Jika biasanya seorang wanita yang terlibat oleh seorang anak dan juga ayahnya, maka kali ini berbeda.
Smith Rian Andromeda, dia harus terlibat dengan seorang anak laki-laki yang bernama Lev Zoran Rostova dan juga ibunya, Irina Rostova.
"Aku mau Ayah Smith yang jadi ayahku. Kalau tidak, maka aku tidak akan tingal sama Ibu lagi. Aku bakalan pergi dari rumah sampai Ibu tidak bisa menemukanku!"
Lev yang berusia 9 tahun tahun itu agaknya sedang masa-masa memberontak. Dia kesal dan marah karena ibunya tidak pernah menjawab saat dirinya bertanya tentang ayah kandungnya.
Bagaimana Smith menghadapi situasi ini?
Akankah Irina menerima permintaan Lev, atau dia hanya menganggap bahwa itu hanya sebuah gertakan?
Lalu, bagaimana sikap Lev saat ayah kandungnya muncul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Mafia 13
Satu minggu berlalu, dan Lev masih sangat nyaman tinggal di rumah Smith. Anya sudah berusaha keras untuk membujuk tuan mudanya tersebut untuk pulang, namun hasilnya nihil.
Smith pun juga bukannya tinggal diam. Janjinya kepada Irina untuk membujuk Lev agar segera kembali, juga sudah ia lakukan dengan sangat baik. Akan tetapi, Lev mengabaikan itu semua. Ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Hari ini pun, Smith meminta Lev untuk pulang ke tempat ibunya berada. Namun lagi-lagi Lev menolak.
"Tapi ibu mu mengatakan bahwa urusannya di sini sudah selesai dan dia akan kembali ke Ufa,"ucap Smith dengan sedikit menegangkan wajahnya.
"Ya sudah, biarkan saja Ibu kembali ke Ufa. Aku akan tetap di sini,"sahut Lev tak acuh.
Smith dan Anya saling pandang, dan mereka berdua bersama-sama menghela nafas karena tingkah Lev.
"Makanya, Ayah jadi lah ayahku. Aku suka tinggal di sini. Jadi kalau Ayah Smith jadi ayahku yang sesungguhnya, aku akan sangat senang untuk ikut ayah,"tukas Lev. Dia meletakkan ponselnya dan kini fokus bicara dengan Smith.
"Lev, untuk menjadi ayahmu yang sesungguhnya, apa kau tahu bahwa aku dan ibu mu harus menikah?"tanya Smith.
"Tentu saja tahu. Dan tentu saja kalian harus menikah. Jadi menikahlah dengan Ibu agar Ayah bisa jadi ayahku,"sahut Lev cepat.
Smith mengangakan mulutnya. Ia pikir Lev tidak tahu akan hal tersebut. Tapi tenyata anak itu tahu dengan sangat baik.
"Lalu, apa kau tahu bahwa untuk bisa menikah, kami harus saling mencintai? Dan kamu juga tahu Boy bahwa aku dan ibu ku adalah dua orang asing yang sama sekali tidak mengenal,"papar Smith. Dia berusaha memberitahu fakta yang ada sekarang.
"Iya tahu, maka dari itu buat Ibu jatuh cinta. Aaah Ayah harus dekat dengan ibu agar ayah bisa cinta sama Ibu. Setelah itu baru buat ibu jatuh cinta, dan menikah. Nah begitu, simple kan?" tukas Lev dengan percaya diri.
Ugghhhh
Smith mengusap wajahnya kasar. Agaknya apapun alibi yang akan dia berikan kepada anak itu hanya akan disanggah dengan mudah.
Dia tidak menyangka akan kerepotan begini atas niat baiknya.
Niat hati membiarkan Lev memanggilnya ayah agara anak itu mau pulang, tapi ternyata malah membuat dirinya sekarang terlibat sesuatu yang sangat membuatnya kebingungan. Sungguh ini merupakan bumerang bagi Smith.
"Begini saja Lev, kau pulanglah dulu dengan Ibu mu. Nanti kamu bisa datang kembali ke sini. Apa kamu tidak kasihan dengan ibu mu, Boy? Dia pasti mengkhawatirkan mu, dan dia juga pasti sangat merindukanmu. Apa kau tahu, tiap hari dia selalu bertanya tentang keadaanmu. Lev, aku pun juga ingin punya putra yang baik dan penurut."
Smith bicara panjang lebar. Soal Irina yang bertanya setiap hari tentang Lev, itu adalah hal yang benar meskipun yang ditanya adalah Anya dan bukannya dirinya.
Irina hanya sekitar dua kali bertanya kepada Smith. Wanita itu memastikan apakah Lev baik-baik saja atau tidak.
"Yah setidaknya aku tidak berbohong kan?"ucap Smith dalam hati.
"Apa jika aku jadi anak yang penurut, Ayah Smith sungguh mau menjadi ayahku?"tanya Lev. Wajahnya menunduk, dan kesepuluh jari tangannya saling terjalin.
"Bisa dipertimbangkan. Bukannya apa yang terjadi kedepannya tidak ada seorang pun yang tahu?" jawab Smith bijak.
