Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Saskia men-scan kode barcode melalui ponselnya. Kemudian ia pamit kepada Lestari.
Lestari terkejut saat ada notifikasi uang masuk ke ponselnya, Lestari pun memanggil Saskia, karena Saskia sudah masuk ke dalam mobil.
"Oma, ini kebanyakan." Lestari mengejar sampai ke mobil.
"Tidak apa-apa, bisa buat modal jualan lagi," ujar Saskia.
Kemudian Saskia menjalankan mobilnya. Lestari pun mengucapkan terima kasih walau tidak di dengar oleh Saskia dan Seruni.
"Huft, orang kaya uang sepuluh juta enteng banget memberikan nya," gumamnya. Kemudian dia kembali ke kiosnya.
Sementara di perusahaan ...
Rafan baru sempat membuka ponselnya. Di lihatnya ada pesan dari Oma nya. Rafan penasaran pun segera membukanya.
Rafan tersenyum melihat bagaimana Lestari memperlakukan mama nya. Terlihat Lestari begitu telaten menyuapi Seruni.
Setelah selesai menonton video yang di kirim oleh Saskia, Rafan pun segera menghubungi Saskia.
Saskia menepikan mobilnya di pinggir jalan, karena takut bahaya jika menyetir sambil menjawab panggilan telepon.
"Assalamualaikum," ucap Saskia.
"Waalaikumsalam. Oma dan mama di mana sekarang?"
Oma dan mama mu sudah di perjalanan pulang. Ada apa?"
"Oh tidak ada apa-apa Oma, cuma ingin memastikan saja."
"Ya sudah, Oma sedang menyetir nih. Assalamualaikum."
Saskia pun menutup teleponnya tanpa menunggu Rafan menjawab salamnya. Kemudian Saskia pun melanjutkan perjalanan nya pulang ke rumah.
Sementara Rafan melihat jam tangannya, sebentar lagi jam makan siang. Rafan keluar dari ruangan nya dan berjalan cepat menuju lift.
Rafan hendak kembali ke rumah untuk berganti pakaian. Ridho yang melihat Rafan masuk ke dalam lift pun menyusul. Namun pintu lift sudah keduluan tertutup.
Rafan berjalan cepat menuju parkiran, ia langsung masuk dan langsung menjalankan mobilnya keluar dari pintu gerbang perusahaan.
Tiba di rumah, Rafan langsung keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Seperti biasa ia mengucapkan salam sebelum masuk.
Ternyata Saskia dan Seruni sudah tiba di rumah juga. Rafan langsung ke kamar. Tidak berapa lama ia keluar dengan pakaian berbeda dan sederhana.
"Mau ke mana?" tanya Seruni.
"Mau keluar untuk makan siang," jawab Rafan.
"Kenapa dia Ma, sepertinya terburu-buru?" tanya Seruni.
"Gak tahu," jawab Saskia.
Sementara Rafan sudah keluar dari pintu gerbang. Ia melajukan motornya menuju ke suatu tempat.
Saat tiba di tempat yang dituju, Rafan memarkirkan motornya di tempat biasa. Kemudian ia menghampiri kios tempat Lestari jualan.
Terlihat Lestari mengemasi tempat nya berjualan. Lalu menoleh ke Rafan yang semakin mendekat.
"Eh Mas, maaf Mas sudah habis," kata Lestari.
"Kalau begitu temani aku pergi makan," ujar Rafan.
"Tapi Mas aku ...."
"Gak ada tapi-tapi, temani aku makan, aku yang traktir," potong Rafan setengah memaksa.
"Ya sudah deh, sebentar ya Mas, aku kemaskan ini dulu," ujar Lestari akhirnya.
Rafan membantu membawa barang-barang yang sudah di kemaskan oleh Lestari. Tapi ia tidak masuk ke dalam rumah dan hanya sampai depan pintu.
Setelah semuanya selesai, Lestari pun bersiap-siap mandi dan berganti pakaian. Ia takut tubuhnya bau kalau tidak mandi.
Namun Lestari meminta waktu karena sebentar lagi akan tiba waktunya sholat zuhur. Rafan pun pergi ke masjid, sementara Lestari sholat sendiri di rumah.
Setelah selesai, mereka pun bersiap-siap hendak berangkat. Namun Rafan melihat seorang wanita membawa tas yang di kenalnya.
"Ada apa Mas?" tanya Lestari.
"Tidak ada apa-apa," jawab Rafan.
Rafan masih kepikiran, kenapa tas itu ada di wanita itu? Padahal sudah ia buang di pinggir jalan dan Rafan menduga tidak akan di temukan orang.
Tapi Rafan tidak ingin mengungkit tas itu lagi. Karena ia sudah membuangnya jauh dari tempat keramaian.
Rafan memasang helm kepada Lestari. Beruntung ia membawa helm ganda. Jadi bisa di pakai untuk dua orang.
"Kita mau ke mana?" tanya Lestari.
"Ke cafe R.D saja, mau?"
Lestari terdiam, cafe yang di maksud oleh Rafan adalah tempat nya bekerja dulu. Tapi Lestari tidak mengatakan apa-apa, dia hanya mengikuti Rafan membawanya.
Rafan meminta Lestari untuk berpegangan yang kuat. Karena Rafan akan ngebut. Motor Rafan pun melaju membelah jalanan menuju cafe yang di maksud.
Akhirnya mereka pun tiba di cafe tersebut. Rafan mengajak Lestari masuk. Mereka memilih tempat duduk yang paling pojok.
Lestari mengamati tempat ini tidak seramai dulu saat dia masih bekerja. Kemudian seorang gadis datang untuk melayani mereka.
"Tari!" pekiknya.
Lestari berdiri lalu memeluk sahabatnya yang dulu sama-sama bekerja. Rafan hanya memperhatikan keduanya yang seolah sudah lama tidak bertemu.
"Dia?" tanya Laksmi melirik ke Rafan.
"Teman," jawab Lestari.
"Uh ganteng banget, masa cuma teman," bisik Laksmi.
Lestari mengalihkan topik pembicaraan dengan memesan makanan yang biasa dia makan.
"Gak mau yang lain?" tanya Laksmi.
"Terserah mu lah," jawab Lestari.
"Eh, semenjak kamu di pecat, tempat ini berubah menjadi sepi. Tidak seperti dulu yang selalu sibuk," kata Laksmi.
Lestari hanya mengangkat bahunya pertanda dia tidak perduli lagi. Lagipula dia sudah tidak bekerja di sini lagi.
"Teman mu?" tanya Rafan. Lestari mengangguk sebagai jawaban.
Rafan juga memesan yang sama seperti yang Lestari pesan. Laksmi pun kembali ke dalam untuk memberitahu koki tentang pesanan mereka.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka pun tiba. Rafan dan Lestari pun mulai makan. Sedangkan Laksmi kembali ke dalam.
Namun dia diam-diam memperhatikan Lestari dan Rafan. Laksmi tidak percaya kalau mereka sekedar berteman.
Karena yang Laksmi tahu, Lestari tidak punya teman laki-laki. Namun kali ini tiba datang bersama seorang laki-laki.
"Sedang apa kamu Mi?" tanya Rudi.
"Ehh Pak bos, tidak ada apa-apa Bos," sahut Laksmi.
Rudi yang penasaran pun melihat ke arah yang Laksmi lihat. Rudi melihat Lestari sedang makan bersama seorang laki-laki. Rudi pun segera menghampiri mereka.
"Tari?"
Merasa namanya di sebut, Lestari dan Rafan serentak menoleh. Rudi sedikit terkejut, karena orang yang bersama Lestari adalah Rafan.
"Eh Pak Rafan, silakan Pak," ujar Rudi. Kemudian ia pun kembali ke dalam.
"Mas kenal dia?" tanya Lestari.
"Sekedar kenal dan tidak terlalu dekat," jawab Rafan.
Lestari pun manggut-manggut lalu melanjutkan makannya. Hingga selesai makan, Rafan pun pergi ke kasir untuk membayar.
Saat mereka hendak keluar, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Renata. Renata langsung memanggil Rafan.
"Rafan, kamu?"
Namun Rafan tidak perduli, malah menggandeng tangan Lestari menuju motor mereka.
"Rafan tunggu!" Renata mengejar Rafan hingga ke parkiran.
"Rafan!" seru Renata lagi.
"Mas, cewek itu memanggil mu terus," kata Lestari.
"Biarkan saja, cepat kita pergi dari sini," ujar Rafan.
Renata menahan motor Rafan. Rafan pun akhirnya turun dari motornya. Lestari yang belum sempat naik tetap berada di belakang Rafan.