NovelToon NovelToon
My Husband, The Mysterious Casanova

My Husband, The Mysterious Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Myra Eldane

Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.

Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.

Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?

Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mansion Evander

Matahari pagi menembus tirai tipis kamar hotel, menciptakan garis cahaya keemasan di dinding.

Lovy menggeliat di tempat tidur, rambut berantakan seperti singa kecil yang baru bangun dari hibernasi. Ponselnya masih menempel di pipi—layarnya gelap, tapi jejak pencarian semalam masih ada di sana:

"Adrian Kaelith Evander full face picture."

Hasilnya? Nihil. Sama seperti kata Samuel, semua foto Kael entah setengah, miring, atau buram.

Lovy mengusap wajah, menggumam dengan suara serak pagi.

"Ya ampun, Casanova dingin… kamu sengaja banget bikin dunia penasaran, ya?"

Dia menatap layar ponsel lagi, lalu menyengir kecil.

"Yang penting, setengah wajah aja udah bikin aku klepek-klepek. Hihi-hi-hihi."

Tapi mendadak raut wajahnya berubah serius. Pikirannya kembali ke rencana awal yang ia sudah susun untuk membuat Kael ilfil dan membatalkan pernikahan. Sedetik kemudian ia tersenyum seraya bergumam, "Baiklah, aku akan tetap bersikap sesuai rencanaku. Tapi kalau dia malah bikin aku makin terpesona, yah... dengan penuh keyakinan, pasti akan ku kejar."

.....

Di kamar sebelah, Samuel sudah bangun lebih dulu. Jasnya tergantung rapi di lemari, dan ia sedang mengikat dasi di depan cermin.

Dia menatap bayangan dirinya sendiri dengan ekspresi serius.

"Mulai hari ini, aku harus lebih awas. Dunia Kael bukan dunia main-main. Satu langkah salah, Lovy bisa jadi korban."

Ponselnya bergetar. Orang suruhannya mengabarkan mobil sudah aman di basement hotel dan baru sempat mengabari saat pagi. Samuel menjawab singkat, "Bagus. Tetap stand by kalau aku butuh."

Samuel mematikan teleponnya. Ia menghela napas panjang, berat—seolah ada beban yang ia sembunyikan dari Lovy. Tatapannya menghindar, menelusuri lantai seakan mencari jawaban di sana. "Mungkin nanti aku akan mencari tahu lebih dalam…," ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar. "Sekarang… fokus dulu pada wasiat nenek."

****

Pukul 09.00, Lovy sudah duduk di meja sarapan hotel dengan rambut diikat asal. Samuel di seberangnya, membaca berita di ponsel.

Lovy mengangkat sendok serealnya, lalu melirik Samuel.

"Kak, kamu yakin nggak keberatan kalau aku manggil kamu 'Kak' terus? Kayaknya enak aja gitu."

Samuel menurunkan ponsel, menatap Lovy dengan sorot mata datar.

"Rasanya aneh. Setelah sekian lama, akhirnya kamu memanggilku begitu lagi. Tapi ya sudah… terserah kamu. Aku sudah pasrah."

Senyum tulus sempat sekilas menghiasi wajah datar Samuel—walau hanya sebentar. "Dan senang," batinnya menambahkan dalam hati.

Ingatan itu menyeruak. Terakhir kali Lovy memanggilnya Kakak adalah di hari kelulusan SMP Lovy. Hari yang sama ketika kedua orang tua mereka meninggal dunia. Hari paling hancur… dan sekaligus hari yang membuat jarak di antara mereka semakin lebar.

Sejak hari itu, Lovy berubah. Ia mendadak murung, tak seceria sekarang. Mereka tumbuh bersama di bawah pengawasan Nenek Margaretha. Ada masa di mana Lovy harus pergi ke luar negeri demi kuliahnya, sementara Samuel memilih bertahan di rumah, fokus mengurus bisnis keluarga.

Lovy tersenyum puas, lalu mengunyah cornflakes. "Kak, nanti kita pindah jam berapa ke mansion?"

"Jam tiga kita siap, jam empat Kael menunggu," jawab Samuel tanpa menoleh.

Lovy memegang sendoknya, wajahnya tiba-tiba bersinar seperti anak kecil mau pergi piknik.

"Mansion! Aku nggak pernah nginep di rumah sebesar itu. Ini kayak masuk drama Korea."

Samuel menatap Lovy dingin. "Itu bukan drama Korea, Lovy. Itu rumah seorang Casanova dingin. Jadi, jangan terlalu banyak senyum-senyum."

Lovy hanya mengangkat bahu. "Casanova dingin tapi sopan, Kak. Aku nggak masalah. Mantannya banyak? Bodo amat. Gantengnya kebangetan."

Samuel memutar bola matanya. "Anak ini memang nggak bisa diselamatkan."

.

.

.

Sore hari.

