NovelToon NovelToon
Allesya

Allesya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rodelima

"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMUAN TICO & ALLE

Sampai di rumah ponsel Alle berdering, dia pun segera mengangkatnya begitu melihat siapa yang menelpon.

"Iyah Kak Riri? Gimana?"

"Astaga akhirnya lo angkat juga Al, gimana keadaan lo, gue khawatir banget tahu, oh iya tadi kata Ares lo sempat hilang. tadi lu ke mana?"

Tubuh Alle membeku begitu mendengar ucapan Sus Riri. Ares? tadi sempat bicara dengan suster Riri?

"Maksud Kak Riri apa sih? Alle nggak ngerti." tanya Alle dengan bingung.

"Iya tadi kakak telepon kamu, terus pas entah untuk yang kesekian kalinya Ares yang angkat dan dia terdengar cemas katanya kamu hilang dan dia lagi cari kamu." jelas suster diri menjelaskan.

Tubuh Alle semakin membeku, dia menggigit bibir bawahnya sejenak berharap ini bukan mimpi jika tadi Ares sempat berbicara seperti itu pada suster Riri, itu artinya Ares masih perhatian padanya, dan masih mencemaskannya, lalu apakah Ares juga yang menyelamatkannya? tapi dokter Leti bilang jika Tico yang membawanya ke UKS.

"Kak Riri beneran kan? Ngak bohong?" Alle kembali memastikan kembali, berharap Suster Riri benar-benar dengan jawabannya.

"Benar Al, jadi jawab kakak. Bagaimana keadaanmu sekarang? Dan tadi kamu kemana? bagaimana bisa Ares hanya menemukan ponselmu?"

Alle terdiam sejenak, lalu mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, hingga Dia berakhir di ruang UKS entah siapa yang menyelamatkannya. entah Tico maupun Ares. namun Alle yakin jika Ares ikut andil menyelamatkannya.

"Astaga, kenapa mereka jahat sekali?" gumam Suster Riri dengan kesal, "Kenapa nggak ngadu aja sama Tico, sepertinya Tico cukup perhatian sama kamu sampai-sampai ingin antarin kamu."

"Nggak kak, aku nggak sedekat Itu sama Kak Tico, memang beberapa kali Kak Tico menyelamatkanku. tapi aku masih agak takut jika harus berduaan dengan dia, dan aku takut dia kerepotan kalau aku mau minta bantuannya."

"Sebaiknya kamu jangan terlalu tertutup Al, kamu perlu teman. setidaknya di area kampus Aku ingin sekali menjagamu tapi bagaimana lagi aku tak setiap saat berada di dekatmu."

"Kak Riri nggak perlu khawatir, aku bisa menjaga diri kok."

"Menjaga diri bagaimana? kau saja hampir mati jika tidak diselamatkan oleh Tico atau Ares. jika nanti terulang kembali bagaimana?" omek Suster Riri membuat Alle tersenyum, dia tak pernah merasakan diperhatikan seperti ini selain Ares. meskipun Om dan tantenya cukup perhatian dia tak terlalu mendapatkan kehangatan dari mereka, karena mereka jarang di rumah.

"Aku sudah punya Kak Riri, itu cukup bagiku."

*******

"Bagaimana Ares? kamu bisa ke sini."

Ares tersentak begitu Kara menanyakan pertanyaan yang sama, tadi dia memang melamun, memikirkan siapa orang yang mengurung Alle di gudang itu, hingga tak fokus dengan apa yang Kara bicarakan.

"Hah? kamu mau bilang sama orang tuamu nanti?"

"Iya Ares, aku takut jika malah mereka tahu dari orang lain aku nggak mau itu terjadi, nanti malah berdampak juga kamu mereka berpikir kamu nggak bertanggung jawab."

Ares menghela nafas, sebenarnya dia tak benar-benar siap dan tak akan pernah siap jika diberi pilihan, hanya saja tak ada pilihan sama sekali, membuatnya mau tak mau memang harus melakukannya.

"Baiklah, nanti aku ke sana."

"Iya Res, aku tunggu."

"Hm."

Setelah panggilan terputus, Ares kembali memikirkan Alle sebenarnya dia agak sulit melepaskan Alle, hanya saja keputusan ini telah diambil yang artinya semua resiko telah dia tanggung sejak awal.

"Om belum ada perkembangan sama sekali?"

Ares menoleh, dan mendapati Tico berjalan ke arahnya sepertinya pria itu usai bermain basket di komplek sebelah bersama teman-temannya.

