Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 15
Sayup-sayup Dara mendengar suara ketukan pintu depan, tapi kepala dan matanya masih terlalu berat untuk bangkit dan melihat siapa tamu yang datang pagi-pagi buta seperti ini.
Selain itu rasanya terlalu nyaman dan hangat...
Hangat?!!
Dara merasakan hembusan napas seseorang di wajahnya, dan sesuatu menimpa tubuhnya. Ditambah rasa nyeri di bagian sensitifnya.
Ia pun langsung membuka matanya begitu menyadari ada seseorang yang tengah mendekap tubuhnya.
Alangkah terkejutnya Dara saat melihat wajah Dante menempel dihidungnya. Pria itu tak mengenakan sehelai benang pun, begitu pula dengan dirinya.
Aaaaaaaaaaaaaa.....!!!
Dara berteriak dengan sangat kencang sembari mendorong Dante menjauh dari tubuhnya, pria itu pun terjungkal dari sofa bed yang mungil, hingga kepalanya terbentur di lantai.
Dante langsung terbangun dari tidurnya dengan rasa kesal yang luar biasa. "Hei, apa-apa kau ini?" tanyanya sembari bangkit.
Tak menghiraukan pertanyaan Dante, Dara meraih bantal dan memukul pria itu bertubi-tubi. "Beraninya kau menyentuhku, dasar pria sialan," amuk Dara.
Ia membabi buta memukul Dante dengan bantal, selimut, hingga baju yang ada di sekitar mereka. "Kau sudah menodaiku," Dara semakin tak dapat mengontrol amarahnya. "Kau sudah mengambil keperaw4nku. Dasar pria bajingan, sialan kau..." ia menangis sejadi-jadinya.
Keributan itu membuat Angel yang berada di luar penasaran, berulang kali ia mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil Dante, namun yang terdengar hanya suara teriakan Dara.
Rasa penasarannya semakin membuncah, sehingga ia mencoba untuk membuka pintu. Ia merasa beruntung karena ternyata pintu tidak di kunci. Angel bergegas menghampiri sumber keributan.
Hingga akhirnya ia menemukan kekasihnya dalam keadaan telanj4ng, bersama istri kontraknya.
"DANTEEEE!!!"
Angel berteriak, tak kalah menggelegar dari Dara.
Seketika Dara dan Dante menoleh ke arah Angel secara bersamaan.
"Apa yang kau lakukan dengan istri palsumu itu? Bukankah kau sudah janji tidak akan menyentuhnya?"
Angel datang pagi-pagi sekali sebab khawatir dengan kondisi kekasihnya atas tayangan IBL yang begitu kacau.
Namun apa yang ia dapat saat ini? Dante malah tengah asik tidur bersama Dara. Dengan amarah yang membuncah, Angel mendekati Dante.
Kali ini giliran Angel yang memukuli kekasihnya, semantara Dara yang tersadar jika belum mengenakan pakaian, langsung memungut pakaiannya.
Ia mengenakan kembali dressnya, kemudian meninggalkan keduanya yang tengah berkelahi menuju kamar Dion.
"Dasar pasangan sialan," gerutunya. "Awww..." Dara meringis merasakan perih di bagian sensitifnya, namun ia tetap berjalan karena khawatir putranya terbangun oleh suara berisik Angel.
Benar saja, Dion sudah bangun dari tidurnya. Bocah itu langsung menangis saat melihat Dara. "Oh Sayangku, kau pasti terkejut dengan suara dibawah."Dara meraih Dion dan menggendongnya.
"Kau tidak perlu takut, itu hanya suara Mak lampir." Ia menenangkan putranya dengan mendekapnya erat.
Dion langsung merasa tenang dan nyaman di dekapan ibunya.
Setelah Dion tenang, Dara memandikan anaknya, kemudian membuatkan susu hangat. Sementara Dion menyusu di tempat tidurnya, Dara menggunakan kesempatan itu untuk membersihkan tubuhnya. Suara Angel sudah tidak terdengar, sehingga Dion tidak lagi merasa takut.
Dikamar mandi, Dara menumpahkan kesedihan atas hilangnya mahkota berharganya. Ia memandangi tubuhnya yang dipenuhi tanda kepemilikan yang di buat oleh Dante.
"Menjijikan sekali." Berkali-kali ia membasuh tubuhnya dengan sabun namun rona merah di seluruh dadanya tidak juga memudar apa lagi hilang. "Pria brengsek."
Puas menangis di kamar mandi, ia mengenakan pakaiannya dan mengemasi barang-barangnya. Pandangannya tertuju pada laci meja riasnya, ia langsung teringat dengan perjanjian kontrak pernikahannya. "Lihat saja kau Dante, aku akan menuntutmu!"
