Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12.
Tidak sepatah kata pun Aisha ucapkan ketika ia dan Rey berpapasan sejak malam itu. Aisha merasa semuanya akan berakhir begitu saja. Rey tetap akan meninggalkannya meskipun ia sudah merelakannya bersama wanita lain.
Aisha sengaja mengurung diri di dalam kamarnya selama beberapa hari setelah mengerjakan semua tugas-tugasnya di rumah. Setelah memasak, menyapu, dan mencuci, Aisha sengaja menghindari orang-orang karena tidak ingin menambah stres.
Tiba-tiba saja, perut Aisha terasa seperti penuh dan bayi dalam kandungannya bergerak. Aisha juga merasa area bawahnya mulai mengeluarkan sesuatu. Mungkinkah ia akan segera melahirkan?
Aisha juga merasa pinggangnya sakit dan sembuh secara berulang. Tapi, ia masih bisa menahannya untuk saat ini. Saat Rey pulang kerja nanti, biarlah pria itu yang mengantarnya pergi. Lagipula Rey akan segera sampai.
Aisha mulai menyiapkan beberapa perlengkapan bayi dan beberapa perlengkapan yang ia butuhkan dalam persalinan nanti untuk menghibur dirinya dan melupakan sedikit rasa sakitnya.
Mulai dari pakaian bayi, sampai sabun mandi bayi, semua Aisha sudah sediakan jauh-jauh hari sebelum hari ini karena ia memang sudah menantikan kehadiran anaknya ke dunia.
Sementara itu, Rey sudah sampai di rumah dan di sambut langsung oleh Rena. Rena tahu bahwa seharusnya Aisha sudah melahirkan kemarin dan mungkin Rey sengaja pulang lebih awal untuk memastikan kondisi Aisha saat ini. Tapi, bukan Rena lagi namanya jika ia tidak menghalangi Rey untuk melihat Aisha.
"Rey, tunggu deh! Aku mau kasih tahu kamu baju bayi yang kubeli sama mama tadi. Kamu pasti suka lihatnya dan pasti cocok untuk anak kita." Ujar Rena sambil mengusap-usap perut besarnya. Rena diperkirakan akan melahirkan satu bulan lagi, selisih satu bulan dengan Aisha.
"Aku harus lihat Aisha dulu. Setelah itu, aku ikut kamu." Jawab Rey.
"Kulihat dia baik-baik saja dan sangat energik. Tidak perlu lihat." Kata Rena.
"Seharusnya dia sudah melahirkan kemarin. Aku khawatir jika dia tidak merasakan gejalanya saat ini." Kata Rey.
"Mungkin dia salah hitung perkiraannya. Sudahlah! Ayo ikut aku dulu!" Ujar Rena sambil menarik Rey menuju ke kamarnya.
Karena terlalu bersemangat, kaki Rena tidak sengaja terlalu ke tepi menginjak tangga dan akhirnya ia jatuh dari tangga dan berguling ke bawah. Untung masih tangga ke tujuh jadi, Rena tidak mengalami luka yang serius hanya saja diantara dua paha Rena mengeluarkan banyak darah.
"Rey, sakit." Ujar Rena.
"Rena, kamu pendarahan. Aku antar ke rumah sakit. Kamu bertahan ya!" Ujar Rey sambil menggendong Rena dan membawanya ke rumah sakit mengabaikan janjinya pada Aisha untuk menengok wanita itu setelah ia pulang kerja.
Sampai di rumah sakit, Rena langsung dibawa ke ruang operasi untuk menjalani operasi darurat, anak Rena harus segera dilahirkan, hal itu tentu membuat Rey sangat terpukul. Kenapa ia bisa lalai? Kenapa Rena dan anaknya harus mengalami hal itu?
Sementara itu, Rey yang sangat sedih dan tidak bisa tenang pun sampai melewatkan sesuatu, Aisha yang dengan sendirinya pergi ke rumah sakit karena sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya akan melahirkan berjalan lewat belakang Rey.
"Ya Tuhan, Bu. Kenapa tidak ada yang mengantar?" Tanya salah satu perawat yang menyambut Aisha.
"Mereka semua sibuk dan tidak tahu." Jawab Aisha.
"Ya sudah. Mari biar kami bantu proses bersalin anda." Ucapnya sambil menuntun Aisha masuk ke dalam ruang persalinan.
Selama lebih dari satu jam, Aisha berhasil melahirkan anaknya, tapi Aisha tiba-tiba tidak sadarkan diri setelahnya. Membuat semua orang yang ada di ruangan itu merasa bingung.
"Siapa yang harus kita hubungi? Selama ini ibu Aisha tidak pernah datang dengan siapapun." Ucap seorang dokter kandungan yang menangani Aisha.
