Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.
Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.
~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa
~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.
Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Sayang
Rico dan Rena nampak kembali mengunjungi panti sore itu. Hanya berdua tanpa sang mama seperti biasanya. Tujuan keduanya pun juga berbeda, bukan untuk berkunjung dan memberikan santunan namun untuk menemui Citra dan Radit yang rencananya hari mereka akan pergi ke kota A.
"Kalian mau menginap berapa lama disana?" Bu Rahma yang menyambut kedatangan si kembar bersama dengan Citra nampak bertanya. Bagaimanapun, ke dua anak asuhannya masih berada dalam tanggungjawab nya.
"Mungkin dua hari dua malam, bu. Tapi bisa lebih jika kegiatan disana masih menarik untuk diikuti." Rico menjawab seadanya.
Kota A yang akan menjadi tujuan mereka sedikit jauh tempatnya. Membutuhkan waktu 5 jam perjalanan darat untuk sampai ke sana. Karena itulah mereka tak bisa menentukan waktu pasti karena selain liburan mereka juga mempunyai misi yang harus segera dilaksanakan.
"Baiklah.Tapi tolong diingat, kalian harus tetap memberi kabar ibu apapun yang terjadi. Jaga diri dan kesehatan kalian disana. Saling melindungi dan menguatkan."
"Tentu, bu. Kami akan mengingat semua itu." Citra memeluk erat bu Rahma. Wanita berhijab tersebut tersenyum dan membelai lembut surai Citra yang hitam legam.
Setelah berpamitan, ke empat remaja itu berangkat menggunakan mobil dengan Rico yang mengemudi. Tujuan mereka kali ini pergi ke kota A untuk membangun usaha. Rencananya, usaha itu nantinya akan mereka berikan pada Denisa.
.
.
.
Pintu apartemen nampak terbuka perlahan menampilkan sosok tampan dengan mata menyorot tajam dan senyum yang terukir disana.
"Sudah lama menungguku?"
"Tidak mas, aku juga baru sampai setengah jam yang lalu." Denisa berdiri, meraih tangan Raka dan menciumnya ta'zim.
Ada hangat yang menjalar di kedua dada yang berdiri saling berhadapan. Denisa segera meraih tas kerja Raka dan membawanya ke ruang kerja. Sementara Raka gegas melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Sudah ada pakaian untuk dia kenakan tertata rapih diatas kasur membuat Raka tersenyum simpul. Tak dapat ia pungkiri ada rasa yang membuncah dalam hatinya. Merasa diperhatikan, dirawat dan juga di sayang.
Raka mengusap wajahnya kasar, dia bingung dengan perasaan nya sendiri. Disatu sisi dia masih merindukan kekasihnya, namun disisi lain dirinya bahagia akan kehadiran sosok gadis yang telah menjadi istrinya itu meski belum seutuhnya.
Ya, hanya status karena hingga detik ini belum terjadi apa apa diantara pasangan tersebut. Hati yang belum menemukan jalan untuk bertemu tentu saja menjadi alasan terbesar bagi Raka untuk menahan diri.
Satu jam kemudian pasangan tersebut telah berada di dalam mobil yang kini melaju membelah jalan menuju ke sebuah restoran yang sebelumnya sudah Raka pesan untuk malam ini.
Kedua tangan yang saling menggenggam itu tak terlepas sedikitpun. Ada rasa nyaman yang keduanya rasakan meski bibir mereka masih terkatup sempurna.
"Dingin ya." Suara Raka membuat Denisa menoleh, dengan pelan kepala itu mengangguk.
Raka menarik jemari Denisa lebih dekat dan semakin erat. Di kecupnya jemari itu ketika telah sampai di depan bibirnya yang tebal dan seksi dimata Denisa.
Semburat rona merah tercipta di kedua pipi Denisa. Beruntung lampu mobil di buat remang-remang karena hanya lampu di bagian jok belakang yang Raka hidupkan sementara mematikan yang berada tepat diatas kepala mereka. Hingga rona merah itu tersamarkan sempurna meski Raka tetap dapat menebaknya karena Denisa yang berubah menjadi salah tingkah.
Raka mempererat genggamannya. Bahkan jemari itu kini berpindah di pangkuannya. Hingga sampai di perempatan lampu merah mobil berhenti. Tak ada kata yang keluar dari bibir pasangan suami istri tersebut. Detak jantung yang sama sama saling menggila membuat keduanya bungkam bahkan tak tahu harus berbuat apa.
