Aku Seorang Ibu Antagonis
Vivi terlihat merapatkan kedua kakinya, malam ini, malam tahun baru tapi dia tidak akan keluar. Dia akan mendekam di kamarnya seperti hari sebelum-sebelumnya.
Semenjak lulus kuliah akutansi dan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan di hanya menikmati hari-harinya di kamar ini tanpa keluar.
"Vivi, kamu masih di dalam kamar sedangkan teman-temanmu sudah memiliki pekerjaan dan menikah, mau apa kamu sebenarnya? sesekali liat lah dunia luar."
Vivi menoleh pada pintu nya dan sedikit menghela nafasnya kasar, dia tau pasti ibunya lagi-lagi yang kesal dengan keadaan nya ini. Tapi, mau bagaimana lagi dia pun tak harus berbuat apa saat ini.
Tiba-tiba ponsel berbunyi, Vivi kemudian melihat kearah ponselnya.
Ratnasari
Vivi, Ayo keluar, kita melihat pesta kembang api. Udah lama kita nggak ketemu, sekalian reunian.
Vivi kemudian ingin mengatakan 'dia tidak bisa '. Namun, dia mengingat perkataan ibu nya yang menyakitkan tadi, dia kemudian mengurungkan niatnya untuk menolak ajak kan Ratna.
Vivi
Tunggu, Aku akan bersiap.
Vivi meletakkan ponselnya di atas kasur, kemudian menuruni ranjang menuju lemarinya. Beberapa baju yang terlihat rapi di dalam lemari, karena pemiliknya tidak pernah menyentuh baju-baju itu.
Dia lalu mengambil baju dan celana yang menurut casual, kemudian berganti pakaiannya.
Setelah semua siap, Vivi mengambil ponsel dan barang-barang yang perlukan. Akhirnya Vivi keluar dari sarang yang selama ini membuat nya nyaman.
"Vivi, kamu kemana?" ucap ibunya saat berpapasan dengan Vivi.
"Aku mau ingin melihat festival tahun baru,"
"Cekkk... kamu ini cari kerja tidak, cari suami tidak. Malah hal-hal remeh begini kamu mau pergi," Ibunya berdecak kesal.
"Apasih mau ibu? aku keluar salah, aku di kamar terus salah," kesal Vivi.
"Kamu ini di marahi orang tua bukan instropeksi diri malah marah balik,"
"Udah lah, suka-suka ibu."
Vivi menghentakkan kakinya dan mengibaskan tangannya dengan kasar kemudian keluar dari rumah itu. Namun, sebelum itu dia menutup pintu dengan kasar, yang membuat ibu Vivi terkejut dan mengelus dadanya.
*
Vivi sampai di sana, melihat pemandangan yang awalnya hanya dia lihat dari kamarnya setiap tahun baru akhirnya bisa keluar dan melihatnya langsung. Terlihat di seberang sana seseorang melambaikan tangan nya tersenyum pada Vivi.
"Vivi, ke sini!" panggil Ratna.
Vivi kemudian menghampiri nya, "Ra... Ratna,"
"Tidak perlu canggung sama aku, kita akan sudah kenal lama," ucap Ratna merangkul bahu Vivi.
Namun, Vivi masih terlihat gugup, "I... Iya."
Mereka kemudian menyusuri jalanan yang ramai itu sembari menanti acara malam puncak.
Namun, yang di rasakan oleh Vivi semakin malam, keramaian makin menyesakkan. Manusia saling berdesakan untuk melihat pesta kembang api.
Semakin malam, orang-orang saling mendorong untuk lebih dekat hingga Vivi terlempar kesana kemari hingga terpisah dari Ratna.
"Ratna... Ratna!" pekik Vivi, namun Ratna tidak di temukan dimanapun tengah kerumunan itu.
Dada mulai sesak, mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, namun tidak bisa karena di antara orang berdesakan itu yang saling merebut ingin lewat lebih dulu, juga berebut oksigen yang sama.
Pandangan Vivi mulai mengelap sebelum mengambil inhaler yang berada di dalam tasnya. Beberapa detik kemudian, Vivi ambruk tanpa mampu menolong dirinya.
"Awas... awas, ada yang pingsan," teriak seseorang.
"Vivi... Vivi, bangun!" teriak Ratna.
Vivi melihat wajah Ratna yang nampak khawatir, menggoyangkan tubuhnya. Namun, pandangannya mulai rabun dan mengelap secara perlahan.
