NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Aku mencoba bangkit, menahan rasa malas yang menggerogoti tubuh. Tidak ada lagi yang bisa kusalahkan. Tidak ada lagi yang bisa kuandalkan selain diriku sendiri. Meski berat, aku harus menghadapi kenyataan: aku sudah kehilangan Ratu, dan kini rumah ini tak lebih dari beban yang menjerat langkahku.

Aku melangkah ke dapur, membuka keran, dan mulai membersihkan piring satu per satu. Air dingin menyentuh kulit tanganku, membuatku tersadar—hidupku benar-benar berubah. Bukan lagi seorang suami yang bisa bersandar pada istrinya, melainkan seorang pria yang harus menanggung konsekuensi dari semua keputusan bodohnya sendiri.

Sudah hampir satu minggu semenjak aku resmi bercerai dengan Ratu. Waktu terasa berjalan begitu lambat, tapi beban yang kupikul justru semakin berat. Urusan rumah, anak-anak, juga ibuku—semuanya aku yang harus tangani.

Setiap pagi aku harus menyiapkan sarapan, mencuci seragam sekolah, membereskan rumah yang tak ada habisnya, lalu buru-buru berangkat kerja. Malam harinya aku masih harus menemani Mira dan Clara belajar, sementara tubuhku sudah hampir ambruk karena kelelahan.

Aku benar-benar tidak kuat lagi. Pekerjaanku di kantor semakin menumpuk, sedangkan di rumah masalah tak kunjung reda. Ibuku terus mengomel, menuntut perhatian, dan anak-anakku tak hentinya membuat keributan.

Akhirnya, dengan terpaksa aku menyewa seorang ART. Biayanya sangat mahal, jauh di atas kemampuanku. Setiap kali menyerahkan uang gaji, hatiku terasa perih. Tabunganku menipis, gajiku seolah hanya lewat tanpa sempat kusimpan. Tapi apa lagi pilihanku? Aku tidak bisa membiarkan rumah ini berantakan setiap hari.

Belum lagi Megan, yang selalu merengek ingin bertemu dan meminta dibelikan barang-barang kesukaannya. Aku berusaha memenuhi semua keinginannya, meski hatiku terasa semakin tertekan. Demi membuat Megan bahagia, aku bahkan kembali melakukan kecurangan di tempat kerja. Korupsi yang seharusnya kutinggalkan, kini kembali kulakukan, hanya karena aku tidak sanggup melihat wajah Megan yang kecewa.

Setiap langkahku terasa semakin jauh dari kebenaran, tapi apa boleh buat? Hidupku sudah hancur sejak perceraian itu, dan aku hanya ingin mempertahankan sisa kebahagiaan yang ada, meski dengan cara yang salah.

Aku baru benar-benar menyadari betapa beratnya melakukan pekerjaan rumah seorang diri. Dari membersihkan lantai yang penuh debu, mencuci piring yang menumpuk, hingga menyiapkan makanan untuk anak-anak, semuanya menguras tenaga dan pikiran. Pantas saja Ratu dulu sering merasa lelah, pantas saja ia akhirnya memilih pergi dan meminta cerai dariku. Kini aku menanggung sendiri semua yang dulu sering kuanggap sepele.

Di sela-sela pekerjaanku yang menumpuk, tiba-tiba ponselku berdering. Nama yang muncul di layar membuat dadaku sedikit berdebar—mantan mertua

"Ada apa?" ujarku dingin

"Lang, tolong ibu." Dengan nada memelas ia meminta tolong agar aku membayarkan hutangnya yang sudah jatuh tempo. Sesaat aku terdiam, teringat bagaimana Ratu dulu dengan lantang meninggalkanku. Rasa kecewa dan marah kembali membuncah.

"Aku enggak bisa! Minta saja sama Ratu, jangan sama aku."

"Lang ... Tolong ibu," ujarnya dengan suara parau. "Hampir setiap hari ibu ditagih hutang sama rentenir. Biasanya kamu selalu bantu ibu bayar hutang, kenapa sekarang tidak mau, Lang?"

"Apa ibu lupa, aku sama Ratu sudah cerai!" kataku kesal.

"Apa! Cerai? Ta... tapi kapan kamu cerai? Kok ibu tidak tahu kalau kamu sama Ratu cerai, ibu pikir Ratu sudah kembali ke rumah kamu karena Ratu sudah tidak pulang lagi ke rumah, begitu juga kamu yang sudah tidak menanyai keberadaan Ratu."