Hingga lampu hijau menyala dan mobil kembali melaju, keheningan diantara keduanya masih tercipta. Bukan hanya Raka karena nyatanya pikiran Denisa kini entah dimana. Perlakuan suami tampannya yang begini justru tak baik untuk kesehatan jantungnya. Dentuman keras di dadanya menandakan jika dia sedang tak baik baik saja.
"Bolehkan aku merasa senang kali ini saja? bukankah dia suamiku dan aku juga berhak untuk menerima perlakuan manisnya. Meski aku tahu, bukan aku yang berada dalam hatinya, tapi bolehkan aku ikut merasakannya sedikit saja? hanya sedikit untuk menambah koleksi kenangan dalam hatiku nanti jika waktu perpisahan kami telah tiba." Denisa menatap sendu lampu lampu jalan yang menyala indah. Takdir selalu tak berpihak padanya, namun Denisa tak ingin menyalahkan takdir karena apa yang terjadi tentu sudah menjadi KetetapanNya.
Mobil berhenti di halaman parkir sebuah resto barbeque yang lumayan terkenal. Raka telah memboking bagian Roottoof resto. Roottoof terbagi menjadi dua bagian dan salah satunya telah dia pesan.
Dari sana nampak pemandangan malam kota yang indah dengan taburan lampu kerlap kerlip di bawah sana.
Dengan tangan kembali bertautan Raka membawa Denisa kesana. Sudah tersedia berbagai persiapan barbeque lengkap dengan tungku bara yang menyala. Denisa menutup mulutnya tak percaya. Matanya menatap seluruh keindahan dihadapannya tanpa berkedip.
Berdiri di besi pembatas dengan hiasan bunga yang indah serta pemandangan lalu lintas serta lampu yang bertebaran sungguh memanjakan mata Denisa yang jarang bahkan tak pernah sekalipun menikmati yang namanya berlibur. Waktunya selama ini dihabiskan untuk bekerja dan bekerja selain membantu bu Rahma mengurus panti.
"Suka?"
Suara seksi Raka membuyarkan lamunannya, bahkan kedua lengan lelaki itu telah melingkar sempurna di perutnya. Bertaut disana seolah tak ingin lepas. Punggung yang menempel di dada bidang itu membuat Denisa sesak nafas seketika. Perlahan tapi pasti tubuh Denisa kembali mengalami tremor.
"Su.. suka mas. Ini sangat indah."
Raka tak menjawab, suaminya itu malah meletakkan dagunya diatas kepala Denisa dan melakukan sebuah kecupan ringan disana yang membuat jantung Denisa semakin menggila. Sumpah Demi apapun Denisa tak berani bergerak kali ini bahkan untuk menarik nafas pun dia takut.
"Aku senang jika kau menyukainya, tadinya aku pikir kau tak menyukai tempat ini."
"Ak.. aku suka. Ini bagus."
Lengan Raka semakin mengerat. Pemandangan kota di malam hari sudah biasa baginya. Namun entah mengapa seolah menjadi hal luar biasa dimata Denisa namun Raka pun tak memungkiri bahwa dirinya pun menikmati suasana ini.
Lama keduanya dalam posisi itu, dimana Raka memeluk erat Denisa dari belakang dengan dagu yang berada di pucuk kepala Denisa hingga mempermudah dirinya melabuhkan kecupan kecil disana.
"Kita makan dulu yuk, aku sudah lapar." Raka melonggarkan pelukannya. Membimbing sang istri menuju meja dimana seluruh persiapan barbeque telah tersedia.
Keduanya menikmati makan malam dengan nikmat. Tak jarang Raka menyuapkan udang atau ayam yang baru matang ke mulut sang istri. Melihat gadis itu melotot dengan mulut penuh membuatnya tergelak meski harus menerima sebuah cubitan di lengannya dari sang istri.
.
.
.
"Aku tak tahu harus mengartikan bagaimana perasaan ini. Aku takut terlalu cepat mengatakan jika ini cinta. Tapi aku akui rasa nyaman itu sungguh membuat hatiku menghangat. Menatapmu membuat jiwaku terasa damai. Aku menyayangimu Denisa Anisa."
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
gass yok
ibu telat 🤭🤭
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit