"Harusnya dulu aku sadar diri, bahwa aku sama sekali nggak pantas untuk kamu. Dengan begitu, mungkin aku nggak akan terluka seperti sekarang ini" ~Anindhiya Salsabila
Tindakan bodoh yang Anin lakukan satu tahun yang lalu adalah menerima lamaran dari cowok populer di sekolahnya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak pernah dekat, dan mungkin bisa dikatakan tidak saling mengenal.
Anin bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga cowok dingin itu sama sekali tidak pernah mengajak Anin berbicara setelah meminta Anin untuk menjadi istrinya. Mereka hanya seperti orang asing yang tinggal di atap yang sama.
--------------------------------------------------------------------------
Bagaimana mungkin aku hidup satu atap dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah mengajakku berbicara? Bagaimana mungkin aku hidup dengan seorang suami yang bahkan tidak pernah menganggapku ada?
Ya, aku adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh suamiku. Seorang gadis yang masih berusia sembilan belas tahun. Aku bahkan tidak tau, kenapa dulu dia melamarku, menjadikan aku istrinya, kemudian mengabaikanku begitu saja.
Terkadang aku lelah, aku ingin menyerah. Tapi entah kenapa seuatu hal memaksaku untuk bertahan. Aku bahkan tidak tau, sampai kapan semua ini akan menimpaku. Aku tidak tau, sampai kapan ini semua akan berakhir.
~ Anindhiya Salsabila~
Mau tau gimana kisah Anindhiya? Yuk cuss baca.
Jangan lupa like, komen dan vote ya. Jangan lupa follow ig Author juga @Afrialusiana
Makasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afria Lusiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Anin berjalan sejauh mungkin untuk melepaskan apa yang ia rasa menyesakkan di dada. Namun, Meisya yang masih terbakar api amarah dan emosi, mengejar Anin dan kembali menarik tangan Anin kasar, menghempaskan tubuh Anin sekali lagi hingga kepala gadis itu tak sengaja terbentur ke tembok.
Darah segar kini mengalir begitu saja di kening Anin. Kepala Anin kini terasa berputar-putar. Kepalanya pusing.
Sungguh, Meisya telah di butakan dengan hatinya yang kelam. Sehingga dia lupa, bahwa dirinya adalah seorang mahasiswa kedokteran yang seharusnya menyembuhkan dan menyelamtakan manusia. Tapi hari ini, Meisya benar benar sudah melewati batas, gadis itu bahkan menyakiti dan menganiaya seseorang yang tidak bersalah.
Itulah sebabnya, menyukai orang sewajarnya saja. Kalo nggak gila dengan asumsi dan harapan yang terlalu tinggi, ya bodoh seperti Meisya.
Meisya kesal, saat dia tau ternyata Stevan benar benar sudah menikah. Meisya tidak terima, karena dia sudah mengincar Stevan dari awal mereka kuliah.
Satu minggu yang lalu.
Meisya bergegas menghampiri Stevan yang sedang sibuk membaca buku di kursinya. Meisya memasuki kelas yang hari itu terlihat ramai dengan tergesa gesa.
"Stev, jelasin sama gue apa maksud dari kejadian semalam?" Ucap Meisya tiba tiba mengintrogasi Stevan. Meisya mendudukkan tubuhnya tepat di hadapan Stevan. Gadis itu menatap Stevan dengan kening tertaut, tidak sabar menunggu jawaban Stevan.
"Maksud semalam apaan?" Tanya Stevan dingin tanpa mengalihkan pandangannya pada Meisya. Meskipun di kelas Stevan memang sedikit dekat dengan Meisya, tapi pria itu tetap saja kalau berbicara masih bersikap dingin. Stevan masih fokus pada buku yang ada di tangannya tanpa mengalihkan pandangan pada Meisya.
Meisya mengusap wajahnya gusar. "Ya.. maksud lo memperlakukan cewek yang udah ngerusak pesta gue semalam" Jelas Meisya.
"Gue nggak paham" Stevan berdiri dari duduknya. Menaruh buku yang semula ia pegang di atas meja, Stevan hendak berlalu pergi dari sana. Namun, dengan cepat Meisya menarik tangan laki-laki itu hingga langkah Stevan terhenti.
"Kenapa lo berani nyium dia di depan banyak orang? dan kenapa? ada cewek yang bilang kalo dia istri lo?" Meisya benar benar memperjelas pertanyaannya.
Stevan perlahan melepaskan tangan Meisya dari tangannya. Pria itu masih tak menoleh ke arah Meisya.
"Karena dia memang istri gue" Jawab Stevan yang membuat teman teman yang ada di kelas Stevan sontak menoleh serentak ke arah pria itu. Mereka kaget, terpelongo tidak percaya.
"Enggak enggak. Lo becanda kan Stev? mana mungkin lo udah punya istri?" Meisya berjalan menyusul Stevan yang nyaris sampai di ambang pintu kelas.
"Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Lagian, buat apa juga gue becanda sama lo? nggak guna dan nggak menguntungkan juga bukan?"
"Bukannya lo suka sama gue Stev?" Tanya Meisya dengan penuh percaya diri.
"Dari sekian banyak mahasiswa di kampus ini, dari dinginnya sikap lo ke mereka semua, kenapa lo cuma baik sama gue? kenapa lo selalu bersikap dingin sama yang lain? bukankah itu artinya lo suka sama gue?" Gadis itu mengulang pertanaannya dengan penuh percaya diri.
Satu sudut bibir Stevan terangkat. Stevan menyeringai, kemudian memutar tubuhnya hingga kini Stevan beridiri berhadapan dengan Meisya.
"Lo terlalu percaya diri Sya. Gue baik sama lo, bukan berarti gue suka sama lo! kita teman, teman ya tetap teman!" Sahut Stevan penuh penekanan.
Stevan berlalu pergi dari sana. Sementara Meisya sudah memanas menahan amarah. Tangan gadis itu tekepal kuat diiringi raut wajah yang tidak ramah.
"Wanita itu... Dasar awas aja lo" Umpat Meisya sembari menggenggam tangannya kuat dengan mata melotot tajam ke arah depan.
Mulai hari itu, Meisya benar-benar mencari tahu tentang Anin, tentang siapa gadis yang malam itu merusak pestanya? tentang siapa gadis yang dimaksud istri Stevan? Meisya mencari tahu semuanya.
tinggalin saja laki kek gt, harga diri lah.. terlalu lemah
boleh tanya kah mbak gimana buat novel biar cepet dan konsisiten