Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecanggungan
Duta berhenti di toko depan dan membelikan minuman untuk Laras. Lalu ia segera kembali masuk ke dalam mobil. Dia membukakan tutup botol minuman itu. Laras yang melihat itu tersenyum.
Duh ya Allah, romantis banget sih dia kayak oppa-oppa Koreaaa. Aihh, syukaaaa. Laraaasss kendalikan diri kamuu. Batin Laras dalam hati.
"Ngebatin apa ay? Kok senyum sendiri. Nih diminum dulu" Duta memberikan air mineral itu kepada Laras.
Laras segera meneguknya dengan cepat. "Hah, alhamdulillah. Besok lagi sediakan minum kek bang. Biar kalau mau minum langsung adaaa" protes Laras setelah meneguk minumannya.
"Iya sayang" Duta dan Laras seketika mematung. Muka mereka sama-sama merah merona karena malu.
"Eh, maaf ay, bukan maksud abang" ucap Duta mengklarifikasi panggilannya terhadap Laras.
"Gak papa bang, e... e...., berangkat yuk ke Semilir. Laras pengen naik prosotannya" jawab Laras mengalihkan perhatian. Laras membuang muka takut ketahuan mukanya sedang merona.
Duta melajukan mobil nya kembali dan mereka sama-sama diam. Mereka ingin mengobrol tapi mereka sama-sama tidak tahu apa yang harua dibicarakan.
"Abang dulu lulusan apa bang?" tanya Laras memecah keheningan yang tercipta.
Duta menoleh sebentar dan fokus kembali untuk menyetir. "Abang dulu lulusan ekonomi" jawab Duta singkat.
"Oowwh" jawab Laras tak tahu lagi harus bertanya apa lagi.
Mereka kembali diam dan suasana menjadi canggung kembali.
"Abang ni memang pendiam apa gimana sih? Kok daritadi diem aja" tanya Laras sudah tak tahan dengan kecanggungan antara mereka.
"Ha? Abang gak tahu mau ngobrol apa sama kamu Ay"
"Sama bang, Laras pun bingung mau ngobrol apa. Apalagi ini pertama kali buat Laras"
"Kamu beneran pertama kali ini dekat dengan lawan jenis?"
Laras mengangguk.
"Ada yang pernah deketin kamu gak? Gak mungkin dong cewek secantik kamu, dokter lagi gak ada yang coba deketin"
"Ada, tapi gak Laras respon"
"Kenapa?"
"Apa ya? Gak tahu, pokoknya gak sreg aja sama mereka"
"Kok sama abang mau? Berarti sama abang sreg dong. Gitu maksudnya?"
Laras diam tak menjawab. Wajahnya kembali merona mendapat pertanyaan seperti itu.
"I...ya mungkin" jawab Laras akhirnya.
"Masih mungkin ya?" tanya Duta sedikit kecewa.
"Hahaha, kenapa bang? Berharap banget jadi jodoh aku?"
"Iya"
Jawaban Duta kembali membuat Laras bungkam.
"Emang kamu gak berharap jadi jodoh abang Ay?" tanya Duta kembali.
"Wajib dijawab?" tanya Laras.
"Wajib"
"Berharap, cewek mana sih yang mau menyia-nyiakan cowok seganteng dan sekeren abang?"
Jawaban Laras memberikan angin segar bagi Duta.
"Jadi menurut kamu abang ganteng dan keren?"
Laras mengangguk. Dia mencoba jujur dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Abang memang ganteng kok, akhlak abang baik. Pinter murotal juga. Suara abang merdu kalau lagi murotal. 3 kali Laras denger suara abang dan bener-bener seperti terhipnotis"
"Masaaaaa? Kamu terlalu melebih-lebihkan Ay. Banyak kok yang lebih bagus dari suara abang"
"Iya sih"
"Besok abang ke Pati Ay, kamu besok seharian ngapain aja?"
"Iya, besok hati-hati berangkatnya. Kasih kabar kalau mau berangkat dan sudah sampai. Besok biasa lah bang, praktek"
"Harus kasih kabar ke kamu?" tanya Duta mencoba memancing Laras.
Laras baru sadar atas ucapannya. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Laraaasss, bodoh banget siiihhh.
"Jangan dibatin Ay. Iya abang bakalan kasih kabar besok. Makasih udah mau terbuka dengan abang"
"Proyek tadi untuk hari jadi kota Magelang bang?" tanya Laras mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya, biar makin cantik kotanya, makin menarik wisatawan untuk berkunjung ke kota kita"
"Laaaahh, terus kita kenapa gak ke tempat wisata yang ada di kota kita sih abaaaaangg? Kenapa malah ke Semilir yang notabene masih masuk kabupaten Semarang?"
"Ya gak papa dong Ay, abang kan pengen ngajak jalan yang jauh. Kalau di Magelang doang mah, sore juga udah pulang. Abang kan mau nya seharian jalan sama kamu"
"Issshhh, abang nih. Sukkkkaaaa banget kalau suruh godain aku" ucap Laras sambil geleng-geleng kepala.
