NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Back!

Buk!

Saat tersadar, Agatha sudah berada di dalam bus malam. Kepalanya terbentur jendela, membuatnya meringis. "Hah?"

Pemandangan diluar jendela menampilkan gemerlap lampu kota yang berkelebat. Ia menunduk, mendapati dirinya mengenakan hoodie dan celana jeans. “Bukannya tadi aku di ruang makan?” pikirnya bingung. Terakhir kali ia ingat, ia berada di ruang makan, sebelum waktu membawanya ke masa depan. “Tapi…”

Agatha memijat pelipisnya, mencoba mencerna situasi aneh ini. Jam tangannya menunjukkan pukul 11 malam. Ia teringat Larast, yang biasanya pulang kerja sekitar jam segini.

Bus berhenti tepat di depan restoran tempat Larast bekerja. “Apa ini petunjuk? Apa aku harus mengikutinya lagi?” gumamnya. Seolah bus ini membawanya ke tempat yang harus ia datangi.

Agatha melihat Larast keluar dari restoran. Namun, alih-alih menunggu bus, Larast malah berlari dengan tergesa-gesa.

“Astaga, dia lari lagi,” desah Agatha. Ia segera turun dari bus, mengejar Larast dari belakang. “Larast!” teriaknya, namun jarak yang cukup jauh membuat Larast tak mendengar. “Gadis itu, apa dia atlet maraton? Cepat sekali larinya!” Agatha memacu langkahnya, berusaha mengejar.

Di sisi lain, Larast dilanda kecemasan. Kilatan ingatan tentang malam mengerikan saat kakaknya pulang dan memukuli ibunya membuatnya berlari sekuat tenaga.

“Sialan!” gerutu Larast, menyesal baru mengingat kejadian itu sekarang. Butuh 15 menit untuk berlari dari restoran ke rumahnya. Nafasnya tersengal-sengal, memaksanya berhenti sejenak. “Semoga Ibu baik-baik saja... Semoga aku sampai lebih dulu.” Larast kembali berlari, tekadnya membara.

Brak!

Tiba di depan pagar rumah, Larast mendengar suara dentuman keras. Di masa lalu, ia selalu kalah melawan kakaknya. Ia hanya bisa melindungi ibunya yang meringkuk ketakutan dengan tubuhnya, menerima pukulan demi pukulan.

“Kali ini, aku tidak akan kalah!” Matanya menyapu sekeliling, menemukan sebatang kayu panjang di halaman.

“Berikan aku uang!” Teriakan kakaknya memecah keheningan malam.

Larast menggenggam erat kayu itu. Dengan langkah mantap, ia memasuki rumah. “Apa yang kau lakukan pada Ibu?!” bentaknya pada kakaknya.

Kakaknya menoleh, menyeringai sinis. Larast melihat ibunya terkapar di lantai, bekas pukulan kursi di dekatnya.

“Kau datang? Bagus! Kau pasti punya uang. Aku butuh uang!”

Larast melihat mata merah dan tubuh limbung kakaknya. Ia tahu, kakaknya sedang mabuk.

“Cepat, berikan aku uang gadis bodoh!” teriak kakaknya.

Tanpa ragu, Larast mengayunkan kayu itu ke arah tubuh kakaknya. “Pergi!” teriaknya.

“Gadis sialan! Kau memukulku?!” Kakaknya tampak marah, mendekat ke arah Larast. Larast kembali mengayunkan kayu itu, sekuat tenaga memukul bahu kanan kakaknya. Pukulan pertama mendarat telak, namun pukulan kedua berhasil ditangkis. Kakaknya merebut kayu itu, menarik Larast hingga tersungkur ke lantai.

Kakaknya mengangkat kayu itu, siap menghabisi Larast. “Haaaaa!” teriak Larast ketakutan, memejamkan mata.

Brak!

Pintu terbuka dengan keras. Sebuah tendangan mendarat tepat di punggung kakaknya Larast, membuatnya tersungkur.

“Rast,” ucap Agatha, mendekat ke arah Larast.

Larast membuka mata, terkejut mendengar suara lain. Matanya merah dan basah, rasa takut dan lega bercampur aduk.

Kakaknya bangkit, tampak bingung melihat orang asing. Dengan tubuh terhuyung, ia mencoba mengayunkan kayu ke arah Agatha. Dengan sigap, Agatha menendang kaki kakaknya Larast, membuatnya kembali tersungkur. Lalu, Agatha menarik kedua tangan kakaknya ke belakang, menahannya agar tak bisa bergerak.

Dengan satu pukulan keras di tengkuk, Agatha membuat kakaknya Larast pingsan.

Agatha melepaskan cengkeramannya dan mendekat ke arah Larast.

“Ka-kamu datang,” lirih Larast, memeluk Agatha erat-erat. Tangisnya pecah, meluapkan semua ketakutan di dadanya.

“Kamu baik-baik saja,” ucap Agatha, membalas pelukan itu. Matanya tertuju pada ibunya Larast yang masih pingsan. “Ibumu…”

Larast melepas pelukannya dan mendekat ke arah ibunya. “Ibu!” teriaknya histeris.

Agatha merogoh saku celananya. “Untung aku bawa.” Ia mengambil ponsel dan segera menghubungi ayahnya. Ayahnya seorang polisi.

“Iya?” sahut ayahnya.

“Ayah, ayah bisa datang? Te-temanku dalam masalah, I-Ibunya pingsan,” ucap Agatha dengan suara bergetar.

“Di mana?” jawab ayahnya.

