Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Insiden.
Aletta cukup terdiam mendengar perkataan Devan yang sejak tadi tidak mau kalah darinya.
"Aku berusaha mati-matian untuk bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan kepadamu Aletta. Kau pikir hanya dengan keinginanmu aku bisa tinggal diam dan membiarkanmu menjalani semua kehidupan itu hah!"
"Vallen dia adalah putriku dan bagaimanapun dia adalah tanggung jawabku dan kau juga masih...."
"Hentikan!" tegas Aletta memotong kalimat Devan.
"Jika kau terus mengatakan untuk bertanggung jawab. Maka kau tidak akan menjadi laki-laki maruk, pengecut! Kau tidak akan menikmati semua ini, peranmu yang bersandiwara di antara aku dan Kakakku!" tegas Aletta dengan air matanya yang jatuh.
"Bukankah aku sudah mengatakan hanya dengan cara itu aku bisa mengetahui bagaimana keadaanmu dan Vallen," sahut Devan dengan merendahkan suaranya.
"Tapi apa yang kau lakukan justru semakin menyakiti kak Thalia. Bagaimana mungkin kau bisa hidup bersamanya dan sementara aku punya masalah denganku hah! Hanya satu yang aku minta darimu untuk meninggalkanku dan keluargaku dan kau tidak bisa melakukan itu..."
"Iya benar! Aku tidak bisa melakukan semua itu dan terus merasa bersalah kepadamu Aletta. Aku menghancurkan kehidupanmu dan masa depanmu dan kau pikir aku bisa meninggalkanmu begitu saja hah?" sahut Devan memotong kalimat itu.
"Kalau begitu kau bisa mengatakan sejujurnya kepada semua orang jika apa yang terjadi di antara kita hah!" sahut Aletta meninggikan suaranya
"Kau yang selalu menghalangiku untuk mengungkap kebenarannya Aletta!" tegas Devan.
Aletta terdiam yang memang beberapa kali bahkan bukan hanya dengan keputusan mereka berdua sewaktu Aletta di Jakarta ingin jujur atas apa yang terjadi dan bahkan saat Aletta di Jepang dan hamil Devan juga ingin menceritakan seluruhnya kepada keluarga Aletta dan Aletta terus menghentikan Devan.
Aletta menghela nafas dan mengusap air matanya yang tampak sangat lelah menghadapi Devan.
"Baiklah! kau sudah menjalani semuanya dengan kakakku selama ini dan kau juga yang memilih semua ini. Jadi sekarang lanjutkanlah drama yang kau inginkan, pertunangan dan menikah dengan Kakakku. Aku tidak bisa menggantikan mu jika kau tidak bisa lepas dari keluargaku!"
"Ini permintaan terakhirku kepadamu untuk melupakan apa yang terjadi di antara kita dan jangan pernah menganggap jika Vallen adalah Putrimu dan jalani kehidupanmu bersama Kakakku!" tegas Aletta yang akhirnya kembali mengalah.
"Kau tidak bisa mengatur ku Aletta dan apapun yang ingin aku lakukan berdasarkan keputusanku!" tegas Vallen
"Apa yang kau lakukan hanya akan semakin menyakiti kakakku Devan!" tegas Aletta.
"Dan hanya kau yang bisa menghentikan semua itu," sahut Devan.
"Kau gila!" umpat Aletta.
"Aku akan lebih lagi. Jika kau tidak bisa menghentikannya!" tegas Devan.
Aletta sudah tidak sanggup berbicara lagi yang akhirnya memilih pergi dari hadapan Devan dan Devan juga pada akhirnya tidak menghentikan Aletta.
Devan menghela nafas yang mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan.
Kembali pada acara pertunangan yang ternyata Thalia dan Devan yang sudah berada di tengah-tengah para tamu undangan dengan mereka berdua yang saling berhadapan.
Salah seorang pelayan menghampiri keduanya yang membawa nampan dengan kotak cincin.
"Baiklah kita mulai saja acara pertunangan tuan Devan dan Nona Thalia," ucap MC yang memberikan arahan.
Mata Devan yang ternyata sejak tadi melihat Aletta tidak jauh dari tempatnya yang berdiri di samping Vallen. Aletta sejak tadi tampak jutek yang seolah tidak merasa akan ada sesuatu jika pertunangan itu dilanjutkan. Dia tampak orang biasa saja.
"Nona Thalia silakan pasang cincinnya di jari manis tuan Devan!" titah MC itu memberikan arahan yang membuat Thalia menganggukkan kepala.