"Hahahah, kamu tergoda Ay?"
"Udah sih baaaaannnggg"
"Abang juga mau tahu dong konsep dari Semilir kayak apa. Siapa tahu bisa jadi referensi buat abang ngembangin kota kita"
"Semoga semakin maju kotanya di bawah kepemimpinan abang"
"Aamiin, dukung abang selalu ya"
"Iya"
"Rabu sore ada acara gak Ay?"
"Kenapa bang?"
"Abang mau ajak kamu ke resepsi temen kuliah abang. Bisa?"
"Insyaallah, nanti kabari aja ya?"
"Oke, sabtu ikut abang ke bandara ya. Jemput mas Agus, kakaknya abang. Bisa?"
"Bisa, jam?"
"Sore palingan"
"Oke nanti kabari aja lah. Abang nyimpen nomor ponsel aku kan?"
"Iya"
"Pinjem hp nya bang, aku kan belum punya nomor ponsel abang"
Duta merogoh saku nya dan memberikan ponsel nya kepada Laras. Laras mencari nama kontak nya tapi tak ketemu.
"Abang kasih nama apa sih? Kok aku cari Laras gak muncul"
"Ay"
Laras mengetikkan kata Ay dan keluar nama kontaknya. Dia segera memencet panggilan dan tersambung ke ponsel Laras. Laras segera menyimpan nomor Duta.
Tak terasa mereka sudah sampai di dusun semilir. Sebuah tempat wisata yang ada di Kabupaten Bawen, Semarang. Duta dan Laras turun dari mobil. Duta membeli tiket. Sontak kedatangan Duta membuat keramaian bagi yang mengenalnya. Mereka ingin berfoto bersama Duta. Hingga Laras terlupakan.
Karena sesi foto tak kunjung selesai Laras akhirnya membeli tiket sendiri dan masuk meninggalkan Duta yang melayani fans nya untuk berfoto.
Setelah selesai berfoto, Duta mencari keberadaan Laras disekitarnya tapi tak ditemukan.
"Mas, tahu perempuan pakai hijab warna kuning gak?" tanya Duta kepada penerima tiket disana.
"Sepertinya tadi sudah masuk pak" jawab nya.
"Oh, makasih" Duta menyerahkan tiket itu dan masuk ke dalam mencari Laras. Duta celingukan tak menemukannya.
"Dimana kamu Ay? Hadeeh, Duta Duta, besok lagi kalau mau ke tempat ramai pakai masker sama topi aja lah daripada bikin dia badmood lagi" ucap Duta merutuki dirinya sendiri.
Duta masih celingukan. Sedangkan Laras sudah memesan makanan di sebuah tempat makan di dalam Semilir. Ponselnya bergetar. Bang Duta, nama yang tertera di ponselnya. Dia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya dan menempelkan ponselnya di telinganya.
"Halo Assalamualaikum" ucapnya datar.
Waalaikum salam, dimana Ay? Abang nyari kok gak ketemu
"Makan" jawab Laras singkat.
Disebelah mana? Abang samperin
"Gak usah, foto-foto aja dulu"
Hahaha, maaf deh, sepertinya abang udah menemukan kamu
"Emang tahu aku dimana?"
"Disini" Duta mematikan panggilan telponnya dan sudah berdiri di belakang Laras. Laras menoleh ke belakang dan Duta tersenyum kepada nya.
"Marah sama abang?" tanya Duta sambil mencomot makanan Laras.
"Aaaaahhh, makanan akuuu. Abang nyebelin ih. Beli sendiri sanaaaa"
"Gak ah, minta sama kamu aja, orang abang pengen ngrecoki kamu makan kok" jawabnya sambil mencomot makann Laras lagi.
"Udah selesai sesi foto nya? Kok mereka bisa tahu abang sih? Ini kan di Semarang"
"Mungkin mereka orang Magelang Ay. Yang gak tahu abang Bupati kayaknya kamu doang deh"
"Masaaa? Sebegitu tenarnya abang?"
"Hahaha"
"Malah ketawa"
"Ini mau makan apa mau main prosotan?"
"Makan dulu aja lah bang, Laras laper. Abang gak mau makan?"
"Kan abang udah bilang, minta kamu"
"Diiiihhhh, ngirit banget jalan sama kamu bang"
"Hahaha, ya sudah pesankan lah abang makan"
"Mau makan apa?"
"Samain punya kamu aja"
"Jangan dong, beda menu lah. Biar aku juga bisa mintaa"
"Yawes lah, pesankan apa yang pengen kamu icip"
"Oke" Laras melihat buku menu lagi dan memanggil pelayan. Pelayan segera mencatat pesanan Laras.
Tak lama kemudian makanan datang. Mereka makan dengan tenang. Kadang Laras minta makanan Duta dan sebaliknya.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
Maaf ya pemirsaaaahhh, author dikejar laporan tutup buku akhir tahuuuunn. Insyaallah nanti malam up lagi
😂😂😂