Sebuah SUV hitam mengilap berhenti di depan hotel. Seorang sopir muda turun, membukakan pintu.

"Miss Lovy, Mr. Samuel. Saya ditugaskan menjemput ke mansion."

Lovy menoleh ke Samuel dengan mata berbinar. "Kita beneran dijemput pake mobil begini? OMG, Kak…"

Samuel menahan komentar, hanya menghela napas panjang sebelum masuk ke mobil.

Sepanjang jalan ke mansion.

Lovy seperti anak kecil di bus wisata. Tangannya menempel di jendela, matanya tak berhenti mengikuti pemandangan.

"Lihat, Kak! Pohon-pohonnya aja kayak di film-film. Terus… OMG itu gerbangnya gede banget!"

Samuel hanya mendengus. "Nanti kamu pingsan sendiri kalau lihat rumahnya."

Lovy menoleh cepat. "Nggak lah! Aku sudah siap! Lagian aku udah sering liat rumah mewah. Kan rumah kita juga mewah!" Tapi suaranya sendiri terdengar seperti setengah panik.

Setelah tiga puluh menit berlaku, akhirnya mereka sampai di mansion.

Mobil perlahan masuk melewati gerbang besi besar dengan emblem keluarga Evander.

Lovy ternganga. Matanya berputar melihat taman luas, kolam air mancur, dan bangunan megah berwarna putih krem dengan tiang-tiang tinggi.

"Aku… aku harus ganti cara jalan. Aku harus latihan jalan kayak putri," gumam Lovy, mencoba melangkah anggun di kursi mobil.

Samuel memandang ke luar jendela, menahan komentar sarkastis yang nyaris keluar.

Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang pelayan membukakan pintu dengan sopan.

"Selamat datang di Mansion Evander."

Lovy turun, hampir terpleset karena kakinya kaku sendiri. Samuel langsung menahan lengannya.

"Hati-hati. Baru turun aja sudah drama," gumamnya yang jelas terdengar di telinga Lovy.

Lovy tersipu, lalu melirik rumah itu lagi. "Aku nggak percaya aku akan tinggal di sini…"

Dia berbisik kecil pada dirinya sendiri, "Nek, kamu lihat nggak? Ini beneran mansion. Cucu kamu nggak main-main. Dua kali lebih besar dari rumah utama keluarga Luwiys. Aku nggak pura-pura norak, Nek… ini sifat asliku yang keluar."

.....

Dari pintu utama, Kael muncul. Jas abu-abu terang membalut tubuhnya, rambutnya tersisir rapi, dan ekspresinya… tetap dingin, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Tatapannya menelusuri Lovy dan Samuel, sebelum berhenti di Lovy.

"Selamat datang," katanya pendek.

Lovy otomatis tersenyum. "Casanova dingin…"

Suara itu nyaris terdengar hanya untuk dirinya sendiri. Tapi Samuel mendengar.

Samuel menoleh tajam. "Apa kamu baru saja manggil dia Casanova dingin lagi?"

Lovy cepat-cepat menutup mulut, tapi senyumannya tidak bisa hilang.

Pelayan membawa koper mereka masuk. Samuel sibuk mengamati setiap sudut rumah, memastikan keamanan.

Sementara Lovy… dia sibuk menatap Kael.

Dan di kepalanya, hanya satu hal terlintas:

"Gantengnya nggak ada obat. Mantannya segunung? Bodo amat."

Pelayan-pelayan dengan seragam hitam-putih berjejer rapi di aula depan, menunduk hormat saat Lovy dan Samuel melangkah masuk bersama dengan tuan mereka. Lantai marmer berkilau memantulkan cahaya lampu gantung kristal raksasa yang menggantung di langit-langit tinggi.

Lovy berhenti di ambang pintu, matanya membesar.

"Ya ampun…" bisiknya, tangan menutupi mulut. "Ini… bukan rumah. Ini museum. Ini istana. Ini… apa sih istilahnya, Kak?"

Samuel yang berjalan di sampingnya hanya menatap datar. Seraya berkata, "Rumah besar."

Lovy memutar bola matanya. "Kak, jangan spoiler excitement aku gitu dong. Ini kan pengalaman baru!"

Samuel melipat tangan di dada, lalu mengingatkan dengan nada setengah mencela.

"Lovy, jangan lupa. Kamu itu juga orang kaya. Rumah kita di Balikpapan udah termasuk hunian mewah. Jadi jangan kayak anak kampung pertama kali masuk mall besar."

Lovy menoleh cepat dengan wajah serius, lalu mengangkat satu jari.

"Dengerin aku baik-baik, Kak. Iya, aku tahu kita orang kaya. Iya, aku tahu rumah kita udah mewah. Tapi mansion ini…" —dia menunjuk sekeliling, matanya berputar dramatis— "dua kali lipat dari rumah kita! Bahkan kolam renangnya aja bisa muat buat festival renang nasional!"

