NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:236
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Perjamuan di Rumah Tua

Di saat kesadarannya mulai memudar, ia melihat sosok ibunya yang asli berdiri di ambang pintu rumah sambil membawa sebuah perjamuan di atas nampan tembaga. Aris Mardian tersentak saat cengkeraman tangan benang rambut di lehernya mendadak melonggar dan menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai kayu. Ia terbatuk-batuk hebat, mencoba meraup udara sebanyak mungkin sementara matanya tidak lepas dari sosok wanita yang sangat ia kenali itu.

"Makanlah dulu, Aris, perjalanan jauh dari kota pasti membuat perutmu sangat perih," ucap ibunya dengan suara lembut yang terdengar sangat nyata.

Aris terpaku melihat nampan tembaga itu berisi nasi kuning yang masih mengepul panas, namun aroma yang tercium bukanlah kunyit melainkan amis darah. Ia melirik ke arah Sekar Wangi yang masih tergeletak di pojok ruangan, menyadari bahwa temannya itu seolah-olah membeku di dalam waktu yang berhenti. Ruangan kamar yang tadinya dipenuhi gulungan kain kafan kini berubah menjadi ruang makan yang rapi dan bersih seperti ingatan masa kecilnya.

"Ibu? Bagaimana mungkin ibu ada di sini sementara aku melihat ibu merangkak dari dalam lemari tadi?" tanya Aris dengan suara gemetar.

"Duduklah, jangan biarkan tamu agung kita menunggu di meja perjamuan ini," jawab ibunya tanpa menjawab pertanyaan Aris sedikit pun.

Ibunya meletakkan nampan itu di atas meja kayu jati, lalu menunjuk ke arah kursi kosong di hadapan Aris yang perlahan-lahan mulai terisi bayangan. Sebuah sosok tanpa wajah dengan pakaian bangsawan Jawa kuno duduk di sana, memegang sendok perak yang ujungnya berbentuk taring ular. Aris merasakan bulu kuduknya berdiri saat menyadari bahwa sosok itu tidak memiliki bayangan di bawah cahaya lampu minyak yang berpijar merah.

"Siapa dia, Bu? Kenapa ibu melayani makhluk yang bahkan tidak memiliki rupa manusia?" bentak Aris sambil mencoba berdiri namun kakinya terasa lemas.

"Dia adalah pemilik benang hitam yang selama ini membiayai sekolahmu dan kehidupan mewahmu di kota, Aris," balas ibunya dengan tatapan mata yang kosong.

Aris merasa jantungnya seperti diremas saat menyadari bahwa keberhasilannya sebagai arsitek ternyata dibangun di atas fondasi darah dan tumbal. Ia melihat nasi kuning di atas nampan itu mulai bergerak-gerak, menyingkap potongan daging kecil yang ternyata adalah potongan jempol manusia yang masih memiliki kuku. Rasa mual yang luar biasa menghantam lambungnya, namun sebuah kekuatan gaib memaksa tangannya untuk meraih sendok perak tersebut.

"Jangan makan itu, Aris! Jika sesuap saja masuk ke kerongkonganmu, kamu akan menjadi budak kain kafan selamanya!" teriak sebuah suara yang berasal dari dalam kalung herbal milik Sekar.

"Diamlah, Bidan sialan! Jangan ganggu perjamuan agung putra mahkotaku!" pekik ibu Aris dengan wajah yang mendadak retak dan mengeluarkan ulat sutra.

Wajah lembut ibunya mengelupas seperti kertas terbakar, menunjukkan jalinan otot dan urat nadi yang dijahit secara kasar menggunakan benang merah. Aris menjerit saat ibunya mencoba menyuapkan potongan daging jempol itu secara paksa ke dalam mulutnya yang terkunci. Ia melawan dengan sekuat tenaga, menggunakan pengetahuan strukturnya untuk mencari titik tumpu pada meja agar bisa menggulingkan perjamuan terkutuk tersebut.

"Aku lebih baik mati kelaparan daripada harus memakan hasil kutukan ini!" teriak Aris sambil menendang kaki meja hingga terbalik.

Nampan tembaga itu jatuh menghantam lantai, mengeluarkan suara dentingan yang memicu jeritan melengking dari sosok tanpa wajah di hadapannya. Darah hitam menyembur dari dalam nasi kuning yang tumpah, membanjiri lantai kayu dan mulai membakar serat-serat bangunan rumah tua tersebut. Aris melihat sosok ibunya mulai meleleh, berubah menjadi gundukan kain mori yang basah dan mengeluarkan aroma busuk yang sangat menyengat hidung.

"Kamu telah menolak berkah, maka sekarang kamu harus menerima jahitan penderitaan!" suara pria tanpa wajah itu bergema di seluruh ruangan.

Meja kayu jati itu tiba-tiba berubah menjadi mesin jahit kuno yang sangat besar, dengan jarum raksasa yang bergerak naik-turun secara liar. Jarum itu mengincar mata Aris, bergerak dengan kecepatan kilat yang hampir tidak bisa dihindari oleh gerakan manusia biasa. Sekar Wangi tiba-tiba tersentak bangun dan melemparkan botol berisi cuka kayu ke arah mesin jahit tersebut, menciptakan ledakan uap yang sangat pedih.

"Lari ke arah dapur, Aris! Hanya di sana ada air mengalir yang bisa memutus sirkulasi sihir rumah ini!" perintah Sekar sambil menarik kerah baju Aris.

Mereka berlari menembus dinding yang kini terasa seperti tumpukan daging manusia yang masih hangat dan berdenyut pelan. Setiap langkah kaki mereka di atas lantai kayu memicu keluarnya jarum-jarum kecil yang mencoba menusuk telapak kaki mereka hingga berdarah-darah. Aris melihat denah rumahnya mulai berubah secara acak, pintu yang seharusnya menuju dapur kini justru mengarah ke sebuah ruang gelap yang dipenuhi suara bibir yang terjahit.

"Pintu itu salah! Kita sedang digiring masuk ke dalam perut rumah ini!" teriak Aris sambil mencoba menahan pintu kayu yang berlendir.

"Tidak ada jalan lain, Aris! Semua jalan keluar sudah dijahit rapat oleh kekuatan kakek buyutmu!" balas Sekar dengan keputusasaan yang nyata.

Aris melihat ke arah belakang, di mana mesin jahit raksasa itu mulai merangkak menggunakan kaki-kaki logamnya mengejar mereka dengan sangat cepat. Suara deru mesin itu terdengar seperti geraman harimau yang lapar, membelah apa pun yang dilewatinya menjadi potongan kain kecil. Di depan mereka, sebuah pintu kecil dengan lubang kunci yang berbentuk mulut manusia mulai terbuka perlahan, mengeluarkan suara bisikan yang sangat aneh.

"Masuklah, Aris, di dalam sini kamu akan menemukan misteri bibir yang terjahit selama puluhan tahun," bisik suara dari balik pintu tersebut.

"Masuklah, Aris, di dalam sini kamu akan menemukan misteri bibir yang terjahit selama puluhan tahun," bisik suara dari balik pintu tersebut.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!