Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cobaan bertubi-tubi
Setelah beberapa minggu mencari keberadaan Farrah, namun belum juga membuahkan hasil.
Rasa sedih dan menyesal membiarkan Farrah sendirian di villa waktu itu, membuat Martin semakin tak berdaya.
Martin sangat mengkhawatirkan Farrah dan anak mereka.
Dengan wajah tampak sedih dan tak berdaya, Martin duduk di sudut dapur tempat kesukaan Farrah ketika sedang menunggu sayur masak.
Ekspresi tak berdaya Martin, membuat Bagas selaku sahabat sangat prihatin dengan keadaannya.
Bagas tampak menghampiri Martin, ia duduk di samping Martin dan memberikan dukungan moral pada rekannya itu.
" Tin, lo enggak sendiri!, dan ini bukanlah final, kita akan mencari Farrah sampai ketemu. " Ujar Bagas dengan nada serius sambil menepuk bahu Martin.
Melihat Martin tampak sedih dan tak berdaya, beberapa rekan yang lain terlihat membicarakannya.
" Gila, baru kali ini lihat Martin galau gara-gara cewek. " Bisik salah satu rekan Martin pada rekan yang lain.
" Iya, hebat juga tuh cewek bisa meruntuhkan tumpukan batu karang. " Sahut rekan yang lainnya.
Dukungan dari rekan-rekannya itu, membuat Martin kembali bangkit dengan semangat yang berapi-api untuk mencari Farrah.
...***...
Singkat cerita, keesokan harinya Martin dan rekan-rekannya kembali mencari Farrah, mereka menyusuri hampir semua tempat di Bali namun tetap tidak menemukan Farrah.
Saat sedang makan di salah satu restoran jawa di Bali, Bagas dikejutkan dengan seseorang yang mirip Farrah masuk ke mobil warna putih bersama seorang lelaki.
Tanpa berkedip, Bagas memandang seorang laki-laki menggandeng tangan cewek mirip Farrah di depan restoran tempat mereka makan itu.
Mereka berdua sepertinya habis makan di restoran itu juga, laki-laki itu tampak sangat menyayangi cewek itu, ia membukakan pintu mobil untuk cewek mirip Farrah itu.
" Tin, itu Farrah bukan sih?, mirip banget. " Ujar Bagas seraya menunjuk ke arah mobil itu.
Namun saat Martin menoleh, lelaki itu sudah menutup pintu mobilnya.
" Mana Gas? " tanya Martin dengan nada serius.
" Masuk ke dalam mobil warna putih tuh tadi sama laki-laki " Jawab Bagas seraya menunjuk ke arah mobil warna putih itu.
Hal itu terdengar memanas-manasi bagi Martin, hingga membuat dirinya sedikit terpancing emosi.
" Sempat-sempatnya lo ngomong begini ke gue, ini bukan main-main Gas!!!. " Bentak Martin.
" Siapa yang main-main!, gue emang lihat cewek persis Farrah dengan laki-laki masuk ke dalam mobil warna putih itu tadi. " Tegas Bagas.
Mendengar ucapan serius Bagas, Martin bergegas menghampiri mobil warna putih itu, namun sayangnya mobil itu keburu pergi.
" Sial!. " Gumam Martin.
Setelah melakukan pembayaran, Martin dan rekan-rekannya pun mengejar mobil warna putih itu.
Tak lama kemudian, mereka pun berhasil menemukan mobil warna putih itu di simpang 4 lampu merah.
Mobil itu tepat berada di depan motor Bagas, namun ketika Bagas hendak menyelip ke depan mobil itu, lampu merah tiba-tiba menyala.
Mobil warna putih itu pun terus berjalan, sementara Martin dan rekan-rekannya terjebak di lampu merah.
" Huh ada-ada saja!. " Gumam Bagas seraya memukul stang motornya.
Takut kehilangan jejak mobil warna putih itu, Bagas pun memberi kode pada Martin dan yang lain untuk menerobos lampu merah itu.
Mereka pun menerobos lampu merah berharap tidak kehilangan jejak mobil itu, namun itu hanya sia-sia saja mobil itu sudah tidak terlihat lagi.
" Asuuu...!!!, cepat banget tuh mobil menghilang. " Gumam Bagas kesal.
Mereka pun akhirnya berhenti sejenak di halte yang tidak jauh dari sana, mereka terlihat seperti membicarakan sesuatu.
Tak lama kemudian, Martin dan rekan-rekannya pun melanjutkan pencarian.
Setelah beberapa jam berkeliling,namun mereka tetap tidak menemukan mobil warna putih itu tadi.
Martin tampak semakin tidak baik-baik saja, dengan ekspresi penuh amarah ia menghela napas panjang.
" Jangan-jangan itu tadi benar Farrah!, heh enggak enggak, enggak mungkin. Farrah tidak mungkin semurahan itu. " Gumam Martin dalam hati, ia merasa cemburu teringat cewek mirip Farrah tadi bersama seorang laki-laki.