Wajahnya sejak tadi berseri-seri yang pasti sangat bahagia di acara pertunangannya, dia sudah mengambil cincin dari kotak tersebut.
"Sayang tangan kamu!" ucap Thalia melihat sang kekasih yang sejak tadi matanya terus tertuju pada Aletta yang sudah menghindari sejak tadi.
"Sayang!" tegur Thalia dan barulah Devan melihat ke arahnya
"Aku ingin memasangkan cincin ke jari manis kamu!" ucap Thalia.
Devan menganggukkan kepala yang memberikan tangannya, saat Thalia ingin memasangkan cincin itu yang tiba-tiba saja melihat jari manis Devan terluka dan bahkan masih ada bekas darah yang sudah dapat dipastikan itu adalah gigitan dari Aletta.
"Sayang ini kenapa?" tanyanya tanpa khawatir.
Orang tua Thalia juga saling melihat satu sama lain karena melihat luka itu dan begitu juga dengan orang tua Devan yang merasa putra mereka awalnya baik-baik saja.
"Bagaimana mungkin aku bisa memakaikan cincin ini di jari manis kamu dan sementara kamu terluka yang ada kamu akan semakin sakit," ucapnya yang memang sangat tidak memungkinkan hal itu terjadi.
Devan tidak berkata apa-apa.
"Bagaimana ini Ayah?" tanya Thalia memberikan saran.
"Kalau begitu jangan dipasangkan dulu untuk sementara. Biar Devan saja yang memasangkan cincin di jari manis kamu Thalia," sahut Astri Ibu Devan yang memberikan saran.
Thalia sepertinya kurang setuju yang merasa pertunangan itu tidak sempurna jika hanya dia yang memakai cincin.
"Aletta ada benarnya juga kata ibu Astri. Lagi pula biasanya hanya pria saja yang memberikan cincin kepada calon tunangannya dan sangat jarang sekali jika itu sepasang kecuali menikah," sahut Ratih yang ternyata setuju dengan calon besannya itu.
"Baiklah kalau memang seperti itu," sahut Thalia yang mau tidak mau setuju.
"Kalau begitu, Tuan Devan silahkan pasangkan cincin di jari manis Nona Thalia!" titah MC yang kembali melanjutkan acara itu.
Thalia sudah merasa tidak sempurna di acara pertunangannya mau tidak mau kembali meletakkan cincin pertunangan itu dan dia hanya menunggu kekasihnya memasangkan cincin di jari manisnya.
Devan menghela nafas yang mengambil cincin tersebut dan 5 jari Thalia sudah diserahkannya yang sudah tidak sabar kekasihnya memasukan cincin indah itu.
Tetapi ternyata fokus Devan tidak tertuju pada calon istrinya dan justru kembali melihat Aletta yang Aletta pasti melihat ke sana kemari yang seolah tidak peduli apapun yang ingin dilakukan Devan.
Thalia sudah sangat menunggu sekali kekasihnya memasukkan cincin ke jarinya dan belum ada sama sekali yang sampai akhirnya Ibu Devan menegur putranya dengan menyenggolnya yang ternyata cincin itu sangat licin dan akhirnya membuat jatuh.
Suara dentingan yang terdengar dengan mata para tamu yang melihat ke arah bawah dan begitu juga dengan Devan dan Thalia. Niat Bu Devan untuk mengembalikan fokus putranya dan justru membuat cincin itu tidak terlihat.
"Astaga maaf!" ucap Devan merasa bersalah.
"Tolong bantu cari cincinnya!" titah Danu kepada pelayan yang ada di sana yang membuat mereka menganggukkan kepala.
Mata para tamu juga melihat ke bawah yang berusaha untuk mencari cincin itu sampai ada yang mengangkat dress nya dan ternyata Aletta juga melakukan hal yang sama melihat ke bawah yang ke mana cincin itu berguling.
Wajah Thalia sudah mulai terlihat kesal dengan mood yang berantakan yang bisa-bisanya hari pertunangannya akan menjadi seperti ini.
"Kami tidak menemukan juga," ucap satu pelayan yang sepertinya sudah menyerah karena sudah mencari beberapa menit.
"Tidak mungkin tempat ini harus dibersihkan dulu baru cincin itu akan terlihat," sahut salah satu tamu.
"Karena hal itu tidak mungkin terjadi, maka sebaiknya pertunangannya ditunda saja," sahut Thalia memutuskan sendiri yang memang merasa sudah tidak ada gunanya semuanya.
Bersambung....