NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 - Harga Sebuah Permintaan Maaf

"Jadi apa?" tanya Reyesh.

....pacarku!" sahut Mutiara.

"Oke, skip. Lanjut lagi materinya!"

Reyesh langsung menangkas permintaan aneh Mutiara. Baginya, urusan mereka hanya sebatas kontrak bimbel saja. Tidak lebih, dan tidak boleh ada ruang harapan lain.

 

Diskusi mereka terus berlanjut dengan suasana yang semakin akrab.

Reyesh tak lagi terdengar seperti mentor yang tegas dan dingin, melainkan seseorang yang sabar dan penuh perhatian. Si jenius itu cepat sekali belajar dan beradaptasi dengan karakter Mutiara.

Sementara untuk Mutiara, ia hanya fokus mendengarkan dengan saksama, sesekali mengajukan pertanyaan dan langsung dijawab dengan penjelasan yang mudah dimengerti.

"Kalau aku diajari seperti ini setiap hari, mungkin aku bisa jadi mahasiswa terbaik sepertimu, Rey!" gumamnya sambil tersenyum kecil, memuji Reyesh.

Reyesh cuma terkekeh, menatap Mutiara dengan pandangan penuh arti.

"Mungkin bukan hanya mahasiswa terbaik, Mut." katanya pelan, "tapi juga seseorang yang lebih kuat dan percaya diri."

Mutiara merasakan debar di dadanya semakin kencang. Napasnya diburu cepat sekali, tidak bisa ia kontrol lagi. Ada sesuatu di dalam tatapan Reyesh yang membuatnya merasa berbeda.

"Terima kasih, Rey!" katanya lirih.

"Untuk apa? Ini sudah tugasku. Kamu sudah membayar biaya bimbelnya. Terima kasih untuk apa lagi?" tanyanya dengan nada lembut dan dingin.

"Untuk pertama kali telah menolongku, untuk menyetujui dan mau menjadi mentorku, untuk hari ini, untuk... segalanya," jawab Mutiara mengutarakan isi hatinya dengan jujur.

Reyesh hanya tersenyum, kemudian dengan santai menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Nggak perlu berlebihan, Mut. Aku hanya melakukan tugas. Udah, itu aja. Jadi, kukembalikan lagi terima kasihmu." katanya, meski ada nada berbeda dalam suaranya. Sesuatu yang membuat Mutiara bertanya-tanya, apakah Reyesh benar-benar hanya menganggap ini sebagai tugas semata?

"Oke lanjut matkul lain, matkul yang kamu benci... Kalkulus." ucap Reyesh.

"Kamu benar-benar tidak akan membiarkanku nyantai walaupun sebentar, ya?"

"Kalau aku menuruti perintahmu yang satu itu, dan membiarkanmu santai, aku tidak akan melihat versi terbaik darimu!" katanya tegas.

Mutiara terdiam, hatinya terasa hangat mendengar itu.

Reyesh memang keras dan disiplin, tapi di balik itu, ia adalah seseorang yang peduli.

"Oh ya, di pesan terakhirmu, aku ada utang maaf, ya?"

Reyesh hanya mengangguk saja.

"Bolehkah kalau utang maaf itu kuucapkan sekarang juga?" pinta Mutiara.

"Tidak bisa."

"Lho, kenapa Rey?"

"Sudah kuputuskan, kamu harus membayar hutang maaf dengan cara dan versi lain."

"Omong kosong!" ucap Mutiara, ia merasa kelepasan mengatakan hal kasar.

"Lagi pula, jika utang maafmu diucapkan sekarang, sudah tidak berlaku lagi. Harusnya kamu ucapkan setelah marah-marah di perpustakaan waktu itu. Sekarang sudah basi, dan ucapan maafmu tidak berlaku lagi. Jadi, aku ingin kamu bayar dengan versi lain." Reyesh menjelaskan panjang lebar.

Mutiara tertawa kecil, "Oh, ternyata permintaan maaf bisa berubah ke versi lain ya. Aku baru tahu."

"Aku yang menciptakan definisi itu."

"Waw... Hebat sekali, jenius! Kapan?"

"Barusan. Saat kamu mengingatkanku akan utang maafmu itu!" jawab Reyesh.

"Jadi... bagaimana caraku membalas hutang maaf ini?" tanya Mutiara.

Reyesh hanya diam mematung, memandangi wajah Mutiara dengan pipi merah merona dan sangat menawan sekali.

Reyesh masih terdiam dan tidak memberikan reaksi atas Mutiara.

"Jadi, bagaimana caranya, jenius?" selain menyebut nama, sekarang Mutiara punya panggilan lain untuk Reyesh, dan ia senang menyebut mentornya dengan sebutan itu.

