NovelToon NovelToon
DENDAM Sang PEMILIK KHODAM

DENDAM Sang PEMILIK KHODAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Pendamping Sakti
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.

Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.

Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?

Ikuti kisah selanjutnya...,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sentuhan-3

Pagi menjelang. Wulan Ningrum terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang sudah bugar. Ia mengeliatkan tubuhnya, lalu pergi ke ceruk untuk mandi.

Meskipun udara masih sangat dingin, ia menyukai airnya, sebab dapat menciptakan rasa segar dan menghilangkan penat.

Ia melepaskan penutupnya, lalu melompat ke dalam ceruk dengan kondisi polos, tentu saja hal tersebut memamerkan bagiamana tiap lekukan yang indah dan membuat mata siapapun terpana.

Saat bersamaan, Jaendra juga sedang berenang didalamnya dan ia menyelam dengan tenang dan berenang kedalam telaga, ia sudah berjanji tidak akan masuk lagi ke dalam goa, tetapi entah mengapa, tanpa sadar, ia kembali kesana, dan melihat Wulan Ningrum yang sedang mengapung diair dengan kedua mata yang terpejam.

Seketika Jerendra merasakan jika dirinya bagaikan tersengat aliran listrik saat melihat dua buah benda yang menyembul kepermukaan air.

Itu sangat indah.

Sosok pria tampan itu merasakan jika jantungnya tidak aman, ia memilih untuk bergegas pergi, sebelum nantinya kepergok oleh sang Macan Kumbang, lalu mendapatkan hadiah cakaran mautnya.

Ia melesat dan menuju tepian telaga. Ia harus menemui sang Macan Kumbang, agar menasehati puterinya, untuk tidak melakukan hal gila itu lagi. Bagaimana jika gadis itu berada diluaran sana dan melakukan hal yang sama?

Birendra merasakan sesuatu sedang berdenyut. Ia adalah sosok lelaki normal yang mana akan bergetar jika melihat lawan jenisnya seperti itu.

Wulan Ningrum sudah selesai dengan mandinya. Ia beranjak dari ceruk, lalu mengibaskan rambutnya yang basah, dan terurai begitu saja.

Butiran air yang menempel dikulitnya bagaikan kristal yang berkilauan dan menambah keindahan yang sempurna.

Ia mengenakan pakainnya. Lalu menyelipkan pedang luwuk ke pinggangnya.

Ia merasakan perutnya sangat lapar. ia ingin segera mencari sarapan.

Gadis itu menyusuri goa. Ia ingin mencari sesuatu untuk dapag dimakan, dan langkahnya terhenti saat melihat seekor ular kobra yang merayap ditepian antara ujung lantai dan dinding.

Ia merayap dengan cepat, dan dengan cekatan, gadis itu menebaskan pedangnya.

Traaaaang....

Suara benda logam itu beradu dengan dinding batu goa yang menimbulkan suara nyaring.

Craaaaass....

Tubuh ular itu sudah terpisah dari kepalanya. Dengan gerakan cepat ia meraihnya, lalu mengulitinya.

Ia berusaha menciptakan api dari ujung jemari tangannya, dan memanggang daging hewan melata tersebut.

Aroma gurih tercium dengan sangat harum, dan ia mulai menyantabnya.

Sang Macan Kumbang memperhatikannya dari kejauhan. Sepertinya gadis itu sudah dapat hidup mandiri dan bertahan hidup dengan caranya.

Setelah menyelesaikan makannya. Gadis itu beranjak dari tempatnya, dan tanpa sengaja melihat sosok Macan Kumbang Hitam sedang memperhatikan gerak-geriknya.

"Ikuti, aku!" ucapnya dengan tatapan tajam.

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Lalu ia mengekori kemana pergerakan sang Macan yang akan membawanya kesuatu tempat.

Kemudian mereka tiba didepan sebuah dinding goa yang terkihat seperti disusun rapat oleh bebatuan.

"Lihatlah dinding yang ada disana, maka kau gunakanlah ajian rengkah gunungmu untuk dapat menghancurkannya." titahnya pada Wulan Ningrumi, sembari kepalanya menoleh kearah dinding yang ia maksudkan.

Gadis itu memperhatikan dinding yang dimaksudkan oleh sang guru. Tampak berbeda dari dinding yang lainnya.

