Misteri Danau Selendang Merah

Sampai di luar rumah pun arwah nya Paijo sama sekali tidak ada di sana, mau di mana lagi Purnama mencari bersama dengan Xiela karena sosok pria itu memang tidak ada di mana mana. sudah berusaha namun usaha mereka terasa sia sia saja, di dalam rumah tidak ada dan sekarang di sini juga tidak ada Paijo.

Sedangkan Mak Roh sudah sangat ingin bertemu dengan anak nya walau cuma untuk mengucapkan kata maaf saja, sungguh hati orang tua ini di landa rasa bersalah yang amat besar karena dia mengira gara gara diri nya lah Paijo sampai harus mati akibat mencari ikan di danau.

Padahal itu semua yang memang sudah takdir tuhan dan tidak bisa lagi mau di ganggu gugat, kita manusia hanya bisa menerima saja tanpa bisa protes. kematian memang sudah di tentukan dari sana, mana bisa mau di tawar dengan cara lain, sebab sebelum di lahirkan pun kita sudah di tanya apa kah siap atau tidak.

Ini sekarang malah arwah nya juga menghilang entah kemana membuat Purnama yang mau menolong pun jadi bingung pula, pasti ada yang terjadi saat pembunuhan Paijo. entah memang dia meninggal karena sakit jantung lalu tercebur danau, atau memang ada sesuatu yang sudah mencelakai nya di sana.

"Tidak ada arwah Mas ku, Mbak?" tanya Ana ketika Purnama terdiam.

"Jangan katakan dulu pada Emak mu ya, bilang saja kalau arwah nya sedang di cari." ucap Purnama.

"Tapi memang ada atau tidak ada, Mbak?" Ana juga gemetar.

"Ada, pasti nya ada! hanya saja aku belum tau dia ada di mana, tapi akan ku cari sampai dapat nanti ya." janji Purnama.

Ana mengangguk walau hati nya takut juga bila nanti Paijo memang tidak bisa ketemu oleh Purnama, padahal di sini Mak Roh sudah sangat bingung sekali untuk mencari putra nya. untung Ana ingat kalau Purnama bisa, jadi dia pun minta tolong agar arwah Paijo di carikan oleh ratu ular ini.

Sayang nya sampai saat ini malah tidak bisa di temukan, Paijo hilang entah kemana dari rumah. Purnama sudah punya firasat yang tidak bagus di sini, rasa curiga nya tambah menjadi karena kata Arya di danau sana dia sama sekali tidak melihat arwah nya Paijo.

"Tidak ada kan, Pur." bisik Xiela walau Ana juga tidak bisa melihat dia.

Purnama menggeleng kan kepala nya tanda memang tidak ada arwah nya pemuda ini, entah kemana pula ia mau mencari karena tidak tau arah dan tujuan. biasa nya ada lah di rumah setiap arwah, namun kali ini tidak ada dan di tempat kejadian pun kata Arya juga tidak ada.

"Kemana kita mau cari nya, ini kok aku curiga kalau dia di makan oleh iblis itu." Purnama bicara lewat kontak batin.

"Gila, kalau memang begitu maka iblis itu akan bertambah kuat lah saat memakan arwah!" pekik Xiela.

"Arwah manusia biasa paling hanya akan menambah awet muda saja, kecuali dia makan iblis seperti kita maka dia akan bisa sangat kuat." jelas Purnama.

"Semoga tidak ada korban, aku tidak mau ada yang musnah lagi." Xiela sudah ketakutan memikirkan nya.

"Yang mau juga siapa, tapi aku agak takut dalam pertempuran kali ini." Purnama jujur dengan perasaan nya.

Xiela menelan ludah ketika mendengar bahwa ratu nya saja takut mau mulai tempur, kalau sudah langsung dari pusat takut maka bawahan nya jelas tidak akan punya nyali juga lah mau melawan atau membantu tempur karena mereka sudah ciut duluan melihat lawan.

Beda cerita bila ketua menyala dan siap membantai maka dapat di pastikan bahwa semua member nya akan siap maju juga, ini malah sudah bilang duluan bahwa diri nya takut. tapi takut nya Purnama bukan seperti yang lain, dia takut bila salah satu member nya harus musnah saat dalam pertempuran nanti nya, ia tidak sanggup bila harus kehilangan lagi.

"Tidak, semoga itu tidak terjadi lagi." batin Purnama yang sudah resah.

Bahkan kalau bisa ia ingin menambah member lah supaya tambah kuat dan banyak, tapi memang harus yang kuat dan sakti. kalau cuma untuk beban saja maka lebih baik tidak usah, nanti nya malah membuat diri nya tambah susah saja.

Purnama segera berpamitan pada Ana karena dia mau menyusul Arya di danau, siapa tau juga arwah nya Paijo ada di sana dan bisa di temukan. Ana pun mengangguk pasrah, dia tidak tau apa apa sehingga lebih baik diam dan mengikuti apa yang Purnama katakan, kalau melawan malah nanti beda cerita pula.

...****************...

Ridwan tidak bisa mau tidur nyenyak karena rasa takut nya yang belum juga bisa hilang, bayangan selendang merah yang menari nari itu terus ada di depan mata nya. bahkan gantungan baju di balik pintu pun sampai membuat dia takut, cepat dia bereskan agar tidak membuat diri nya ngeri.

"Ah aku tidak akan mau dekat dekat danau lagi, ngeri sekali rasa nya." batin Ridwan tidak bisa move on.

Rasa nya lebih baik tidak bisa move on dari mantan pacar saja dari pada tidak bisa move on dari setan begini, setiap mau memejamkan mata maka bayangan itu muncul lagi. otak manusia akan terus membayangkan nya, apa lagi kejadian ini kan bagi Ridwan masih bisa di bilang baru sehingga dia belum bisa menguasai diri.

"Ya Allah!" Ridwan tersentak melihat gorden yang tertiup angin.

"Sejak kapan sih gorden kamar ku warna merah? aku buka saja lah!" Ridwan memutuskan ganti gorden malam ini juga tanpa menyuruh pembantu nya.

"Tidak bisa aku begini terus, apa ya yang membuat ku nyaman dan tidak kepikiran? tadi juga sudah sholat kok!" gumam Ridwan yang memang sangat gelisah.

Rasa nya bayang bayang selendang merah sudah ada di punggung nya terus, belum lagi barang barang yang berwarna merah juga banyak di kamar nya. sebab Selia mantan istri dia suka dengan warna itu, kebanyakan kamar mereka memang penuh dengan barang warna merah.

"Mending tidur sama Demian saja lah." Ridwan langsung kabur.

"Di kamar hanya membuat ku kelabakan saja, apa Joko dan Tamrin juga merasakan hal yang sama ya?" gumam Ridwan kepikiran dengan mereka yang juga di hantui.

Seratus persen tebakan nya Ridwan memang benar, Joko yang selalu apes karena terus terusan ketemu dengan hantu itu tidak bisa tidur juga, karena dia sekarang malah phobia dengan suara air karena itu sama dengan yang ada di danau.

Selamat pagi menjelang siang ya, jangan lupa like dan komen kalian besty biar yang ini bisa segera kontrak ya sayang ku.