"Nanti akan kujelaskan teknisnya. Yang pasti, akan menyita banyak waktumu. Mungkin juga mengambil sedikit zona nyamanmu."

"Memangnya sebesar itu harga dari sebuah permintaan maaf?" Mutiara sekonyong-konyong bertanya pada mentornya itu.

"Mut, mulai sekarang dan ke depannya, sekalipun jangan pernah meremehkan sebuah permintaan maaf!" jawab Reyesh memberikan tatapan dingin kepada Mutiara.

"Iya! Emangnya kenapa? Aku butuh alasan!" tagih Mutiara, belum puas karena dirinya dibatasi, tanpa diberikan kejelasan.

"Alasannya akan kupecah menjadi dua kategori, mau versi paling rendah atau versi paling tinggi?"

"Dua-duanya!" pinta Mutiara.

"Emangnya kamu siap dengerin penjelasanku? Pasti akan pusing sendiri." ucap Reyesh.

"Kamu yang memulai duluan dengan definisi anehmu itu."

"Baiklah, kamu yang memaksa. Versi paling kecil untuk harga dari sebuah permintaan maaf, adalah sebuah hati yang rusak dan hancur. Itu dulu."

Mutiara hanya mengernyitkan dahi atas ucapan Reyesh, lalu gadis itu dengan sigap mengangkat bahu tanda kebingungan.

"Bagaimana? Mulai paham atau pikiranmu makin kusut?"

"Kusut!"

"Oke, akan coba kujelaskan. Misal, kamu telah mengucapkan hal yang tidak disengaja, dan membuat orang lain sakit hati atau marah. Tapi, orang itu sangat sabar. Menurutmu, apakah dia akan baik-baik saja?"

"I-iya... karena dia seorang penyabar. Apalagi, kalau saat itu aku datang padanya dan langsung meminta maaf, pasti beres urusan."

"Nah! Itu dia...! Kamu sudah sedikit paham, Mut. Tapi, jawabannya masih kurang tepat."

"Lho, emang apalagi yang harus kulakukan? Bukankah dengan meminta maaf tadi, sudah selesai perkara diantara kami?"

"Memang, dari sudut pandang banyak orang dan secara kelihatannya sudah selesai. Tapi, apa yang bisa kamu jamin, kalau jauh di lubuk hatinya, dia sama sekali tidak sakit hati atas ucapan kasarmu?"

Mutiara lagi-lagi menaikkan kedua alisnya, tanda bingung.

"Walau bagaimanapun, mereka dan kita masih manusia biasa... bukan Nabi, Mut!"

Mutiara terdiam atas ucapan menyentuh Reyesh. Kemudian, si jenius itu melanjutkan,

"Yakin, dia akan senyum tulus dan melupakan begitu saja hinaan atau ejekanmu? Nggak mungkin!"

Deg !

Mutiara hanya terdiam kelu. Sedikit banyak, ia mulai paham dan mengikuti arah logika Reyesh.

"Baik, aku ngaku salah. Tapi masih bingung. Coba kamu berikan analogi dan pemahaman versi lain, supaya aku benar-benar ngerti, kalau harga dari sebuah permintaan maaf memang semahal itu."

"Baiklah, akan kucoba.

"Ini masih dalam skala paling kecil, kan?"

"Ya, kita harus mulai dari akarnya dulu. Kamu siap? Eh, tapi kita nggak lanjut belajarnya lho ini. Kan, aku dibayar mahal, bukan untuk menceramahimu?" ucap Reyesh, mengingatkan.

"Udah, nggak apa-apa. Aku justru lebih senang mendengar ceritamu. Latihan dulu, Rey. Sebelum nanti, kamu benar-benar jadi orang yang selalu menceramahiku di masa depan." ucap Mutiara, ia kembali berulah dengan menggoda dan merayu Reyesh. Kali ini menggunakan kalimat yang sangat smooth.

"Nah mulai lagi ke ranah itu. Kita stop, ya?" jawab Reyesh yang tiba-tiba illfeel karena godaan dan rayuan maut Mutiara.

"Oke, maaf. Lupakan yang barusan. Ayo lanjutkan lagi ceritanya!"

"Ah, sampai di mana tadi?" Reyesh coba menguji ingatan Mutiara.

"Sampe di... masa depan antara kita!" jawab Mutiara tersenyum puas.

"Aarrggh...! Bukan yang itu!"

"Habisnya, kamu tanya bagian terakhir, ya kujawab itu lah...! Dan emang yang kalimat itu, bagian terakhirku." ucap Mutiara merasa tidak bersalah dan kali ini aman.

"Ada sebuah cerita sih, supaya kamu paham arti dari sebuah permintaan maaf versi paling kecil."

Bersambung.......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!