Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.
Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.
Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.
Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.
Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. INFORMASI
Hujan masih turun rintik-rintik pagi itu, meninggalkan aroma tanah basah yang samar masuk dari jendela ruang kerja Elias. Embun menempel di kaca, menciptakan siluet samar dirinya yang berdiri tegak di depan layar komputer.
Sudah lebih dari tiga jam sejak pesan terakhir dari Chiper diterima. Sejak saat itu, Elias tak beranjak dari kursinya. Di layar, bar berwarna hijau menunjukkan proses deskripsi paket data yang dikirim melalui jaringan terenkripsi.
Di pojok bawah, tulisan kecil berkelap-kelip:
Decryption: 97% ...
Raven berdiri di belakangnya, memegang cangkir kopi yang sudah dingin. Wajahnya serius, nyaris tanpa kedipan.
"Apakah kau yakin ingin membuka semua ini sekarang?" tanya Raven.
Elias tidak menjawab. Matanya hanya terpaku pada layar. Napasnya tenang, tapi jemarinya menekan meja dengan irama yang tidak sabar.
"Ya, ini informasi yang aku juga tunggu sejak enam tahun lalu," jawab Elias mantab.
Raven menarik napas panjang. Ia mengenal Elias cukup lama untuk tahu bahwa di balik ketenangan itu, ada badai yang sedang berputar. Sejak Chiper menyebut 'hubungan dengan kematian kakakmu', Raven tahu, apa pun yang keluar dari file ini, akan mengubah segalanya.
Lalu, bunyi lembut terdengar.
Decryption Complete.
File itu terbuka.
Satu demi satu, data muncul di layar: foto, laporan digital, peta, dan beberapa nama yang disamarkan.
"Death Eater Group,_ Elias membaca pelan tulisan di bagian atas dokumen utama itu. Font-nya tegas, seolah mengukir ketakutan di layar.
Raven memicingkan mata. "Kelompok itu, terdengar seperti organisasi bawah tanah."
Elias menatap layar dengan dingin. "Lebih dari sekadar organisasi. Ini jaringan ilegal."
Elias menggulir ke bawah. Muncul daftar nama yang sebagian besar dihapus. Tapi satu nama tidak disensor.
Edward Adams - Anggota Level Rendah
Raven menatap Elias. "Dia monster."
Elias menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan amarah yang mulai mendidih.
"Jadi benar. Dia bukan hanya seorang ayah keji. Dia anggota dari sesuatu yang jauh lebih busuk," cemooh Elias.
Raven menatap layar, lalu menunjuk ke bagian lain. "Lihat. Ada catatan di bawahnya."
Involvement: Operation Sparrow, Subject D.S.
"Siapa itu D.S.?" tanya Raven.
Elias menatap dua huruf itu, dan tubuhnya menegang.
D.S. - Darian Spencer.
Raven menatapnya, perlahan menyadari. "Elias, itu berarti-"
"Ya. Dia bukan korban pembegalan. Bukan pencurian mobil seperti yang dikatakan polisi dulu. Mereka membunuhnya. Dan para polisi itu tahu siapa yang membunuh, mereka tutup mulut," kata Elias menahan amarah.
Raven menarik kursi dan duduk di hadapan Elias, menatap layar dengan dahi berkerut. "Jadi selama ini instansi yang menutup kasus Darian, mereka bagian dari Death Eater Group?"
"Mungkin tidak semua," jawab Elias lirih, suaranya nyaris seperti gumaman. "Tapi sebagian besar sudah disusupi. Sama seperti yang kita lihat waktu Edward dilindungi hukum padahal jelas ada banyak bukti. Mereka menutupi semuanya, karena mereka diatur oleh orang-orang dari grup itu. Para bajingan sialan," umpat Elias.
Raven menatap Elias lekat-lekat. "Kau tahu, aku masih ingat malam waktu itu."
Elias mengangkat wajahnya perlahan.
"Enam tahun lalu," lanjut Raven pelan. "Kau datang ke rumahku dengan tangan berlumur darah, setelah polisi mengabarkan kalau kakakmu tewas di jalan tol karena perampokan. Tapi waktu aku lihat matamu malam itu ... aku tahu, kau tidak percaya satu kata pun dari mereka. Aku tahu kau yakin ini pembunuhan."
Elias mengembuskan napas panjang. Jemarinya mencengkeram gagang gelas di meja dengan kuat, seolah mencoba mengalihkan rasa sakit yang masih tertinggal di dadanya.