"Baiklah aku akan pulang, Ayah. Tapi aku bagaimanapun caranya akan menjadikan kamu ayahku,"ucap Lev. Kalimat terakhirnya diucapkannya dalam hati. Dan anak itu sangat yakin bahwa dia bisa menjadikan Smith sebagai ayahnya.
Akhirnya hari itu, Smith mengantarkan Lev dan Anya pulang ke vila. Smith sama tidak ikut masuk dan langsung pergi setelah menurunkan Lev dan anya di depan pintu Villa.
"Terimakasih Tuan untuk semua bantuannya selama ini. Maaf sudah sangat menyusahkan dan merepotkan,"ucap Anya sambil membungkukkan tubuhnya.
"Tidak masalah, Anya. Aku tahu kamu kesulitan. Baiklah, aku pergi dulu."
Bruuum
Anya melenggang masuk ke dalam vila dan segera menemui Irina. Dia harus segera memberi laporan selama tinggal ditempat Smith.
"Tapi Bu, aku tidak mau pulang ke Ufa. Aku ingin tinggal di sini. Di sini orang tidak banyak yang mengenalku. Aku benar-benar bebas berteman dengan siapa saja. Aku juga tidak perlu dikawal. Bu, kehidupan di sini sungguh sungguh lebih menyenangkan dari pada di Ufa."
"Oh Lev, Ibu mohon. Ibu mohon jangan pakai kepala mu yang keras. Urusan Ibu sudah selesai di sini, jadi kita semua harus kembali ke Ufa. Sekolahmu, bagaimana dengan sekolah mu."
Anya menghentikan langkahnya saat sampai di depan ruangan Irina. Ia yang ingin masuk dan menemui Irina agaknya harus mengurungkan niatnya.
Keributan kecil antara nyonya dan tuan mudanya itu agaknya tidak akan bisa ia sela.
"Mungkin aku harus kembali nanti,"gumamnya pelan. Rasanya sangat tidak sopan mendengarkan pembicaraan para majikan. Namun Anya enggan beranjak dari sana ketika Lev mengatakan isi hatinya.
Selama ini, Anya lah yang paling tahu tentang Lev. Meski anak itu tidak banyak mengeluh, tapi Anya tahu bahwa Lev merasa kesepian karena kesibukan Irina.
"Bu, aku hanya ingin punya teman yang normal. Aku hanya ingin orang yang mendekatiku dengan tulus dan bukannya modus. Selama ini orang baik padaku karena memandang Ibu. Semua takut padaku karena aku anak Ibu. Aku bukannya tidak suka punya ibu seperti Ibu. Hanya saja aku kesulitan bernafas, aku tak bisa pergi kemanapun dengan bebas. Dan di sini, aku merasa sangat nyaman karena tidak ada yang mengenalku. Sekolah, itu hal yang mudah. Dan Bu, lihatlah. Di sini pun banyak orang dari negara asing tinggal. Aku, aku ingin tinggal di sini untuk sementara. Aku mohon."
Lev memohon dengan sangat. Dia bahkan membungkukkan tubuhnya dengan sangat dalam.
Hal yang belum pernah dilakukan oleh Lev sebelumnya. Selama ini,Lev belum pernah meminta sesuatu hingga seperti ini. Dan hal tersebut cukup membuat Irina bingung serta kesulitan.
"Haah Lev, beri waktu Ibu untuk berpikir,"ucap Irina sambil mengusap wajahnya kasar.
"Apa Ibu akan mempertimbangkan permintaanku?" tukas Lev cepat. Matanya berbinar penuh harap.
"Ibu akan memikirkannya. Sekarang panggilkan Anya,"sahut Irina.
Lev mengangguk cepat, dia tersenyum seolah sudah mendapatkan lebih dari 50% izin untuk tinggal di Bali.
Tap tap tap
"Oh Anya, kamu di sini rupanya. Ibu memanggilmu,"ucap Lev saat melihat Anya berada sekitar 3 meter dari pintu ruangan Irina.
Lev tidak tahu jika Anya tadi buru-buru pergi saat pembicaraan ibu dan anak itu sudah selesai.
"Oh baik Tuan Muda. Tuan Muda silakan istirahat di kamar. Atau Anda mau makan camilan, Mela sepertinya sudah menyiapkannya,"jawab Anya. Dia bersikap dengan sangat tenang.
Lev mengangguk, dia lalu melenggang pergi. Sedangkan Anya, dirinya segera masuk ke dalam untuk menemui Irina.
"Saya Nyonya."
"Aku yakin kamu pasti sudah mendengarnya. Bagaimana menurutmu, Anya?"
TBC
Klo cuma rekaman, Richi masih aman nyawaya, tapi klo disertai kamera tersembunyi dalam kalung yang Richi pake, nyawa Richi jadi taruhan 🤔
Dimana richi akan menemukan arti keluarga di tengah² LEV & yg lainnya.
Semangat richi...kamu bener2 menemukan JATI DIRI kamu sendiri..Semangat✊️✊️