Dara meraih surat itu, kemudian memandanginya untuk beberapa saat sembari berpikir. Kalau ia menuntut Dante, semua orang akan tahu jika mereka hanya kawin kontrak, dan ia akan kehilangan Dion.
"Aaahhh... Pria sialan," gerutunya. Dara mencampakan surat itu diatas meja riasnya, kemudian bergegas keluar dari kamar.
Saat melewati kamar Dion, ia melihat putranya sudah tidak ada di sana. tapi kemudian ia mendengar ocehan Dion dari arah dapur.
Dara menghampiri Dion didapur tengah duduk di kursi bayi, menunggu Dante membuat sarapan. Rupanya Angel sudah pergi dari sini. 'Baguslah,' pikir Dara.
Dara mengecup Dion, dan mengucapkan selamat tinggal padanya.
Dante yang mendengar hal itu langsung terkejut, ia juga melihat Dara membawa tas ransel besar. "Hei, Ra. Kau mau kemana?" ia berlari mengejar Dara yang sudah lebih dahulu bergegas menuju pintu depan tanpa menjawab pertanyaannya.
"Kau mau kemana?" Dante berhasil meraih lengan Dara dan menahannya pergi.
Dara menghempaskan tangan Dante. "Bukan urusanmu!" ia kembali berbalik menuju pintu.
Lagi-lagi Dante menahannya. "Come on Dara, itu hanya kecelakaan," ia memelankan suaranya agar Dion tak mendengar. "Jangan seolah-olah aku telah memperkosamu, kau sendiri yang lebih dahulu menciumku dan kau yang naik ke tubuhku." ia membuka piayamanya, memperlihatkan betapa banyaknya tanda kepemilikan yang Dara buat di dadanya.
"Aku baru saja kehilangan keperawananku, dan aku butuh waktu Dante!" Dara mendorong Dante menjauh darinya, kemudian ia berlari menuju mobil.
Dante tak berusaha mengejar Dara, ia membiarkan wanita itu pergi dari rumah.
Dion yang melihat ibunya pergi langsung menangis kencang.
"Ia sayang..." Dante menghampiri dan menggendong Dion. "Mama hanya keluar sebentar," dustanya, padahal ia sendiri tak tahu kapan Dara kembali, tapi yang pasti tidak sampai besok sebab sepertinya Dara membawa banyak barang-barang pribadinya.
Sembari menggendong Dion, Dante berusaha menyelesaikan pembuatan telur orak-ariknya untuk Dion.
Ditengah kerepotannya, handphonenya berbunyi. Ada satu panggilan masuk dari ibunya.
Dante menghembuskan napas beratnya sesaat sebelum mengangkat telepon. "Ya, Mah."
Alice yang mendengar suara tangis cucunya, langsung mengubah panggilan suara menjadi panggilan video. "Dante, apa yang terjadi pada cucu Mama?" tanyanya cemas.
"I.. Itu.." Dante tergagap, ia bingung harus menjawab apa, di satu sisi ia pun sedang repot menenangkan Dion.
"Ma... Ma... Ma..." ucap Dion sembari menangis.
"Dimana istrimu?" tanya Alice kembali.
Pertanyaan Alice membuat Dante semakin pusing. " Dara pulang ke rumahnya, ia sedang flu dan tak ingin Dion tertular untuk itulah dia pulang," dustanya dengan terpaksa.
"Tapi mama tidak perlu cemas. Aku dan Dion bisa video call, dan setelah Dara pulih dia akan langsung kembali lagi," ucap Dante. "Aku mau nyuapin Dion dulu ya Mah, bye..." ia mengarahkan handphonenya pada wajah Dion. "Say good bye dulu sama eyang, bye Eyang." Dante pun mematikan sabungan teleponnya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Alice yang lainnya.
sepandainya org yg paham parenting harusnya tauu bahwa anak pasti akan keget ditempat hal2 baru
jangan2 mereka punya maksud nihh
klu menantukan seorang anak hrusnya kalian sebdiri yng mengurus bukannya pengasuh
nihh Dinsos nyaa gimana sihh
kok cepat banget yaa, langsung minta Dion gitu..emang tidak ada survei atau pengenalan thdap anaknya dulu kah..? bagaimana klu anknya tidak cocok? ini anak udah kayak barang ajaa
pleasee dehhh..BERANI KOTOR ITU BAIK
anak2 juga perlu diajarin mwngenal alam
truss salahnya dimanaa 🤣🤣
kamu tinggal balik, ambil baju kamu lalu kamu juga terbang ke Jogya menyusul Dante laaah
emang kok ya...kalian itu senangnya kok malah bikin masalah yang mudah jadi ribet kayak gini
jika ego kalian itu bisa kalian tekan maka saat ini kalian masih bisa bersama Dion tuuuuh