Ares menggeleng lesu, "Belum, Papah malah sering melamun nggak merespon sama sekali kalau aku ajak bicara, aku rasa Papah malah semakin parah."

Tico menatap Ares heran, setahunya dulu sebelum dia masuk ke rumah sakit jiwa, keadaan omnya tidak seperti itu memang sudah agak ngawur jika diajak bicara, namun masih sedikit merespon dengan normal meskipun kembali tantrum jika ditanya sesuatu yang tidak dia sukai.

"Kenapa bisa? kau rutin memberi obat yang bagus kan?"

"Iya Ko, Kara juga membantu dengan ngasih obat dari tantenya yang ada di luar negeri agar keadaan Papah kembali pulih, namun bagaimana lagi sepertinya memang Papah sudah tak tertolong, dia begitu mencintai Mamah sampai benar-benar tak ingin meninggalkan kenangan bersamanya."

Tico pun hanya bisa mengelan nafas, cukup prihatin dengan keadaan omnya itu.

"Ouh iya,nanti sore gue mau ke rumah Kara gue mau ngomong ke orang tuanya perihal gue yang mesti tanggung jawab Lo ikut ya? setidaknya jika nanti gue babak belur dihajar Papahnya Kara ada yang nyupir gue." kekeh Ares di akhir kalimat, membuat Tico mendengus.

"Jam berapa?"

"Mungkin jam delapan."

"Oke."

*******

Alle merapatkan jaket yang dikenakannya, dia ingin pergi ke supermarket terdekat, tiba-tiba saja dia ingin memasak mie instan hanya saja stok di rumahnya habis dia lupa membelinya kemarin, jadi mau tak mau akhirnya dia keluar sendirian.

Setelah taksi yang dipesannya sudah datang, dia pun segera masuk hingga beberapa menit kemudian telah sampai di supermarket terdekat.

Sampai di sana, Dia segera masuk guna mengambil mi yang sejak tadi menjadi bayangannya terasa nikmat.

"Emm, mie kuah kayaknya enak." gumamnya sebelum akhirnya memasukkan ke dalam keranjang yang dibawanya.

"Sekalian belanja keperluan yang lain ah agar nggak keluar-keluar lagi nanti."

Alle membeli keperluan mandi yang sedang menipis, disusul cemilan untuk nonton drakor.

Saat akan menjangkau cemilan yang terlalu tinggi, Alle menjinjit, namun tak sampai membuatnya mendengus.

"Perasaan nggak pendek-pendek amat, kenapa nggak sampai sih, susah banget, ini yang buat setinggi apa sih." kesalnya, namun tetap berusaha mengambil cemilan kesukaannya yang entah bagaimana diganti ditaruh ke tempat yang lebih tinggi biasanya tidak.

Di tengah usahanya, tiba-tiba dari belakang ada sebuah tangan yang menjangkau dengan mudah cemilan itu, membuatnya langsung terdiam dan menoleh.

"Loh, Kak Tico." kaget Alle, terlebih saat Tico menyerahkan cemilan yang di inginkan Alle ke hadapan Alle.

Alle dengan kikuk menerima cemilan yang diberikan Tico kepadanya.

"Makas"

Baru saja Allesya akan mengucapkan terima kasih, Tico telah pergi setelah mengambil 2 botol minuman bersoda, emang sekaku itu.

Alle memperhatikan tico yang berbicara kepada kasir cowok sebentar, entah bicara tentang kembalian atau apa. karena setelahnya Tico mengambil kembalian lalu bergegas keluar, saat melihat keluar mata Alle langsung melotot begitu melihat Ares yang menyetir di mobil yang Tico gunakan.

Buru-buru Alle keluar, dia ingin menanyakan perihal siapa yang menyelamatkannya di gudang, namun baru saja ia membuka pintu, mobil mereka sudah laju membuat tubuh Alle lemas.

1
Anonymous
Up yang banyak ya thor 😊
Graciiellah_: siiap kak 😊
total 1 replies
Graciiellah_
Haha iya kan kak, kaiak cuma dia aja cowok didunia ini. saya aja sedikit palak liat modelan cewek kayak gini.
Aretha Shanum
ga suka nih peran cwenya terlalu menye2 jadi bosan alurnya
Graciiellah_: Hahaha iya kan kak, kyk cowok cuma dia aja, saya aja sedikit emosi sih liat modelan cewek kayak gini.
total 1 replies
Graciiellah_
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!