnya.
Tak lama kemudian, mereka berdua mendengar suara teriakan Keana yang masih diluar rumah.
"Nona! Nona!" panggil Keana dengan agak keras dari dalam rumah.
Leona dengan sigap membukakan pintu agar kembarannya itu tidak menggedor pintu yang berpotensi membuat Ruby marah.
"Nona, maaf membuat ribut! Saya melihat di pasar desa jika adik perempuan pemilik rumah ini diseret beberapa orang ke rumah yang besar. Saya ingin menolongnya, tetapi tidak ingin Nona marah karena terlalu ikut campur saya mengurungkan kembali niat tersebut," ucap Keana lagi dengan wajah lelah saat memasuki kamar Ruby.
"Astaga, Nona ! Mungkin itu yang membuat wajah pria sangar itu menjadi sangat menyeramkan dari biasanya! Sudah begitu seram tambah semakin seram lagi wajah itu tadi," sungut Leana yang lemas sekali lidah nya dalam menggibahin orang.
"Ck, tidak usah terlalu sentimen begitu, Leona! Bisa jadi nanti karena ketidaksukaanmu pada pria sangar itu membuat kalian berdua berjodoh. Yang awal nya tidak suka menjadi suka dan memutuskan hidup bersama berdua," kekeh Ruby mengejek Leona dengan perkataan nya.
"Ya ampun, Nona! Itu tidak akan terjadi karena aku tidak ada niat untuk menikah!" bantah Leana dengan tegas.
Bukannya marah, Ruby kembali terkekeh dengan bantahan keras yang keluar dari bibir bawahannya itu.
"Keana, apakah benda yang aku minta kau temukan?" tanya Ruby beralih pada Keana yang sedang duduk dikursi kecil sambil meminum air putih.
"Ada Nona, saya menemukan akar bunga Magnolia berikut dengan bunganya! Saya juga menemukan toko antik yang sepi karena tempatnya yang kumuh dan kecil. Saya membeli beberapa racun yang langka dan penawarnya," jawab Keana dengan sangat antusias menceritakan perjalanan nya tadi.
"Bagus! Leona, simpan akar bunga Magnolia dan bunganya karena itu benda penting yang suatu saat nanti akan sangat berguna!" puji Ruby sambil memerintahkan Leona menyimpan barang yang dicari Keana tadi.
"Baik, Nona!" sahut Leona dengan penuh semangat.
Ia menerima kotak transparan yang diberikan kembarannya dengan penuh suka cita seakan-akan itu harta karun yang sangat berharga.
Dengan sangat hati-hati, gadis tangguh itu menyimpan kotak itu kedalam kotak besar berisi obat-obatan yang ia racik sendiri sambil tersenyum lebar.
Tiba-tiba saja mereka mendengar suara tangisan perempuan dari dalam kamar yang mereka yakini adalah tangisan Sera Black adik perempuan Sean.
"Sepertinya terjadi sesuatu. Ayo kita keluar dan melihatnya! Kemungkinan besar ini menjadi kesempatan ku untuk menarik mereka berdua menjadi kelompok kita!" ucap Ruby dengan mata penuh semangat di wajah polosnya.
Bersambung...