"Ihh... Panas Mas!"
"Sebentar lagi juga dingin, nikmatin aja."
Adelia mengalami insiden yang hampir merenggut nyawanya karena kecerobohan seseorang, bukannya mendapatkan ganti rugi Adelia malah mendapatkan calon suami.
"Kamu enggak perlu khawatir, aku akan bertanggungjawab. Bapakku Penghulu kamu tenang saja."
Maksudnya apa, memangnya kenapa kalau bapaknya pria ini seorang penghulu? kan Adelia hanya butuh ganti rugi bukan calon suami.
"Kenapa, ada yang aneh ya sama saya? Kenapa ngeliatin terus?"
"Kenapa, emangnya gak boleh dilihat gitu?"
"Ck, kalau kamu ngeliatin kayak gitu 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨, 𝙠𝙪𝙢𝙖𝙝𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙗𝙤𝙜𝙤𝙝, 𝙨𝙖𝙝𝙖 𝙣𝙪 𝙧𝙚𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙝𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CABE Bab 14
Dua hari Adelia hanya berdiam diri diatas tempat tidur, selama dua hari juga Azkha bolak-balik ke perkebunan lalu kembali ke klinik setelah pekerjaannya selesai.
Selama itu juga Adelia diperhatikan oleh Azkha, setiap melakukan aktifitas apapun laki-laki itu siap mengantarkannya termasuk membersihkan diri. Azkha akan menunggu Adelia didepan pintu kamar mandi, membiarkan Adelia menghabiskan waktunya di dalam sana sendirian karena memang dirinya tidak boleh ikut berpartisipasi untuk sekarang.
Belum muhrim!
Azkha hanya bisa membimbing langkah kekasihnya itu- tunggu kekasih? Jelas saja, mereka kan sudah sepakat kemarin kalau Azkha akan menikahi Adelia setelah perempuan muda itu bertemu dengan keluarganya, lalu apa sebutan untuk keduanya sekarang yang pas ya sepasang kekasih kan.
"Aku bisa pulang kan hari ini? Lukanya udah enggak sakit kok Mas. Kaki aku udah bisa jalan, hasil visum juga udah keluar, hari ini aku mau ngambil barang-barang di rumah orang tua angkat aku. Aku mau ngekost aja, aku enggak mau tinggal lagi disana!" Adelia yang sedang di rapihkan rambutnya oleh Azkha terus saja mengoceh.
Tangannya yang masih terpasang jarum infus membuat dia tidak bisa leluasa menggerakkan sisir dan ikat rambut, padahal itu adalah pekerjaan mudah. Tapi karena tangan kanannya masih terpasang infus pada akhirnya Adelia membiarkan Azkha melakukan itu.
Terlihat begitu manis, hal sederhana yang mampu membuat detak jantung Adelia semakin tidak karuan. Apa lagi saat dia melihat Azkha tengah menatapnya dari belakang, laki-laki berjambang dengan wajah yang mirip dengan orang bule ini terlihat seperti ayah yang tengah merapihkan rambut putrinya.
Seumur hidup Adelia baru merasakan hal ini, ada rasa Haru tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Dirinya memang memiliki sebuah keluarga lengkap, ada ayah ibu adik dan saudara, tapi selama dua puluh lima tahun lebih tiga bulan dirinya hidup Adelia tidak pernah merasakan adanya sosok ayah ataupun ibu yang seperti dimiliki teman-teman sekolahnya.
Mengantarkan ke sekolah, mengepang rambutnya, mengikat rambutnya, mendandaninya seperti yang Azkha lakukan saat ini, tidak itu tidak pernah terjadi.
"Kamu mau pulang kerumah mereka?" Suara Azkha terdengar, laki-laki itu sudah menyelesaikan pekerjaannya dan segera menjauh dari Adelia.
Terlalu lama berdekatan dengan perempuan muda ini membuat napasnya sulit di atur, tangannya sering kali gatal ingin membelai rambut juga pipi putih Adelia yang selalu terlihat kemerahan kala salah tingkah.
"Cuma mau ngambil barang-barang aku aja, hape sama dompet mungkin beberapa potong baju, aku mau keluar dari sana Mas mau ngekost aja dekat tempat kerja aku." Ucap Adelia seraya menatap dirinya dicermin kecil yang dia dapatkan dari seorang perawat begitu juga dengan sisir juga ikat rambutnya.
Azkha menganggukkan kepalanya, sejujurnya dia ingin sekali mengatakan pada Adelia bahwasanya perempuan ini tidak perlu mengontrak atau ngekost, kenapa tidak tinggal bersamanya bukankah mereka akan menikah? Dirinya bisa tinggal di pondok perkebunan, sementara Adelia bisa tinggal di rumah singgah.
Tapi karena takut Adelia berpikiran macam-macam tentangnya jadi Azkha terpaksa menyetujuinya.
"Ya sudah kalau begitu, aku antar. Mungkin siang ini kamu sudah bisa keluar dari klinik kita tunggu dokternya dulu ya." Azkha berucap dengan nada yang lembut, dia tidak memaksakan kehendaknya demi kenyamanan Adelia.
***
Dugaan Azkha benar, siang harinya Adelia sudah diperbolehkan untuk pulang setelah Dokter mengontrol kondisinya hari ini. Azkha sudah bersiap membawa perempuan muda ini ke tempat dimana Adelia ingin pulang untuk mengambil sesuatu.
Selama perjalanan pulang Adelia dan Azkha tidak terlalu banyak mengobrol, Adelia lebih memilih untuk menyandarkan kepalanya di punggung kokoh nan lebar milik Azkha walaupun sesekali berbicara saat merasakan suasananya sepi.