Dinding itu seperti tumpukan batu besar yang sangat kuat dan ia berjalan menghampirinya. Ia memindai pandangannya, lalu menyentuh sejenak.

Saat bersamaan, ditempat yang berbeda, sosok wanita bertubuh sintal dengan wajah cantik rupawan, terlonjak dari duduknya. Ia merasakan getaran kehancuran semakin dekat.

"Hah! Mengapa perasaanku tidak nyaman?" ujar sosok wanita yang saat ini sedang berada didalam ruang kamar yang disediakan oleh Adupati Bisrah.

Ia sudah seminggu lamanya ditempat ini, tetapi belum bertemu dengan sang Adioati, sebab pria itu tiba-tiba pergi mendadak ke luar daerah untuk mengatasi langsung para Tumenggung yang membangkang untuk mengirimkan upeti, dan hari ini akan pulang ke Kadipaten.

Ia memejamkan kedua matanya, mencoba mencari rupa dari sosok yang diramal akan menghancurkan dirinya.

Tetapi sial! Ia tak dapat melihat bayangan wajah itu, dan ini hal yang mustahil. "Hah! Siapa yang melindunginya? Mengapa wajahnya tak dapat ku bayangkan!" gumamnya geram.

Sedangkan ditempat lain, Wulan Ningrum memejamkan kedua matanya, dan tiba-tiba saja dinding batu itu bergetar, namun tidak ingin terbuka.

Sesaat dibenaknya melintas sosok tinggi besar dengan dua tanduk dikepalanya, dengan wajah yang sangat samar.

"Hah! Siapa dia?" gumamnya lirih.

Lalu ia membuka kedua matanya, dan menatap sang Macan Kumbang yang saat ini sedang memperhatikannya.

"Belajarlah kembali, hingga kamu dapat menghancurkan pintu itu dan keluar dari tempat ini!" Titah sang Macan Kumbang.

Rasa penasaran akan dunia luar membuat ia menganggukkan kepalanya dan ingin kembali mencobanya.

"Besiaplah!" ucap sang Macan, lalu melesat dengan gesit dan menyerang sang gadis yang sudah bersiap untuk menyambut serangannya.

Wulan Ningrum melompat dengan gerakan jumping dan berhasil melewati tubuh sang Macan, lalu mendarat sempurna disebuah ujung stalagmit yang tumbuh meruncing dengan ujung jempol kakinya.

Pedang ditangannya ia rentangkan untuk menjadi penyeimbang tubuh.

Dengan cekatan Sang Macan Kumbang melompat dan menyerang Wulan Ningrum yang saat ini sudah bersiap untuk menahan serangan.

Ketika jarak sang Macan semakin dekat, maka sang gadis menekan ujung kakinya, lalu melompat ke atas dan melesat ke sisi kanan, mendarat dilantai goa.

Dengan gerakan yang tak terduga, ia melancarkan serangan Rengkah Gunungnya, dengan menghadirkan kekuatan yang sangat luar biasa, dan saat bersamaan, terdengar suara lengkingan kesakitan dari dalam goa.

Buuuuuummmmm.....

Suara ledakan yang menghancurkan batuan cadas karena terkena ajian yang digunakan oleh Wulan Ningrum.

Siapa sangaka jika suara lengkingan kesakitan itu, ternyata itu suara para makhluk demit yang terkena oleh ajiannya sebab sedang berada didinding pintu goa.

Sedangkan Rajendra sendiri, tersentak kaget saat mendengar suara ledakan yang cukup dahsyat tersebut.

Ia menoleh ke arah dinding goa yang tampak berguncang, lalu menarik kudanya, dan bersembunyi dibalik semak, untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Sang Macan Kumbang tersenyum puas, sebab kini, gadis itu sudah dapat menguasai beberapa ajian untuk melumpuhkan sasarannya.

"Bagus. Kamu sepertinya sudah dapat aku kirimkan ke desa. Maka perangilah kejahatan. Aku akan membuat perisai tak kasat mata yang mana pedang lueukmu tidak akan terlihat orang bermata awam dan liontin yang menggantung dilehermu itu harap kau jaga dengan benar, sebab ia merupakan petunjuk untuk kamu dapat menemukan siapa keluargamu," ungkap sang Macan Kumbang.