"Intinya aku dan anak ibu sudah tidak ada hubungan lagi, jadi jangan hubungi aku lagi, Bu. Aku sudah bukan menantumu."

"Lang, kamu jangan bercanda mana mungkin kalian cerai. Dari awal kamu yang ingin menikahi Ratu dan berjanji akan lunasi hutang ibu. Tapi kenapa--"

“Aku tidak sedang bercanda, Bu,” jawabku datar. “Semua sudah diputuskan di pengadilan. Ratu yang menginginkan ini, dan aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”

Nada ibu mertua meninggi, kali ini bercampur amarah.

“Lalu bagaimana dengan anak-anakmu? Siapa yang urus rumah dan melayani ibu kamu?"

Aku mengepalkan tangan, menahan gejolak di dada. “Tanyakan pada Ratu, Bu. Dia yang ingin pisah. Aku sudah berusaha menahan, tapi dia tetap keras kepala. Jadi jangan bebankan lagi masalah hutang ini padaku.”

“Ibu tidak percaya…” suara itu melemah, terdengar seperti hampir menangis. “Ratu tidak pernah cerita apa-apa. Bagaimana mungkin kalian cerai tanpa sepengetahuan ibu?”

Aku membalas dengan suara dingin, tapi getir menyelinap di dalamnya. “Karena memang tidak ada yang perlu diceritakan lagi. Semuanya sudah berakhir, Bu. Dan sekali lagi, aku tidak sudi ikut campur soal hutang. Itu urusan keluarga ibu dan Ratu.”

"Jadi kamu benar-benar enggak bisa bantu?"

"Enggak!" tolakku tegas.

Klik sambungan telepon terputus.

Telepon dari ibu mertua baru saja kututup. Aku menggerutu sambil melempar ponsel ke meja.

“Enak saja minta dibayarin hutang,” ucapku dengan nada kesal. “Aku sama Ratu sudah pisah kok, masih juga mau nyeret aku ke masalah keluarganya.”

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku, tapi pikiranku benar-benar tidak fokus. Setiap angka di layar komputer terasa berputar, laporan yang seharusnya kuselesaikan malah terbengkalai.

Dan yang paling membuat kepalaku semakin panas—setiap hari aku selalu melihat Angkasa di perusahaan ini. Entah kenapa wajahnya seakan terus menantangku, membuatku ingin marah setiap kali berpapasan dengannya di lorong kantor.

Aku mengepalkan tangan di bawah meja. “Kenapa dia harus ada di sini? Kenapa justru dia yang selalu muncul seolah jadi pemenang?” gumamku dengan suara bergetar.

Tapi yang lebih membuatku muak adalah satu hal: bagaimana bisa Ratu mengenalnya? Sejak kapan mereka saling berhubungan? Apa selama ini mereka sudah menjalin kedekatan di belakangku?

Pikiranku kacau. Amarah dan rasa curiga bercampur jadi satu. Rasanya aku ingin menyeret Angkasa keluar dari perusahaan ini dan memaksanya bicara.

Siang itu, saat jam istirahat, aku melihat Angkasa berdiri di dekat mesin kopi, menunggu gelas kertasnya terisi penuh. Kesempatan itu tidak bisa kulewatkan. Tanpa pikir panjang, aku langsung melangkah cepat menghampirinya.

“Angkasa!” panggilku. Ia menoleh dengan ekspresi tenang, seolah kehadiranku sama sekali tidak mengganggunya. “Ada apa?” jawabnya singkat.

Aku menatapnya dengan penuh amarah. Semua orang tahu dia adalah direktur baru di perusahaan ini, tapi bagiku, gelar itu tidak ada artinya sama sekali.

“Angkasa,” aku menyebut namanya sekali, tanpa ada rasa hormat. Beberapa karyawan di sekitar kami jelas terkejut, bahkan ada yang saling berbisik.

Wajah Angkasa tetap tenang. Ia tidak terlihat marah meski aku sengaja merendahkannya di depan banyak orang.

“Aku tidak peduli kamu duduk di kursi direktur atau tidak,” aku menegaskan dengan suara keras. “Bagiku, kamu cuma laki-laki yang merebut Ratu dariku.”

Angkasa menaruh gelas kopinya di meja kecil di sampingnya, lalu menatapku lurus. “Kamu salah besar. Tidak ada yang merebut siapa pun. Ratu pergi karena pilihanmu sendiri.”

1
Anonymous
Ini sdh end?
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!