NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

positif hamil

Keesokan paginya, Kody terbangun merasakan kehangatan mentari yang menyelinap masuk melalui celah jendela, menerangi wajahnya dengan lembut. Matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.

Saat kesadarannya terkumpul sepenuhnya, ia terkejut mendapati dirinya telah berselimut.

Semalam, dalam lelapnya, Laura ternyata telah menyelimutinya dengan penuh perhatian. Hatinya menghangat oleh sentuhan kecil itu.

Namun, ada yang berbeda pagi ini. Biasanya, setiap pagi Kody selalu disambut dengan rasa mual yang menyiksa, tetapi kali ini tidak.

Perutnya terasa tenang, seolah ada keajaiban yang terjadi. Sebuah kelegaan menyelimuti dirinya, bercampur dengan kebingungan. Apa yang telah berubah?

"Ceklek..."

Pintu kamar terbuka, menampilkan Laura yang sudah tampak segar dan bersemangat. Keduanya bertemu pandang.

Di mata Laura pagi itu, wajah Kody terlihat begitu memesona meski baru bangun tidur. Ada rona alami yang menghiasi wajah tampannya, dan rambutnya yang sedikit berantakan justru menambah kesan kharismatik.

"Kau mau ke mana?" tanya Kody, suaranya serak khas bangun tidur.

"Tentu saja bekerja," jawab Laura, sedikit heran dengan pertanyaan itu.

"Kita akan ke rumah sakit hari ini. Aku juga sudah mengatakan pada Aunty Grace bahwa kau tak akan bekerja mulai hari ini dan seterusnya," ucap Kody, nada bicaranya datar namun tegas.

"Apa?" Laura terkejut, matanya membulat tak percaya.

Kody tidak menjawab, ia hanya berlalu dengan santai menuju kamar mandi dekat dapur. Ia membersihkan wajahnya sekadarnya, lalu keluar menghampiri Laura.

Laura masih terdiam di tempatnya, pikirannya berkecamuk. Ia bingung, tak tahu harus berbuat apa.

Pria ini mulai bertindak seenaknya, memasuki kehidupannya yang sudah mulai terasa nyaman selama ini. Kebebasannya seolah terenggut begitu saja.

Tak lama, Kody keluar dari kamar mandi. Ia berjalan mendekati Laura, meraih tangannya, dan menggenggamnya dengan lembut.

"Ayo," ucapnya, lalu membimbing Laura keluar menuju mobilnya. Genggaman tangannya terasa hangat, namun Laura merasa ada sesuatu yang dingin menyusup ke dalam hatinya.

*

Di sepanjang perjalanan, Laura hanya membisu. Tidak ada percakapan yang tercipta di antara mereka. Pikiran Laura masih dipenuhi tanda tanya dan perasaan campur aduk.

Sesampainya di rumah sakit kota, Laura segera ditangani oleh seorang dokter wanita paruh baya yang tampak ramah pagi itu. Senyumnya menenangkan, namun tidak mampu meredakan kegugupan Laura.

"Hallo, selamat pagi," sapa dokter dengan hangat.

"Morning, dokter," jawab Laura, berusaha membalas senyumnya.

"Mari, biar saya periksa kondisi Anda," ucap dokter, mempersilakan Laura berbaring di tempat tidur yang sudah tersedia di ruangan itu.

Laura berbaring dengan ragu, jantungnya berdebar kencang. Sementara itu, Kody duduk di depan meja dokter, menunggu dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Setelah pemeriksaan singkat, dokter tersenyum. "Selamat, Laura. Anda sedang hamil, dan usia kehamilan sudah 13 minggu. Janinnya tampak sehat, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucap dokter, menyampaikan kabar bahagia itu.

"Ha-hamil, dokter?" Laura terkejut, matanya membulat. Ia tak menyangka selama ini dirinya mengandung, dan sama sekali tidak menyadarinya. Perasaan bingung, bahagia, dan takut bercampur aduk menjadi satu.

"Apa Anda punya keluhan, Laura?" tanya dokter, memperhatikan ekspresi Laura.

"Tidak ada, dokter. Aku malah tidak menyadari jika aku hamil," jawab Laura, masih berusaha mencerna kenyataan ini.

"Itu tandanya kehamilan Anda baik-baik saja. Saya akan memberikan vitamin dan obat penguat janin untuk Anda," ucap dokter, menuliskan resep di kertasnya.

Kody masih terdiam, pandangannya terpaku pada Laura yang tampak begitu terkejut dengan kehamilannya. Ia tidak tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam pikiran wanita itu.

*

*

Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Kody dan Laura sama-sama membisu. Tak ada satu pun kata yang terucap mengenai bayi yang kini ada dalam kandungan Laura. Suasana di dalam mobil terasa tegang dan canggung.

Laura tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia bingung dan kalut. Bagaimana bisa dirinya tiba-tiba hamil? Padahal, ia merasa sudah dengan jelas meminum obat pencegah kehamilan. Namun, kenyataannya, ia tetap mengandung. Hal ini membuatnya semakin frustrasi memikirkan bagaimana masa depannya dan bayi di dalam perutnya.

Mobil tiba-tiba berhenti. Laura tersadar dari lamunannya, namun ia mengerutkan kening saat melihat sekeliling. Ini bukan rumah tempat tinggalnya. Melainkan, salah satu villa mewah yang terletak di pinggiran kota. Tempat ini sangat asing baginya.

"Ini di mana?" tanya Laura, menatap Kody dengan bingung.

"Villa-ku. Kau akan tinggal di sini sekarang," ucap Kody, tanpa menoleh sedikit pun.

"Apa? Aku tidak mau!" bantah Laura, dengan nada meninggi. Ia tidak suka dengan keputusan sepihak pria itu.

"Rumah itu terlalu kecil untuk kita berdua. Sementara, kau akan tinggal di sini sebelum kita kembali ke London," jelas Kody, berusaha memberikan pengertian.

"Aku tidak berniat untuk tinggal bersamamu," tegas Laura, menolak mentah-mentah tawaran itu. Ia tidak ingin terikat dengan pria yang bahkan tidak ia cintai.

"Kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?" tanya Kody, dengan nada dingin. Ia menatap Laura dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri dan anak ini," jawab Laura, berusaha meyakinkan Kody bahwa ia mampu mandiri.

"Mari kita menikah. Aku akan menyuruh asistenku mengurusnya. Jadi, sementara kita akan tinggal di sini setelah semua selesai," ucap Kody, tiba-tiba melontarkan sebuah gagasan yang membuat Laura terkejut.

"Menikah? Kenapa kita harus menikah?" tanya Laura, dengan nada tidak percaya. Ia tidak mengerti mengapa Kody tiba-tiba menginginkan pernikahan.

"Aku tak ingin anakku lahir dengan keluarga yang tidak lengkap. Kau pikir aku akan membiarkan anakku hidup susah bersamamu?" ucap Kody, dengan nada merendahkan.

Laura terdiam, tak bisa membantah apa pun yang diucapkan Kody.

Ia tahu, jika dirinya akan kesulitan mengurus bayi yang ada dalam kandungannya jika ia sendirian. Namun, keputusan untuk menikah dengan pria itu bukanlah hal yang baik.

Mereka berdua bahkan tak mempunyai perasaan satu sama lain. Bagaimana mereka bisa hidup bersama seperti pasangan lainnya?

Hal itu membuat Laura sangat frustrasi hanya dengan memikirkannya saja.

Ia merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Antara memilih kebebasannya dan membesarkan anak seorang diri, atau menikah dengan pria yang tidak ia cintai demi masa depan anaknya. Pilihan yang sangat berat baginya.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!