Hingga tidak lama akhirnya mereka sampai di sebuah perumahan elite yang terlihat sepi karena para penghuninya sedang bekerja diluar.
Adelia menghela napas kasar kala turun dari motor Azkha, dia melepaskan helm yang dipakainya. Kedua matanya mengarah pada pintu gerbang yang tertutup, suasana rumah dua lantai itu pun terlihat sepi.
"Mas Azkha masuk ya!" Ajak Adelia seraya menarik lengan Azkha agar mau mengikutinya.
Sedikit terseret Azkha mengikuti langkah Adelia, mereka berdua masuk berdampingan dengan Adelia yang terus saja menggenggam lengan laki-laki didekatnya.
Dari kejauhan Adelia bisa melihat Amelia, saudara angkatnya itu terlihat menatap kearahnya dengan tatapan bingung.
"Kak Adel kemana aja, dua hari hilang! Ayah udah nyariin Kak Adel tapi enggak ketemu-ketemu, terus hape sama tas Kak Adel ada di mobil kita enggak bisa-,"
"Aku dirawat di rumah sakit." Adelia menyela ucapan Amelia yang terdengar kesal juga memojokkannya karena sudah membuat Hermanto kesusahan mencarinya.
Padahal Amelia tidak tahu kalau kesulitan yang dirinya alami adalah ulah laki-laki tua itu sendiri.
"Kak Adel sakit? kenapa enggak ngehubungin-,"
"Adelia, dari mana saja kamu?! kamu bikin kita kesusahan tau gak. Kenapa enggak pulang dua hari huh, kamu pergi kemana? Dia, dia siapa? laki-laki ini siapa kenapa bisa sama kamu, dua hari enggak pulang kamu malah bawa laki-laki enggak jelas! Mau mempermalukan keluarga ini iya!" Suara keras Hermanto terdengar, menyela ucapan Amelia yang belum sempat terselesaikan.
Kedua mata laki-laki tua itu mendelik tajam pada Adelia yang terlihat acuh tak acuh dengan sambutan dari ayah angkatnya.
"Aku di rumah sakit, bajingan yang ayah suruh mengantarkan aku pulang hampir saja membuat nyawa aku melayang, dia juga hampir memperkosa aku kalau itu yang ayah mau tahu! Enggak terkejut ya, iyalah kalian kan udah kerja sama." Ucap Adelia dengan segala emosi yang mati-matian dia pendam.
Hermanto terdiam begitu juga dengan Amelia, Perempuan yang lebih muda dua tahun dari Adelia itu terlihat menutup mulutnya mendengar ucapan Saudara angkatnya tersebut.
"Kak, Ayah enggak mungkin ngelakuin itu sama kakak! mau gimanapun kakak tetap anak ayah, ayah enggak mungkin mau nyelakain kakak." Amelia menggelengkan kepalanya, dia mendekat pada Hermanto dan berusaha untuk memenangkan ayahnya.
Adelia sendiri hanya menghela napas kasar, dia tahu kalau tidak akan ada orang yang percaya dengan ucapannya terlebih orang-orang di rumah ini.
"Ya sudahlah terserah, aku datang kesini juga bukan mau mengadu sama kalian, aku cuma mau ngambil barang-barang aku, ponsel, mobi, dompet, beberapa pakaian juga!" Adelia tidak mengindahkan, dia segera berjalan melewati Hermanto dan Amelia yang masih terdiam ditempatnya.
"Mobil kamu enggak ada Del!" Ucapan Hermanto berhasil menghentikan langkah Adelia yang tidak sabaran.
Begitu juga dengan Azkha, dia yang belum mau ikut campur selama Adelia baik-baik saja dibuat mengerutkan dahi mendengar ucapan laki-laki paruh baya di hadapannya.
"Maksudnya ayah, apa?"
Hermanto mengalihkan perhatiannya kearah lain, dia menghindari tatapan penuh selidik Adelia. Amelia juga melakukan hal yang sama, dia tidak mau melihat Adelia yang tengah menatap ayahnya dengan penuh tuntutan.
"Ibumu kelilit arisan, Ayah terpaksa gadaikan mobil kamu kemarin gara-gara orangnya datang nagih kesini, Ayah enggak punya jaminan lain selain mobil milik kamu!" Tukas Hermanto dengan nada yang ketus, seakan tidak merasa bersalah sudah menggadaikan mobil milik anak angkatnya demi bisa melunasi hutang arisan Herlina istrinya.
"A-apa?! Kalian, kalian punya otak enggak sih! Itu hasil keringat aku sendiri, hasil kerja aku selama bertahun-tahun enggak ada sedikitpun aku minta sama kalian tau gak, tapi kalian seenaknya ngejual mobil aku demi hutang yang kalian buat sendiri!" Raung Adelia dengan suara keras memekikan telinga.
Dia benar-benar tidak tahan, kalau saja tidak ada yang menahannya sandal yang dipakainya saat ini sudah melayang menimpa wajah Hermanto.
bener ga tuh bahasa sundanya, kak def zeyeeennnnnkkk?
wong solo ajar basa Sunda gegara novel kakak nih /Grin//Grin//Grin/
MasyaaAllah... bang azkha bener² bkin neng adel klepek² n bkin kita yg baca jadi pgn diklepekin juga /Drool//Drool//Drool//Drool/
hadeeuuuuhhhh, si ameledung. jadi orang kok isinya cuman iriiii mulu ama orang lain /Hammer//Hammer//Hammer/
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪🏃🏃🏃
trs jd artis deh....
wahhh... Ais bakalan jd Mama Artis donk..
🤭🤭🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃🏃
hati hati loh...tidur jadi gk nyenyak..hidup jadi GK tentram nnti klu dengki 😁