NovelToon NovelToon
Si Cantik Dan Si Pintar

Si Cantik Dan Si Pintar

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Nikahmuda / Duniahiburan / Cintapertama / Berondong / Berbaikan
Popularitas:536
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.

Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.

Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.

Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?

Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Eddie Menyelidiki Jenny

"Aku tak ingin kamu pulang sendiri, Jen. Eddie sudah menunggu di parkiran, jadi ayo pulang bersamaku"

"Terima kasih, George. Tapi aku bisa pulang sendiri"

"Aku tak mau kamu pulang sendiri. Ayo ikut aku ke parkiran"

Jenny sepertinya tak punya pilihan lain selain mengikuti George, apalagi tangan George masih memegangi lengan kirinya. Hingga akhirnya mereka sampai di parkiran pun George masih belum melepas pegangannya di lengan Jenny.

"Eh George ... "

"Iya, Jen?"

"Tolong lepaskan tanganmu"

"Hah? Oh iya, maaf aku lupa"

George terlihat agak berat melepaskan tangannya di lengan Jenny dan itu membuat Jenny agak heran.

"Ayo masuk, Jen"

"Mmm ... Baiklah ... "

Ketika Jenny masuk ke dalam mobil di kursi belakang, George ikut bersamanya. Di sepanjang perjalanan, mereka hampir tak saling bicara, tetapi George terus memandangi Jenny. Membuat Jenny menjadi salah tingkah.

"Apa ada yang salah di wajahku, George?"

"Hah, apa?"

"Hari ini kamu banyak melamun, George. Lagi banyak pikiran ya?"

"Tidak juga. Aku hanya senang memandangimu"

"Tolong jangan lakukan itu lagi, George"

"Kenapa?"

"Karena itu membuatku risih"

"Jenny, aku rasa aku mengerti kalau para cowok di sekolah suka sama kamu"

"Oh iya, kamu tahu?"

"Iya"

"Kenapa memangnya mereka bisa suka sama aku?"

"Karena kamu memang cantik. Dan kamu terlihat lebih cantik lagi kalau sedang tidak pakai make up"

Jenny lalu tertawa mendengar perkataan George.

"Kenapa kamu malah ketawa sih?"

"Kamu lucu, George"

"Aku lagi tidak bercanda, Jen. Kenapa kamu bilang aku lucu sih?"

"Karena para cewek kalau lagi ga pakai make up mukanya jadi kelihatan pucat, apalagi kalau lagi pakai make up terus tiba-tiba nangis, bukannya cantik malah keliatan seram karena make up-nya jadi luntur"

"Kan zaman sekarang ada make up yang waterproof, Jen"

"Kamu tau juga ya soal itu?"

"Tahu sedikit sih, adikku yang kasih tahu"

"Adikmu perempuan ya, George?"

"Iya, adikku cuma satu tapi sepertinya dia bisa mewakili 10 orang karena dia sangat berisik"

"Bagus dong, rumahmu jadi ramai karena dia berisik. Kamu harus bersyukur karena masih punya adik, George. Aku anak tunggal. Kadang aku pengan punya adik biar aku ga merasa kesepian lagi"

"Oh Jenny ... "

George lalu menggenggam tangan Jenny untuk menghiburnya. Tetapi setelah itu ia tersadar kalau ia seharusnya tak boleh melakukan itu. George lalu buru-buru melepaskan genggamannya.

"Maaf aku tak bermaksud ... "

"Tidak apa-apa, George"

Mereka kemudian sama-sama diam karena merasa canggung. Lalu tanpa melihat ke arah George, Jenny mulai bicara.

"George, aku harap suatu hari nanti kamu mendapatkan gadis yang lebih cantik dariku dan baik hati. Ia juga harus sederajat denganmu karena kamu pantas mendapatkannya"

"Jenny ... "

"Ah, akhirnya sampai juga. Aku turun dulu ya, George. Terima kasih! Terima kasih juga padamu, Eddie!"

Jenny lalu meniupkan kecupan di udara untuk Eddie dan itu membuat Eddie tertawa. Setelah itu Jenny turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam gang yang sempit. Setelah di rasa Jenny sudah aman, George lalu baru meminta Eddie untuk menjalankan mobilnya.