Samuel menatap adiknya dengan tatapan 'apa sih', tapi Lovy lanjut bicara tanpa malu.

"Rumah kita kalau dibandingin ini… kayak villa lucu di pinggir pantai. Ini? Ini markas kerajaan. Nenek kalau masih hidup pasti langsung selfie di chandelier itu."

Pelayan menuntun mereka masuk lebih dalam. Lovy sibuk berputar, memandangi setiap detail—lukisan-lukisan kuno di dinding, patung marmer di sudut aula, sampai vas bunga kristal di meja panjang.

Dia berbisik sambil menoleh ke Samuel, "Ini kalau aku ngelihat harga vas bunga itu, aku yakin itu bisa buat beli mobil kecil deh."

Samuel mendengus. "Bukan cuma mobil, Lovy. Itu vas bisa beli apartemen studio kalau dijual di lelang."

Lovy melongo, lalu mengangguk setuju. "Oke, noted. Jangan sampai aku nyenggol apa pun di sini."

Kael berdiri di dekat tangga utama, memperhatikan interaksi kakak-adik sepupu itu yang sepertinya mulai mengabaikan kehadirannya sebagai tuan rumah. Wajahnya tenang, tapi matanya tajam—memindai Lovy yang seperti bola energi, sibuk berkomentar tentang segala hal.

Samuel mendekati Kael, menatap pria itu dengan mata analitis. "Rumah ini luar biasa. Tapi Lovy tetap Lovy. Dia akan banyak bicara."

Kael hanya mengangguk tipis. "Saya sudah memperkirakan itu."

Lovy berjalan-jalan dengan gaya kikuk-lucu.

Dia berhenti di depan lukisan besar bertema klasik—seorang pria aristokrat dan seekor kuda putih.

"Kak, lihat deh! Kalau aku berdiri di sini, kayak jadi salah satu bangsawan yang dilukis juga nggak?" tanya Lovy sambil berpose dramatis.

Samuel hanya menutup muka. "Lovy…"

Lovy kemudian melangkah ke meja panjang, menatap kursi makan yang berderet seperti di film kerajaan. "OMG, Kak! Meja makan ini panjangnya kayak jalan tol kecil. Kalau aku duduk di ujung, aku harus kirim pesan lewat pelayan biar Kael denger aku ngomong!"

Samuel menghela napas panjang. "Anak ini benar-benar keliatan norak saat ini… padahal tiap tahun beli tas branded, tapi masuk mansion langsung lupa diri."

Lovy hanya cengar-cengir mendengar ucapan sepupunya. "Kak, please lah… tas branded sama chandelier 2 ton itu beda level excitementnya."

Dan begitulah interaksi Samuel dan Lovy dengan Kael yang menatap datar tanpa ekspresi.

.

.

1
Rihana
buset kaya bener 🤣🤣🤣
Rihana
seret bang muel adek mu itu 🤣
Rihana
kenapa yah yang baca kurang, padahal tulisannya bagus, rapi, sesuai peubi, typonya gak banyak, pokoknya bagus lah. dan updatenya juga rutin. aku suka banget, smoga makin banyak yang baca yah kak 🩷
Rihana
ini karakter lovy, cegil bucin 😭😭😭
Rihana
gak berasa udah sampai sini wkwk... penasaran. aku lanjut duluu. alurnya menarik
Rihana
awal yang menarik
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
aku udah kirim satu kopi yah, biar gak ngantuk thor
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
Si lovy gak nyangka sekeren ini tapi si kael kenapa yah perginya. aduhhh kasian banget di tinggal di hari pernikahan😭
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
up kak
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
Satpam😭 GGS INI MAH (ganteng ganteng satpam)/Drool/
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
nemu sampah di mana sih lovy 😭 kok bisa pacaran 8 tahun woy kayak kredit rumah
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
akhirnya putus, lagian kok sanggup sih pacaran 8 tahun?
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
syukur deh samuel. seret aja tuh lovy, dari pada makin akut bucinnya
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
bucin akut wehhh😭
Saidil M🍇
gilas banget bisa ngasi hadiah segitunya si donovan. berartu dia udah mempelajari kesukaan lovy aka targetnya? keren sih, suka banget kakak penulisnya creazy up terus.... jadi maraton bacanyaaa enak bangettt 😍😍😍 lanjut kak
Saidil M🍇
meskipun terlambat, kuucapkan selamat atas pernikahanmu lovy dan kael 😍 sekarang aku maratoon bacanya
Saidil M🍇
terharu gueee makk😭
Saidil M🍇
syegi ini jadi sahabat asik banget. bisa nyairin suasana woy.... mau sahabat kayak dia😭
Saidil M🍇
hahahaha mau ciuman gak jadi 🤣🤣🤣
Saidil M🍇
barang bawaan syegi astaga😭 inj orang gue kira kalem di awal. ternyata kalem kalem sama aja kayak lovy, pantesan sahabatan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!