“Aku akan mengirimkan alamatnya,” ucap Agatha, lalu mematikan telepon dan mengirimkan alamat rumah Larast.

Tak lama kemudian, suara sirine ambulans dan mobil polisi meraung-raung memecah keheningan malam. Para tetangga mulai menyalakan lampu dan keluar rumah, mencari tahu apa yang terjadi.

Ayahnya Agatha dan rekan-rekannya memasuki rumah Larast. Dua orang perawat keluar dari ambulans membawa tandu, bersiap membawa ibunya Larast ke rumah sakit. Sementara kakaknya Larast digiring ke kantor polisi untuk diinterogasi.

Larast dan Agatha masuk ke dalam ambulans.

“Ibu…” Tubuh Larast gemetar, tangannya dingin, bibirnya kelu. Ia menyadari, meski kembali ke masa lalu, ia tak bisa mengubah segalanya. Ibunya tetap tergeletak pingsan. Namun, kali ini ia beruntung. Ia tak menerima pukulan serius di punggungnya seperti dulu, saat kakaknya membanting kursi kayu ke punggungnya ketika ia berusaha menyelamatkan ibunya. Serangan itu membuatnya absen sekolah selama seminggu dan dirawat di rumah sakit. Tapi kali ini... bantuan Agatha menyelamatkannya.

Tiba di rumah sakit, ibunya Larast segera mendapat perawatan. Larast terus menggenggam tangan ibunya erat, berharap ibunya segera sadar.

Dokter datang memeriksa kondisi ibunya dan mengatakan bahwa tidak ada luka serius di kepala maupun tubuh ibunya. Hanya ada beberapa luka ringan di kaki ibunya akibat serpihan kayu dari kursi. Perawat segera membersihkan dan mengobati luka itu.

Perlahan, ibunya mulai sadar dan membuka mata. Larast segera memeluk ibunya erat. Air matanya membasahi dada ibunya.

“Ibu, aku takut,” ucap Larast dengan suara gemetar. Menyaksikan kembali peristiwa yang melukai ibunya bagaikan dentuman trauma.

Agatha mengusap lembut kepala Larast, menyadari sesuatu. Ia kembali ke masa lalu bukan untuk berbalas dendam pada Reza, melainkan untuk menyelamatkan Larast.

Penyesalan menyelimuti Agatha. Kesempatan yang seharusnya ia gunakan untuk menyelamatkan Larast malah ia gunakan untuk mengubah takdir temannya, Leo. Sebelumnya, di masa depan, hidup Leo baik-baik saja. Namun, karena egonya, kini temannya menderita. Leo, yang memiliki impian besar dalam dunia judo, kini terancam tak bisa meraihnya.

Agatha keluar dari ruangan, duduk di kursi ruang tunggu. Ia menutup matanya yang basah dengan kedua tangan. Ia telah berbuat kesalahan, dan tak tahu bagaimana cara memperbaikinya.

Ponselnya berdering. Angga memberi kabar bahwa Leo harus menjalani operasi dan kemungkinan besar tidak bisa mengikuti turnamen judo yang sangat penting baginya.

“Tidaaaak!” jeritnya dalam hati.

Jam di tangannya mengeluarkan cahaya biru, waktu seolah membeku kembali.

Bersambung.

Akankah Agatha menyerah karena telah merubah takdir yang tidak seharusnya terjadi? Ataukan Sang Kapten Judo akan terus berjuang menyelamatkan Larast dari peristiwa lainnya?

Jangan lupa untuk dukung karyaku dengan like, vote dan komentarnya.

1
ig:@kekeutami2829
jan2 org2 yg punya masalah sama kakak mu rast
ig:@kekeutami2829
bandel lo ries.

eh itu jmnya nyla lgi sprt waktu dia mau pergi ke masa lalu ya .
ada apa iti?
Drezzlle: jamnya nyala kalau Larast bahasa dan butuh melintasi waktu
total 1 replies
kalea rizuky
author kayaknya pro rena ya/Sleep/
Drezzlle: Keliatan ya 🤣
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
awas copot tu jantung🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
Enak aja lu bilangin bau
Bulanbintang
Sat set banget, Ris.
Bulanbintang
Makanya, baik-baik sama donatur.😌
Shin Himawari
Yang suka genre time travel merapat sini! Penulisannya rapih dan alur ceritanya seru. Bagus juga yang suka judo karena ada istilah istilah judonya buat belajar. Ganbatte terus berkarya kak Dre 💪💪🤍
Drezzlle: terimakasih
total 1 replies
TokoFebri
jangan memasukkan nama gadis itu lagi riess.. nanti gak ada gunanya dong kamu transmigrasi?
Shin Himawari
Sabar ya Aga-kun, biasanya cewe cuek diawal nanti juga luluh kalo terus diperhatiin🫣
Shin Himawari
cuma diajak ngobrol aja kook santai dooong larast🤣
mama Al
apa ini kerjaan kakaknya Laras
mama Al
bener Bu omelin tuh di kasih tahu ngeyel
kim elly
jemput ries
kim elly
😭😭😭ya ampun nangis baca nya
kim elly
larast sumpah kamu tuh kayak aku jaman dulu 😩😩
Drezzlle: Berasa lagi baca buku harian kamu sendiri 😄😄
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Agatha begitu karna kmu duluan yg berkhianat Rena!
Drezzlle: belum tentu
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Dorong aja rena dari atas kasur🤭
Mutia Kim🍑
Berdoa aja ries, semoga larast baik-baik aja. Dan ayahmu segera menemukan larast
sunflow
ya allah.. kasihan.. sini aku peluk..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!