"Setelah eksperimen kamu selesai, kita akan ke sini lagi, George. Tapi sebaiknya tak bawa mobil karena daerah sini tak aman. Aku akan tunjukkan padamu tempat tinggal Jenny yang sebenarnya agar kamu tak bingung lagi dengan segala ucapannya yang terkesan misterius"

"Eddie, apakah ini berarti kamu sudah mengetahui sesuatu tentang Jenny karena kamu sudah menyelidikinya?"

"Iya, George. Setelah ini mungkin kamu takkan menyukainya lagi"

"Kenapa? Apakah karena dia miskin?"

"Bukan hanya itu, George"

"Baiklah, aku akan menunggu. Aku akan bekerja keras untuk eksperimen ini agar daddy tak meributkan soal ini lagi"

"Demi daddy bukan demi dirimu sendiri, George?"

"Aku tak peduli karena ia sendiri tak menganggap aku seperti seorang anak"

"Tapi kamu tak sendirian, George. Karena kamu masih punya mommy dan Frannie yang tulus menyayangimu. Oh, tambah satu orang lagi yaitu aku"

"Iya, kamu benar. Aku juga sayang kamu. Thanks Eddie"

"You're welcome, George"

Eddie lalu melajukan mobilnya menuju rumah George.

***

Keesokan harinya sebelum berangkat ke sekolah George menawarkan diri untuk menjemput Jenny karena ia tahu Jenny akan membawa bahan berupa air keruh dalam ukuran besar dan pastinya juga akan memerlukan wadah yang besar untuk membawanya yang akan di pakai untuk eksperimen mereka. Tetapi Jenny menolak untuk di jemput karena ia berkata kalau Jevan akan mengantarkannya ke sekolah dengan membawa mobil.

"Terima kasih sudah bersedia untuk antar aku, Jev"

"Sure, no problem, Jen. Aku harap eksperimen kamu akan sukses besar nanti karena kamu dan rekanmu si kutu buku itu pantas mendapatkannya"

"Thanks, Jev"

Jenny lalu mencium pipi Jevan. Tetapi Louisa yang duduk di bangku belakang dan melihatnya menjadi protes.

"Hei, jangan sembarangan cium Jevan!"

"Cuma pipi aja, Lou. Kamu gitu aja cemburu sih"

"Biarin, wee ...! Jevan itu punyaku, Jen! Ingat itu!"

"Iyaa .... Iyaa ... Aku tau!"

Jenny memutar bola matanya karena jengah dengan Louisa yang sangat posesif terhadap Jevan. Ia bahkan melarang Jevan mencium kliennya ketika sedang bekerja sebagai pria penghibur.

Ketika mereka akhirnya sampai di sekolah, Jenny melihat George yang ternyata sudah tiba lebih dulu di sekolah dan sedang menunggunya bersama Eddie.

"George! Kamu berangkat lebih pagi ya?"

"Iya, karena kamu ga mau di jemput jadi aku memutuskan untuk tetap berangkat lebih pagi untuk bantu kamu bawain airnya"

"Wah, perhatian sekali, George. Kebetulan aku juga sedang buru-buru dan tidak bisa ikut masuk ke dalam untuk membantu Jenny. Jadi terima kasih, ya" ucap Jevan kepada George.

"Sama-sama. Terima kasih juga sudah mengantarkan Jenny sampai sekolah"

"No problem. Jenny kan sudah seperti adikku sendiri. So, aku tinggal dulu ya. Good luck with the experiment"

"Terima kasih, Jev"

Setelah itu George lalu membawakan kontainer yang berisi air keruh diikuti dengan Jenny dan Louisa di belakangnya.

***

Eddie masih memastikan penyelidikannya dengan mengikuti Jenny hingga ia sampai di rumahnya. Sepulang sekolah, Jenny menaiki kendaraan umum dan turun di gang depan seperti yang biasa ia lakukan tiap kali George mengantarnya pulang. Tetapi sebelum memasuki gang seperti biasanya, Jenny bertemu dengan tiga orang pria. Mereka terlihat sedang berdebat dan salah satu dari pria itu mencekal lengan kiri Jenny dengan keras, membuat Jenny terlihat kesakitan.

Eddie yang tak menyukai yang ia lihat lalu menyalakan lampu sorot mobil milik majikannya yang sedang ia kemudi, membuat pria itu menjadi silau dan menutupi matanya.

"Siapa kau yang telah berani menggangguku? Keluar dari mobil, pengecut!"

Dengan rasa percaya diri yang tinggi, Eddie akhirnya mematikan lampu sorot dan turun dari mobil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!