"Darian ... dia bukan hanya kakakku, Rav. Dia pelindungku. Orang yang membuatku jadi seperti sekarang. Yang membangun Spencer Dynamic hingga memiliki nama setinggi sekarang. Dia si jenius yang banyak menciptakan inovasi untuk dunia. Dia panutanku, dan mungkin orang lain di luar sana. Lalu tiba-tiba dia meninggal dengan cara yang membuatku tertawa. Tewas hanya karena pembegalan? Darian altet bela diri sejak dia sekolah, bahkan mendalami bela diri sampai detik dia meninggal. Aneh jika dia kalah oleh pembegal kelas teri. Mungkin akan berbeda jika melawan senjata api. Sudah jelas kalau dia dibunuh dengan rencana," ucap Elias, mengenang masa menyakitkan itu.
Raven menunduk, matanya menatap berkas data di layar. Di sana tertulis jejak digital, potongan informasi yang memerlihatkan aliran dana dari beberapa perusahaan bayangan. Salah satunya memiliki tanda tangan Edward Adams, bersama nama lain yang tak asing di telinga mereka: Cornelius White, pejabat tinggi kepolisian yang sempat menangani kasus Darian enam tahun lalu.
Raven bersiul pelan, getir. "Jadi bahkan penyidiknya pun-"
"-sudah dibeli," potong Elias dingin.
Keheningan panjang menyelimuti ruangan setelah itu. Hanya terdengar desis angin dari jendela yang terbuka sebagian dan bunyi jarum jam di dinding. Elias berdiri, berjalan ke arah rak minuman di sudut ruangan, menuangkan sedikit wiski ke gelas kristal. Tapi bahkan alkohol tak sanggup meredam perih yang merayap dari dasar hatinya.
Raven menatap punggung sahabatnya itu. "Apa rencanamu sekarang?"
Elias menenggak wiski itu perlahan, lalu memejamkan mata sesaat. "Aku tidak tahu. Tapi satu hal pasti, aku tidak akan membiarkan orang-orang itu hidup tenang setelah apa yang mereka lakukan."
"Kalau kau mau melawan Death Eater Group, kau tahu ini bukan sekadar permainan bisnis atau politik. Mereka punya kekuasaan di pemerintahan, di hukum, bahkan di pasar saham. Mereka bisa menjatuhkan siapa saja, termasuk kau," kata Raven, tak ingin temannya ini sembrono.
"Aku tahu," ujar Elias, tidak ada yang lebih tahu dibandingkan dirinya tentang situasi ini. Lawannya jelas bukan orang sembarangan.
...***...
Ruby membawakan makanan ke ruang kerja Elias, mengingat akhir-akhir ini pria itu seolah nyaris tidak menyentuh makanan sedikit pun.
"Elias? Aku membawakanmu makanan. Aku lihat kau bahkan tidak sarapan dan makan siang hari ini," kata Ruby seraya menaruh nampan berisi makanan ke atas meja di tengah ruangan.
"Terima kasih, maaf aku sedikit sibuk akhir-akhir ini jadi tidak bisa sering bicara denganmu," ucap Elias dengan senyum penuh sesal karena ia merasa seperti mengabaikan Ruby beberapa hari ini.
"Aku paham situasimu. Aku hanya minta kau jangan sampai lupa makan dan istirahat walau sesibuk apa pun dirimu," kata Ruby dengan senyum lembutnya.
"Akan kuusahakan. Kau juga jangan lupa perhatikan dirimu. Katakan saja padaku kalau kau butuh sesuatu," ucap Elias.
"Aku mengerti. Aku akan kembali ke kamarku, kau panggil saja jika butuh sesuatu," kata Ruby.
Elias mengangguk. Dadanya yang sesak langsung dapat bernapas lebih baik saat mendapatkan kehangatan dari perhatian kecil Ruby.
Tak lama Ruby keluar dari ruangan, suara notifikasi dari ponsel Elias terdengar. Ia membuka pesan, dan matanya langsung berubah serius.
[Chiper]: 'Paket dua sudah aktif. Jangan buka tanpa sistem isolasi. Ada kode tersembunyi di dalam data. Percayai hanya Raven.'
Di ruang kerja, suasana menegang kembali setelah Elias mendapatkan pesan dari hacker pribadinya dan langsung menelepon Raven untuk datang.
Raven yang datang dalam waktu singkat langsung duduk di depan sistem komputer dengan dua layar aktif penuh kode.
