Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13:
Malam harinya, Alena baru selesai memasak makanan untuk mereka bertiga, Ibunya dan juga suaminya duduk menunggu.
"Ini dia masakan istimewa malam ini." ujar Alena sambil membawa 2 piring berisi makanan.
"Ayo di cicipi."
Ahen memberi kode lewat kedipan matanya agar Alena menyiapkan makanan di piringnya, Alena yang mengerti langsung melakukannya.
"Mama mau aku ambilin juga?" tanya Alena.
Ibu Alena menggeleng.
"Mama habis makan langsung minum obat ya. Obatnya udah Alena siapin."
"Iya, Mama nggak lupa."
Alena duduk di sebelah Ahen dan mengambil makanan dibantu oleh Ahen.
"Makasih." ucap Alena.
Setelah berdo'a mereka pun menyantap makanan buatan Alena dan mendapat acungan jempol dari Ibunya.
"Enak." puji Ahen.
Selesai makan, Alena memberi Ibunya obat resep dari Dokter, setelah itu ia mengantar Ibunya ke kamarnya.
"Mama beneran mau tidur sendiri?" tanya Alena yang khawatir.
"Iya. Kamu habis ini langsung istirahat juga ya."
Alena mengangguk.
"Mama seneng banget lihat kamu akur sama suamimu." ucap Ibu Alena.
Alena hanya tersenyum dan mengelus tangan Ibunya. Sesampainya di kamar, Alena membantu Ibunya berbaring di tempat tidur, ia lalu menutup gorden dan mematikan lampu.
"Selamat tidur." ucap Alena dengan suara pelan yang mungkin tidak terdengar oleh Ibunya. Ia pun keluar dari kamar dan menutup pintu perlahan.
Saat masuk ke kamarnya, Alena tidak melihat keberadaan Ahen, ia pun menggunakan kesempatan itu untuk mandi karena badannya terasa lengket.
10 menit berlalu, Alena masih tidak mendengar suara apapun di luar kamar mandi. Alena berpikir mungkin Ahen sedang ada di teras rumah atau dimanapun selain di kamarnya saat ini, ia pun hanya menggunakan handuk pendek karena berpikir tidak ada orang lain.
Alena keluar dari kamar mandi dan tidak melihat keberadaan Ahen, ia pun dengan tenang pergi ke lemarinya untuk mengambil pakaian, saat akan menutup pintu lemari, Alena terkejut dengan kemunculan Ahen.
"Kyaaa!!" pekik Alena, spontan ia menutup dua bagian asetnya dengan kedua tangannya.
"Ssst! Nanti Ibumu dengar."
Alena langsung menutup mulutnya.
"Kok nggak ketuk pintu dulu sih?!" tanya Alena protes.
"Pintunya nggak di tutup ya ngapain di ketuk dulu?"
Alena menggembungkan pipi, dengan pakaian yang ada di tangannya, Alena pergi ke kamar mandi lagi untuk berganti pakaian.
"Tapi kok tatapannya kayak biasa aja ya? Padahal kan aku cuma pakek handuk?"
"Wah nggak normal sih, masa nggak kenapa-napa pas lihat gunung kembar lucu punyaku ini?"
"Berarti foto itu nggak salah, Ahen emang nggak normal." Alena menggeleng beberapa kali.
Alena keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang tertutup, ia melepas handuk di rambutnya dan membiarkannya tergerai. Terlihat Ahen sedang sibuk dengan Laptop sembari duduk bersandar di atas tempat tidur.
Setelah rambutnya di rasa kering, Alena ikut membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang sama dengan Ahen, hanya saja beberapa guling dan bantal ada di tengah mereka sebagai penghalang.
"Ac nya jangan terlalu dingin." ucap Ahen.
"Aku suka."
"Ya naikkan suhunya sedikit." pinta Ahen.
"Enggak, nanti gerah." tolak Alena, ia menarik selimut dan mulai memejamkan mata.
"Jangan macam-macam pas aku tidur, ya."
"Nggak minat." timpal Ahen dengan spontan.
"Fiks dia nggak normal. Tapi ada untungnya juga sih, aku jadinya nggak akan di apa-apain, hihi." batin Alena.