"Apakah aku akan mati?"gumam Vivi dalam hati.
*
*
Vivi terjaga dari tidur, yang baru saja terjadi seperti mimpi panjang tanpa akhirnya. Namun, dia nampak lega karena dia masih bisa bangun, Vivi berfikir tadi dia telah mati.
Namun, ketika dia benar-benar membuka matanya yang dia lihat pertama kali lingkungan yang asing nan mewah seperti putri-putri sebuah kerajaan.
Tercium aroma aromaterapi seperti berbau mawar dan trai-trai besar nan mewah seperti nya dari sutra. Vivi menoleh kesamping.
"Ya Mulia, Anda sudah sadar?" ucap pelayan perempuan mengunakan gaun sederhana sama seperti pelayan istana pada umumnya bagaikan manhwa yang sering Vivi baca.
"Siapa kamu?" tanya Vivi
"Maaf, Ya Mulia, apakah anda lupa saya? saya Anna," jawab perempuan itu terlihat ingin menangis.
"Aku dimana?"
"Di istana Greyhaven, Ya Mulia. Ya ampun, sungguh kasihan Ya Mulia seperti setelah jatuh dari kolam, anda manjadi lupa." ucap Anna mengelap air matanya meskipun begitu, dia tetap menjawab semua pertanyaan Vivi.
"Ya Mulia, saya akan panggil dokter dulu."
Anna terlihat ingin berlari keluar ruangan itu, karena majikan terlihat mulai berbicara aneh padanya. Dia bermaksud ingin segera menolong Vivi.
"Tunggu! kamu mau kemana?" panggil Vivi.
Anna nampak menaikkan bahunya mendengar suara tinggi Vivi, dia berbalik dengan tubuh gemeteran seolah Vivi akan menyakitinya. Padahal menurut Vivi, tadi dia tidak berteriak kasar pada Anna.
"Ya, Ya Mulia,"
"Aku belum selesai berbicara," ucap Vivi, kali ini dia berbicara lebih lembut, takut Anna kembali ketakutan karena suaranya.
Anna terlihat menautkan kedua tangannya, menundukkan padangannya seolah siap dengan apa yang akan di utarakan oleh Vivi.
Entah itu hukuman karena telah berani meninggalkan nya sebelum di izinkan atau hanya pertanyaan biasa.
"Lalu siapa nama ku?" tanya Vivi memicingkan matanya.
"Permaisuri Vivienne, Vivienne Greyhaven."jawab Anna gugup.
"Apa?!" teriak Vivienne.
Dengan cepat dia menuruni ranjang menuju lemari kaca besar di sudut kiri ruangan. Vivienne menyentuh wajahnya, sangat mirip dengan deskripsi wajah permaisuri di novel yang pernah dia baca. Yang berjudul 'I'm a villain mom'.
Vivienne ingat apa yang terjadi pada tokoh ini, dia akan mati di tangan ketiga anaknya. Karena, telah berbuat jahat pada mereka dan juga mengabaikannya.
Vivienne mencengkram meja rias itu dengan kuat, dia tidak bisa mengalami kematian menyakitkan untuk kedua kalinya dan harus mengubah takdirnya, serta menjadi berani.
"Kau! trik apa lagi yang kau coba lakukan?" teriak seseorang membuat Vivienne merinding di buatnya.
Vivienne menoleh pada sosok itu, terlihat Anna membungkuk di sebelah pria itu dan mengatakan, "Ya Mulia Kaisar, "
Vivienne tertekun dan menyadari bahwa pria itu adalah suaminya sekarang dan merupakan seorang kaisar di Greyhaven, yang bernama Magnus.
Magnus terlihat menghampiri dengan perlahan, sorot matanya tajam seolah akan mencabik-cabiknya.
Vivienne yang baru saja sampai disini tidak mengerti apa kesalahan. Namun, aura laki-laki di depan sangat menakutkan, dia mencoba mundur tapi meja di belakang menghalangi nya. Vivienne tidak bisa berlari kemana-mana.
"Apa kau sengaja melompat ke sana, agar aku membiarkan mu pergi dengan lelaki itu?" ucap Magnus menarik tangan Vivienne dengan kasar.
Kali ini mata mereka saling berhadapan dan Magnus tidak memberikan jarak di antara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
koko
author kok episode ngulang lagi
2025-09-14
0