Karena waktu sudah hampir jam 11 malam, mereka pun memutuskan untuk pulang ke villa.
...***...
Singkat cerita, 2 bulan sudah Martin dan rekannya mencari keberadaan Farrah namun tetap tidak berhasil menemukan Farrah.
Pagi itu, Martin dan rekannya duduk di ruang tamu membicarakan masalah yang sedang ia hadapi itu, Martin tampak putus asa, seakan tidak ada harapan lagi baginya untuk menemukan Farrah.
Namun Bagas dan rekan yang lain terus mengatakan pada Martin untuk tidak menyerah.
Seketika situasi menjadi semakin tegang ketika Martin menerima telpon dari sang Ibu, Ibunya mengatakan bahwa Anna adiknya tidak pulang ke rumah sudah 2 hari.
Kekhawatiran akan hal buruk terjadi pada adiknya semakin menyelimuti hati Martin, ia merasa bahwa itu adalah ulahnya Baskoro.
" Baskoro, kau memang cari mati!!!. " Gumam Martin sambil menggenggam tinjunya.
Seperti bak sudah jatuh tertimpa tangga, cobaan bertubi-tubi yang ia alami membuat Martin hampir menyerah.
Namun Bagas dan rekan yang lain tidak tinggal diam, mereka merencanakan sesuatu untuk membantu Martin.
Setelah berdiskusi panjang dengan rekan-rekannya, Martin pun memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
Sementara Bagas dan beberapa rekan yang lainnya tetap di Bali, mereka memutuskan untuk tetap mencari keberadaan Farrah.
...***...
Singkat cerita, setibanya di jakarta, Martin langsung menanyakan kronologi tidak pulangnya Anna pada Ibunya.
Sang Ibu mengatakan, 2 hari lalu Anna pamit mau pergi ke acara ulang tahun temannya, ia diantar oleh 4 orang rekan Martin.
Namun ketika acara ulang tahun itu selesai, 4 rekan Martin yang menunggu di depan gerbang merasa janggal karena Anna tidak kunjung terlihat.
Mereka pun menanyakan Anna pada temannya yang berulang tahun itu, namun temannya itu mengatakan bahwa Anna sudah pulang.
Begitulah Ibunya Martin mengisahkan kronologi hilangnya anak perempuannya itu.
Tak lama kemudian, Martin mendapat panggilan telpon dari nomor yang tak dikenal.
" Akhhhhhhh, jangan..., jangan!!! " terdengar teriakan kencang Anna seperti sedang dianiaya.
" Anna!, halo.. halo. " Ucap Martin yang mengenali suara adiknya itu, namun penelpon tiba-tiba mengakhiri panggilan.
Martin pun mencoba menelpon balik nomor tak dikenal itu, namun nomor itu sudah tidak aktip.
" Bangsat!!!. " Teriak Martin sambil menendang meja.
" Ada kabar dari Anna kak? " tanya Ibunya yang mendengar Martin menyebut nama Anna saat panggilan sedang berlangsung tadi.
Martin tidak ingin memberitahu sang Ibu tentang apa yang ia dengar di telpon tadi, ia takut terjadi hal buruk pada Ibunya.
" Belum Ma, aku dan kawan-kawan akan cari Anna sekarang. " Ujar Martin seraya mengambil helmnya.
Dengan wajah yang tak baik-baik saja, Martin menghampiri rekan-rekannya di ruangan khusus di samping rumahnya.
Ia menceritakan prihal suara teriakan Anna di panggilan telpon tadi pada rekan-rekannya itu.
Mereka mencurigai Baskoro, karena sebelumnya anak buah Baskoro pernah tertangkap basah hendak menculik Anna.
" Siapa lagi kalau bukan Baskoro!!!. " Ujar salah satu dari rekannya.
" Ayo kita selesaikan. " Balas rekan yang lainnya seraya beranjak dari tempat duduk.
Mereka pun akhirnya menuju kediaman Baskoro.
...****...
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di depan rumah Baskoro.
Dari monitor CCTV pembantu mengetahui bahwa ada tamu yang datang, pembantu itu pun memberitahukan hal itu pada anaknya Baskoro.
Salah satu anak Baskoro mengenali mereka, ia tahu bahwa yang datang adalah Martin dan rekan-rekannya.
" Akhirnya kau datang juga. " Gumam Anak Baskoro itu seraya pergi ke kamar ayahnya.
" Pa, ada tamu agung datang. " Ujar anaknya Baskoro.
Baskoro tampak kaget mendengar ucapan anaknya itu.
" Tamu agung, siapa? " tanya Baskoro penasaran.
" Lihat saja di CCTV . " Ujar anaknya.
Setelah mengecek monitor CCTV Baskoro tampak senang, dengan senyum sumringah dia berjalan menuju ke luar.
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