MY DADDY IS MINE

Camilla tidak ingin pulang. Ia bahkan menyimpan rapi hasil diagnosa penyakitnya diantara tumpukan buku pelajarannya. Tidak ada air mata di pipinya. Namun hatinya sangat sakit. Sakit karena tidak bisa mewujudkan impiannya sebagai wanita sempurna untuk Daddy-nya.

"Daddy. Apakah aku harus merelakan dirimu untuk wanita lain? Jika aku bersamamu, kamu tidak akan pernah memiliki anak dariku. Mereka akan menyebutmu mandul. Dad, aku tidak bisa membahagiakanmu," gumam Camilla yang sekarang berjalan menyusuri trotoar jalan samping taman bunga.

Sore itu ia hanya merenung nasibnya. Merasa takdir tidak mengijinkan dirinya bahagia. Dilahirkan tanpa kehadiran seorang ayah yang meninggal karena kecelakaan. Mendapatkan ayah tiri yang baik hati namun harus bercerai dengan ibunya yang gila harta.

Setelah sekian lama menanti perjumpaan dengan ayah tirinya yang mampu meluluhkan hatinya untuk mengenal cinta namun cinta baru ingin ia mulai harus kandas terlebih dahulu.

Mendung kembali menyapa. Sama halnya dengan hati Camilla yang yang lagi gundah gulana. Ia memutuskan untuk pulang agar Luis tidak mencemaskan dirinya.

"Oh sial....!" umpatnya saat hujan turun dengan derasnya sebelum ia masuk ke dalam taksi yang menunggunya.

Camilla mengambil jaketnya di dalam tas ranselnya. Ia mengenakan jaket itu agar tidak kedinginan. Ia mencoba menenangkan pikirannya dan menganggap kalau dirinya bukan seorang perempuan penyakitan.

"Kanker otak...?" penyakit warisan kah? Bukankah ayah kandungku meninggal karena kecelakaan lalulintas? Lalu aku mewarisi penyakit itu dari mana? Ya Tuhan jangan sampai rambutku mulai rontok dan kulitku akan mengering. Aku akan terlihat sangat menyedihkan saat tubuhku mulai kurus. Apakah Daddy akan tetap mencintaiku nantinya?" Camilla tidak bisa mencerna apa yang terjadi padanya kini.

Ia memutuskan agar ayah tirinya itu tidak perlu mengetahui kondisi kesehatannya saat ini. Lagipula dokter Luci sudah berjanji padanya agar dirahasiakan dari ayahnya.

Tiba di mansionnya, Camilla dijemput oleh kepala pelayan dengan payung. Taksi itu langsung meninggalkan halaman istana itu.

"Nona. Bukankah nona dijemput oleh tuan? Kenapa malah naik taksi?" tanya Brian.

"Aku ada urusan di luar kampus. Maaf aku mau ke kamar dulu dan tolong jangan ganggu aku...!" ucap Camilla langsung masuk ke lift sambil menyembunyikan wajahnya dengan topi jaketnya.

"Baik nona..!"

Camilla membuka semua pakaiannya dan mengambil pakaian renangnya. Ia memutuskan untuk berenang di kolam pribadi Luis yang ada di dalam kamar Luis. Kolam renang yang ada dilantai dua itu menyatu dengan alam..

Bikini renang berwarna merah melekat pada tubuh seksinya. Camilla ingin menikmati air kolam itu dengan air hujan yang ikut menyiram tubuhnya.

"Ya Tuhanku. Jika Engkau ingin mengambil nyawaku. Ambil sekarang. Aku tidak ingin menyusahkan pria yang sangat kucintai," ucap Camilla yang baru bisa menangis.

"Belum ada kenangan yang kami buat bersama di masa kini. Kenangan masa lalu terlalu menyedihkan untuk dikenang. Mengapa harus terulang lagi kesedihan yang sama? Apakah aku tidak pantas bahagia?" rintih Camilla ditengah hujan deras. Tubuhnya dibiarkan mengapung di atas air dan ia menikmati hujan jatuh diatas tubuhnya.

Tidak lama Luis datang menanyakan pelayannya karena ia tahu Camilla sudah pulang.

"Di mana Camilla?" tanya Luis sambil melepaskan jas dan dasinya yang langsung diambil oleh pelayan.

"Di kamar tuan."

"Apakah dia sudah makan malam?"

"Belum tuan. Nona hanya meminta kepada kami agar tidak menganggunya."