Wulan Ningrum menganggukkan kepalanya, dan ia merasa bahagia karena dapat keluar dari dalam goa.

Akan tetapi, ia juga merasa sedih karena harus berpisah dengan sosok macan kumbang yang selama ini menjadi teman sekaligus penjaga serta gurunya.

"Aku tidak sanggup berpisah denganmu," ucap Wulan Ningrum dengan gelisah.

"Pergilah, kita akan bertemu, dan aku akan tetap mengawasimu dari kejauhan," ucap sang Macan Kumbang, mencoba menyemangati gadis tersebut.

Wulan Naingrum tampak bingung, tetapi ia benar-benar ingin keluar dari goa ini, meskipun ia sangat berat meninggalkan sosok dihadapannya.

"Ayolah, waktu sudah tiba," ajak sang Macan Kumbang, lalu mereka berjalan menuju ke pintu goa.

Mereka menyusuri jalanan yang mana berlantaikan batuan.

Setibanya di depan pintu goa. Tampak Wulan Ningrum berhenti dan menatap pada bebatuan yang telah mengurung dirinya.

Ia menggerakan kedua tangannya, lalu memutar membentuk lingkaran, dan....

Duuuuuuaaar....,

Suara kedakan terdengar sangat keras, bebatuan berhamburan dan terlihatlah alam sekitar yang begitu indah, tetapi juga berbahaya.

1
Liani purnafasary.
lanjut lg thor, tanggung 😭
Liani purnafasary.
Bagus deh ada yg bicara bgitu, biar Wulan tahu jatidiri nya, yg sangat miris itu. 😭😭biar tubuh bls dendam dhatinya, ga sabar menanti kn detik-detik bls dendam Wulan. 😃
Liani purnafasary.
Mereka memang ditakdirkan bertemu dan selalu bersama kenya. 😃😃😃🤭🤭
Reni
ya Allah habis melahirkan digilir udah meninggal pun masih dipake biadab memang pantesnya dibuntungin semua tinggalin kepala sama badan wae
Wardi's
waah habis lo sengit ma wulan..
kaylla salsabella
hajar wulan
𝐏𝐞𝐧𝐚𝐩𝐢𝐚𝐧𝐨𝐡📝: halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Ai Emy Ningrum
Namanya Walang Sangit ,hama hidup nih ,kudu diberantas jg dibina,di binasa kan 😏😏
Ai Emy Ningrum: semprot pake obat nyamuk 🤔🤔 ato kasi racun tikus 🐀🐀
total 2 replies
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐
Lanjut Up Thor
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐
Akibat ngantuk berat, si Author sering Typo 😀
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐
Kok ke dokter 🤔 ini Cerita jaman Kerajaan belum ada sebutan dokter, yang ada Tabib.
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐
Harimau itu bahasa Indonesia, bahasa Jawa: Macan, bahasa SUMSEL: Rimau atau Subat. Jenis²: Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Harimau Loreng, Harimau Putih.
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐: Jelas tidak sama. Macan Tutul lebih kecil dari Macan Loreng.
total 5 replies
FiaNasa
apa Khabar hidungmu Turangga 😅😅aq harap hidungmu baik² saja gak berubah posisi 🤣🤣🤣🤣
FiaNasa: pastinya 🤣🤣🤣
total 2 replies
Reni
eeee makasih Turangga berkat mu debar2 itu akhirnya bersatu bertepuk g Rejan sendirian
berguling dibukit diiringi lagu
tum pa se aeeee
Reni
kanda kelana eee kok apik malahan jenenge
Reni
helehhh gayamu Jen Rajen pdhl kebat kebit seneng atimu diintip pujaan hati lagian sengaja kan bakar2 disitu karena takut Wulan kelaparan wes kewoco kelakuan mu
Reni
Rajendra lagi berperan jadi penguntit Romo prabu 🤭
FiaNasa
semoga baby Arsy nya cepat sehat mak
FiaNasa
ternyata sang macan kumbang adalah gurunya Rajendra ya,,udah dpat lampu hijau nih dr bapak mertua 😅😅
kaylla salsabella
maaf Turangga si lebah gak sengaja🤭🤭
kinoy
kasian kuda y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!