"Kita tunggu saja! Kita tolong sampai selesai dulu." Jawab rekannya.
Mereka sepakat untuk membantu Aisha sampai akhir, dan menunggu orang yang bertanggung jawab atas Aisha.
Ibu Rena, tidak sengaja melihat Bayi Aisha dibawa keluar oleh seorang perawat untuk dipindahkan ke ruang bayi. Dengan rasa penasaran Ibu Rena mendekati perawat itu.
"Lucu sekali bayinya." Pujinya.
"Iya,Bu. Tapi sayang keluarganya belum ada yang menjemputnya, sedangkan ibunya masih belum sadar." Jawab Perawat itu.
"Bagaimana maksudnya?" Tanya ibu Rena.
"Jadi, ibu bayi ini datang untuk melahirkan sendirian. Sampai sekarang belum ada keluarga yang menemuinya." Jawab perawat itu.
"Tega sekali, siapa nama ibunya?" Tanya ibu Rena penasaran karena ia juga merasa bahwa mungkin Aisha juga sudah melahirkan.
"Ibu Aisha." Jawab Perawat itu. Ibu Rena terdiam merencanakan sesuatu agar sampai kapan pun Rey tidak tahu bahwa Aisha juga ada di rumah sakit yang sama.
"Sudah ya Bu, saya permisi dulu!" Ucap perawat itu pamit.
"I-iya." Jawab ibu Rena.
Ibu Rena pergi menemui Rey dan memastikan pria itu belum mendapatkan kabar tentang Aisha yang sudah melahirkan. Tepat di depan pintu ruang operasi, Rey berdiri sambil menunggu jawaban atas apa yang ia khawatirkan saat ini. Bagaimana keadaan Rena dan bayinya?
"Rey." Panggil Ibu mertuanya.
"Ma, untung mama datang. Tolong jaga Rena sebentar! Aku harus menelfon Aisha." Ucap Rey.
"Kenapa harus menelpon Aisha? Itu tidak perlu." Jawab Ibu Rena.
"Aisha-"
"Dia baik-baik saja. Saat mama ke sini, Aisha masih tidak apa-apa." Jawab Ibu Rena berbohong, padahal ia tidak melihat Aisha sama sekali saat menyusul mereka sampai ia bertemu dengan perawat dan bayi Aisha tadi.
"Baguslah jika memang tidak apa-apa." Jawab Rey. Tapi hati Rey tetap merasa tidak tenang. Apa yang sebenarnya membuatnya begitu gelisah? Selain Rena, apa yang membuatnya begitu khawatir melebihi batasannya?
..........
Rena dan bayinya baru saja keluar dari ruang operasi dan sudah dipindah ruangan. Rey sudah lebih tenang karena Rena ternyata baik-baik saja dan bayinya juga selamat. Sekarang dia bayi Rey dari Aisha dan Rena sama-sama ada di dalam ruang bayi.
Ibu Rena sering bolak-balik ke ruang bayi untuk melihat cucu pertamanya. Ia senang akhirnya anak yang akan memperkuat hubungan Rena dengan Rey sudah dilahirkan. Mereka akan hidup dengan nyaman setelah ini dan Rey sudah berjanji akan menceraikan Aisha. Lengkap sudah kebahagiaan yang akan dipetik oleh Rena.
"Hallo, sudah bangun?" Sapa Rey saat Rena membuka matanya untuk pertama kalinya.
"Di mana anak kita? Apakah sudah lahir?" Tanya Rena meraba perutnya.
"Sudah. Dia di ruang bayi. Mama yang menjaganya." Jawab Rey.
"Baguslah, aku sempat berfikir tidak akan pernah bertemu dengannya setelah kecerobohan ku saat itu." Kata Rena.
"Maaf ya, karena aku tidak sigap saat kamu terjatuh. Kamu pasti sangat kesakitan." Ucap Rey.
"Jadi, kita sama-sama salah dan harus menebusnya seumur hidup bersama dengan hidup bahagia bersama." Ucap Rena.
"Tentu saja." Jawab Rena.
Kemudian, Rey tiba-tiba teringat akan satu hal, Aisha. Kenapa wanita itu tidak mengabarinya sama sekali? Apa mungkin belum tiba juga waktu melahirkan?
Rey membuka ponselnya dan benar, tidak ada satu panggilan pun yang masuk ke dalam ponselnya. Sampai seorang perawat mendatanginya.
"Tuan Reyhan Pramana." Ucap Perawat itu.
"Iya, benar saya." Jawab Rey.
"Mohon ikut saya!" Kata perawat itu. Rey mengangguk dan menatap Rena sebentar kemudian meninggalkan Rena mengikuti perawat itu dengan perasaan bingung. Ada apa?