"Baiklah. Siapkan makan malam untuk kami dan bawa ke kamarku...!" ucap Luis lalu menyusul Camilla ke kamarnya.

"Baik tuan.

Begitu pintu kamar dibuka, Luis tidak melihat Camilla. Ia masuk ke kamar mandi dan menemukan baju bekas Camilla tergeletak di lantai tapi tidak ada orang di dalamnya. Luis masuk ke ruang ganti namun tidak melihat Camilla. Luis membuka pintu balkon dan melihat tubuh mulus nan cantik itu mengapung diatas kolam renang dalam posisi telentang.

"Astaga anak itu? Kenapa berenang di tengah hujan deras? Apakah dia sudah gila? Bagaimana kalau dia sakit lagi?" Luis menanggalkan semua bajunya kecuali boxer miliknya yang masih melekat diarea terlarang nya.

Luis lompat ke dalam kolam renang itu menimbulkan gelombang yang cukup besar membuat Camila yang nyaman di posisinya terhenyak.

"Daddy..?"

"Sayang. Kenapa berenang di tengah hujan deras? Bukankah belum lama ini kamu jatuh sakit karena kehujanan?" Luis meraih tubuh jenjang itu lalu memeluknya.

"Daddy. Bukankah waktu aku kecil kita sering mandi hujan bersama? Aku ingin melakukannya lagi Daddy," pinta Camilla setengah berteriak di kupingnya Luis karena suara hujan.

"Tidak untuk saat ini. Tubuhmu belum kuat berada di dalam air kolam dengan hujan yang juga menerpa tubuh mu. Daddy tidak ingin kamu jatuh sakit lagi sayang. Ayo kita masuk...!" ajak Luis menuntun tubuh Camila untuk keluar dari kolam renang.

"Dad. Camilla sekarat dad. Hidup Camilla tidak akan lama lagi," batin Camilla lalu naik ke tangga kolam renang itu.

Keduanya masuk ke dalam kamar mandi bersama. Luis menyalakan shower dan mengatur suhu air hangat untuk membilas tubuh Camila. Tepat disaat Camilla menanggalkan pakaian renangnya, Luis terperangah. Nafasnya tercekat melihat tubuh bidadari kecilnya yang luar biasa indah. Kedua bukit kembar tampak menggelantung indah. Bahkan tidak ada cela ditubuh putrinya itu.

Luis mendekat merapatkan tubuhnya untuk menutupi pemandangan indah itu. Ia cukup merasakan betapa lembutnya maha karya Tuhan pada tubuh putri tirinya.

Camilla membiarkan tangan kekar itu bermain diarea dadanya. Merasakan sensasi hangat yang luar biasa hingga tubuhnya bergetar. Ciuman keduanya menyatu dengan bibir saling berdecap.

"Dad. Lakukan dad...! Camilla menginginkan Daddy malam ini. Jangan buat Camilla terlalu lama menunggu. Semua yang Camilla jaga hanya untuk Daddy," ucap Camilla dengan suara bergetar tertutup kabut gairah.

"Kita lakukan dikamar. Jangan disini, sayang. Nanti kamu sakit," ucap Luis dengan suara makin parau dan berat.

Miliknya tampak mengeras. Camilla cukup terpana dan mencoba menggenggam nya. Luis meraih handuk dan menutupi tubuh Camila asal. Ia menggendong Camilla membawanya ke dalam kamarnya. Suhu ruangan itu diatur hangat. Luis mengeringkan tubuh dan rambut Camilla terlebih dahulu.

Pikirannya mulai kacau. Ia sudah tidak kuat menjaga batasan ini lagi karena tubuh muda Camilla membuatnya hilang akal kini. Camilla meraih miliknya dan menjilati benda keras nan panjang itu.

Luis berdesis membiarkan Camilla memanjakan miliknya. Tidak kuat menahannya, Luis meraih dagu Camila dan melanjutkan lagi ciuman panas itu. Namun pandangan Camilla mulai mengabur. Nafasnya seolah tertahan.

Namun tidak dengan Luis yang menyerang tubuhnya secara membabi-buta. Camilla membiarkan Luis melakukan apapun pada tubuhnya. Kini kepalanya terasa berat dan sangat sakit. Ia mendesis namun bukan karena nikmat atas perlakuan Luis pada tubuhnya tapi lebih kepada sakit yang luar biasa yang tidak bisa membuatnya menjerit kesakitan. Akhirnya tubuhnya mulai melemah dan iapun pingsan ditengah sesi pemanasan itu.