Alena perlahan namun pasti mulai terlelap, Ahen pun menaikkan suhu AC di kamar itu hingga merasa tidak terlalu dingin, ia pun ikut membaringkan tubuhnya setelah meletakkan laptopnya. Baru saja mata Ahen terpejam, ia merasakan tempat tidurnya berguncang pelan beberapa kali, ia menoleh ke belakang dan mendapati Alena yang bergerak terus karena merasa gerah, selimut pun tidak lagi dipakainya.
Yahh, bagaimanapun saat ini ia tidur di kamar Alena, bukan di kamarnya sendiri, melihat Alena yang mulai berkeringat membuat Ahen memilih mengalah, ia menurunkan suhu AC, setelah itu kembali tidur dengan menahan dingin walaupun sudah memakai selimut tebal.
Pagi harinya...
Setelah sarapan, Ahen berpamitan untuk pergi bekerja.
"Nanti kita masih tidur disini, loh. Jangan lupa." ucap Alena saat mengantar Ahen ke luar rumah.
"Iya. Nanti aku pulang ke rumah dulu ambil pakaian sama selimut juga."
"Disini ada selimut, ngapain bawa dari rumahmu?" tanya Alena heran.
"Selimutmu nggak hangat, semalaman aku tidur menahan dingin."
"Masa?" Alena seperti tidak percaya, karena saat pagi hari ia melihat Ahen tidur dengan dengkuran yang lumayan keras.
"Iya."
"Jangan terlalu malem, nanti Mama nanyain."
"Iya."
Ahen kemudian masuk ke dalam mobil lalu berangkat.
"Loh, kok nggak cium tangan suami barusan?" tanya Ibu Alena yang tiba-tiba muncul di belakang Alena.
Alena tersenyum kaku.
"Udah, Ma. Tadi di kamar. Katanya Ahen malu kalau disini." jawab Alena yang tentunya berbohong.
"Malu sama siapa?"
"Nggak tau, Ahen bilangnya gitu doang."
Ibu Alena menggeleng pelan.
"Ya udah kalau udah cium tangan, yang penting jangan sampek nggak cium tangan pas suami mau berangkat."
"Iya, Ma. Ya udah, Alena mau ke kamar dulu. Mama jangan kemana-mana, di rumah aja."
Ibu Alena mengangguk.
Di kamarnya, Alena mengambil foto yang selalu disimpan didalam tas kecilnya. Ia memandangi foto itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Alena duduk di tepi tempat tidurnya sambil mengingat perjalanan rumah tangganya.
"Dari awal nikah, Ahen nggak terlihat bernaf*su ke aku, ya walaupun nikahnya kepaksa tapi kan kami pernah tidur 1 ranjang. Dan dia nggak ngelakuin hal dewasa sedikitpun. Kalau dia laki-laki normal, harusnya ada lah ya sedikit gelagat gitu. Lah ini dia malah biasa aja pas ngelihat aku cuma pakek handuk, laki-laki normal mana yang tidak ingin menyentuh istrinya di kondisi kayak gitu, ya minimal tatapannya gimana gitu. Fiks dia nggak normal."
Alena menatap kembali foto itu. Foto Ahen dengan seorang laki-laki tetapi dengan gaya mesra yang mana Laki-laki itu dicium oleh Ahen.
"Gay nih orang, haduh."
Alena memijat pelipisnya dengan pelan.
"Tapi cowok ini siapa? Aku nggak lihat dia datang di pernikahanku saat itu."
Alena terdiam.
"Apa aku tes aja ya? Buat cari tau apa Ahen beneran Gay atau normal."
"Tapi caranya gimana?"
Alena kembali terdiam, 5 menit berlalu dan ia mendapat satu ide.
****
Malam harinya, Ahen datang sambil membawa cemilan dan juga koper kecil berisi pakaiannya selama di rumah mertuanya nanti.
"Apa ini?" tanya Alena.
"Keripik kentang pedes. Aku ngga tau kamu suka cemilan apa, tauku cuma pedes." jawab Ahen sambil menyodorkan paperbag yang berisi 2 bungkus keripik.
"Makasih." ucap Alena.
Alena melihat pantulan Ibunya dari kaca bufet, ia langsung bergelayut manja di lengan Ahen.
"Makasih ya jajannya." ucap Alena dengan manja.
Ahen yang paham langsung mencium pucuk kepala Alena.
"Iya sama-sama."
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️