"Kenapa anda membawa saya kemari?" Tanya Rey setelah sampai di depan ruang perawatan Aisha.
"Silahkan masuk! Istri anda ada di dalam. Beliau sudah melahirkan." Ucap perawat itu.
"Istri? Aisha?" Gumam Rey pelan.
Rey langsung masuk begitu pintu ruangan itu ia buka. Ternyata benar, Aisha yang ada di ruangan itu. Wanita itu terlihat lemah dengan mata terpejam. Seorang dokter juga tampak masih menemani Aisha.
"Tuan Reyhan Pramana?" Tanya Dokter itu.
"Iya, saya." Jawab Rey.
"Kondisi ibu Aisha belum pulih sepenuhnya. Dia perlu pengawasan ekstra untuk saat ini. Saya harap, tuan bisa menemani ibu Aisha sampai kondisinya membaik." Ucap dokter itu.
"Baik, dokter. Saya akan menjaga istri saya." Jawab Rey.
"Untuk bayinya, kami mohon maaf dan kami ucapkan belasungkawa, bayi ibu Aisha tidak bisa bertahan dan menghembuskan nafas terakhir kalinya satu jam yang lalu." Mendengar ucapan itu membuat Rey runtuh dalam seketika. Bayinya bersama Aisha tidak bisa diselamatkan?
"Dokter, apa yang membuat bayi kami pergi?" Tanya Rey.
"Kami juga belum tahu, padahal ibu Aisha melahirkan secara normal dan awalnya bayinya baik-baik saja. Entah apa yang membuat bayi ibu Aisha tiba-tiba meninggal. Kami baru akan melakukan pemeriksaan setelah anda menyetujui beberapa prosedurnya." Ucap dokter itu.
"Lakukan saja! Saya perlu kejelasan." Jawab Rey.
"Baik, kalau begitu saya permisi!" Ucap dokter pamit.
Rey menatap wajah Aisha yang pucat, pasti ia baru melewati masa paling menyakitkan saat ini. Terlihat wajah pucat tidak berdaya yang membuat Rey merasa sangat bersalah. Harusnya ia memastikan dulu bagaimana keadaan Aisha sebelum ia pergi. Sekarang, apa Aisha bisa menerima semuanya? Kenyataan bahwa anaknya telah pergi selamanya? Apa Aisha bisa melalui hari-harinya kemudian?
..........
Aisha membuka matanya setelah tiga hari Rey menjaganya. Tidak tahu apa yang membuat Aisha sampai tidak sadar selama berhari-hari, bahkan Rey sampai meninggalkan Rena bersama ibunya demi menjaga Aisha. Untuk bayinya, Rey menyempatkan diri untuk mengurus proses pemakamannya kemarin.
Aisha menatap sekelilingnya dan hanya menemukan Rey yang menjaganya dengan kedua mata sembab. "Rey, anakku. Kenapa dia harus pergi?" Tanya Aisha.
"Kamu sudah tahu?" Tanya Rey. Aisha mengangguk.
"Aku melihatnya terakhir kali, ia menangis sangat kencang beberapa saat setelah lahir, aku tidak menyangka itu akan jadi yang pertama dan terakhir." Ucap Aisha pelan.
"Jangan bersedih, Tuhan mungkin lebih sayang pada anak kita. Lagipula, anak kita juga sudah bahagia di surga." Ucap Rey. Aisha mengangguk.
"Jadi, kapan kamu akan ceraikan aku?" Tanya Aisha. Ia ingin tahu kapan ia harus pergi. Apakah Rey akan memanfaatkan kesempatan itu? Sedangkan Rey terdiam, ia tidak menyangka bahwa Aisha akan bertanya seperti itu disaat yang tidak tepat seperti saat ini.
"Jangan bahas itu dulu. Kamu pulihlah dulu!" Ucap Rey.
"Berikan aku satu kali kesempatan lagi, Rey! Aku ingin hidup bersamamu apapun yang terjadi." Kata Aisha memohon.
"Aku akan mempertimbangkannya. Jangan cemas, istirahatlah! Aku disini menjagamu." Ucap Rey. Aisha mengangguk.
"Bagaimana dengan Rena? Dia baik-baik saja?" Tanya Aisha, terakhir ia dengar suara Rey begitu panik saat membawa Rena pergi ke rumah sakit meskipun Aisha tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi pada waktu itu.
"Dia baik-baik saja. Dan sudah melahirkan anak laki-laki." Jawab Rey.
"Selamat, Rey! Selamat untuk kalian." Ucap Aisha.
"Ya," jawab Rey menyembunyikan kepedihan hatinya mendengar setiap kata yang Aisha ucapkan. Ia tahu bagaimana perasaan Aisha saat ini. Pasti Aisha hanya pura-pura tegar saat ini.
......
Bersambung....