"File kedua dari Chiper ini memiliki proteksi berlapis. Kalau kita salah satu langkah, seluruh datanya bisa hilang. Sepertinya dia melakukan ini karena ucapan dia sebelumnya kalau Chiper sedang diawasi," kata Raven.
Elias berdiri di belakangnya. "Kita tak punya pilihan. Buka."
Raven menekan beberapa tombol. Sistem berderak pelan, menampilkan grafik dan kode.
Kemudian sebuah folder muncul:
PEMUSNAHAN GAGAK
Raven membuka folder itu. Di dalamnya ada beberapa gambar, video pendek, dan laporan intelijen.
Salah satu video menampilkan ruangan gelap dengan meja panjang, di sekelilingnya beberapa pria mengenakan jas hitam, wajahnya sebagian tertutup.
"Ini rapat Death Eater Group," ucap Raven. "Lihat, tanggalnya enam tahun lalu. Hari yang sama ketika Darian tewas," lanjutnya.
Elias menatap layar tanpa bergerak.
Tiba-tiba, video berhenti pada satu wajah yang separuh tampak karena bayangan lampu. Wajah itu tidak asing.
Edward Adams.
Raven mengumpat pelan. "Dia benar-benar ada di sana. Jadi dia juga ada sangkut pautnya dengan kematian Darian."
Tapi sebelum Elias sempat bereaksi, video itu berkedip, lalu layar berubah hitam. Muncul teks merah:
ACCESS BREACH DETECTED. TRACE IN PROGRESS - 40%
Raven menegang. "Sial! Mereka melacak kita!"
"Putuskan koneksi," perintah Elias cepat.
Raven menekan beberapa tombol, namun jaringan tidak mau lepas. "Tidak bisa! Sistem mereka menyusup balik ke server kita!"
Lampu ruangan berkelap-kelip. Komputer mengeluarkan suara bising, lalu tiba-tiba ... senyap.
Layar padam total.
Mereka berdua hanya berdiri, mendengar detak jantung masing-masing yang bergema di ruangan gelap.
Beberapa detik kemudian, suara lembut dari speaker laptop yang sudah mati terdengar samar, suara Chiper.
"Jangan khawatir, aku sudah memutuskan koneksi, mereka menemukan kalian lebih cepat dari yang kuperkirakan. Jangan percayai siapa pun ... bahkan orang yang paling kau percayai. Ada mata-mata di sekitarmu," ucap Chiper dari speaker laptop.
Lalu suara itu lenyap.
Raven memandang Elias, pucat. "Apa maksudnya? Mata-mata di sekitar kita?"
Elias tak menjawab. Pandangannya tajam, tapi matanya menunjukkan kegelisahan yang langka.
"Itu berarti ada orang di dalam kita yang bekerja untuk mereka," desis Elias.
"Maksudmu ... di antara stafmu? Atau-"
"Bisa siapa saja," potong Elias cepat. "Kita akan tahu nanti. Tapi untuk sekarang, pastikan semua sistem komunikasi internal ditutup. Aku tidak ingin ada satu byte pun keluar dari rumah ini," sambungnya.
Raven segera bergerak.
Sementara itu, Elias berdiri mematung di depan layar gelap, pikirannya berputar cepat.
Death Eater Group.
Edward Adams.
Darian Spencer.
Dan sekarang, mata-mata di dalam lingkaran sendiri.
Perlahan, ia membuka laci bawah mejanya, mengambil sebuah foto lama, foto yang sudah mulai usang karena waktu.
Dua pria muda berdiri berdampingan, tersenyum lebar. Salah satunya adalah Elias yang jauh lebih muda, dan di sebelahnya ... Darian Spencer, dengan mata teduh dan senyum yang menenangkan.
Elias menatap foto itu lama.
"Darian, apa sebenarnya yang kau temukan sampai mereka membunuhmu?" ucapnya pelan.
Hujan di luar kembali turun deras, menutupi suara napasnya yang berat. Nama Darian Spencer kini bukan sekadar masa lalu, melainkan pintu menuju rahasia besar yang akan mengubah segalanya.
Dan di balik semua itu, bayangan Death Eater Group mulai bergerak lagi, menandai awal dari perang yang belum pernah Elias bayangkan sebelumnya. Dan mungkin hal yang tidak pernah Elias duga menjadi bagian dari kebusukan di dunia.
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
makin penasaran dgn lanjutannya