NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam / Tamat
Popularitas:630.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ha Joon mabuk

Dalam tidurnya Ruby bermimpi. Memimpikan kejadian masa lalu. Saat ia mengalami kecelakaan enam tahun lalu. Di kota New York. Kecelakaan tragis yang menghancurkan mimpinya menjadi pianis hebat, yang membuatnya harus rela melepaskan statusnya sebagai mahasiswi berprestasi di sebuah kampus musik terkenal.

Saat kelopak matanya bergerak pelan, Ruby seolah kembali ke malam dingin itu, malam ketika segalanya berubah.

Dalam mimpinya, langit New York gelap dan berat. Hujan turun deras, membasahi jalanan yang dipenuhi lampu-lampu kota yang berpendar buram. Ruby berlari kecil menyeberangi trotoar, tas berisi partitur dan lembar-lembar tugas kuliah menempel di tubuhnya. Tangannya memegang erat sebuah undangan audisi, kesempatan emas yang selama ini ia tunggu.

Ia baru saja selesai latihan di ruang musik kampusnya. Tangannya masih bergetar karena memaksa memainkan bagian tersulit dari komposisi Chopin yang akan ia bawakan. Tapi hatinya berbunga. Hari itu, dosennya memujinya. Bahkan berkata bahwa dia bisa menjadi salah satu pianist muda paling menjanjikan di angkatan itu.

Lalu semuanya hancur hanya dalam hitungan detik.

Teriakan. Suara klakson. Lampu yang menyilaukan. Dan dentuman keras logam menghantam tubuhnya.

Ruby terhempas. Tubuhnya membentur aspal. Rasa sakit itu bahkan masih terasa nyata dalam tidurnya. Dunia berputar. Hujan tak berhenti mengguyur tubuhnya yang terkulai di jalan. Matanya yang nyaris tertutup samar-samar menangkap partitur yang beterbangan dan basah, seperti sayap-sayap yang patah.

Suara sirine ambulans memekakkan telinga. Orang-orang mengerumuni, tapi semuanya terdengar jauh. Jauh sekali.

Lalu gelap.

Ruby menggeliat dalam tidurnya. Napasnya memburu, tangan kirinya mengepal erat.

Dalam mimpinya, ia terbangun di rumah sakit. Tubuhnya penuh luka dan selang. Tapi bukan rasa sakit fisik yang menyiksa, melainkan kenyataan bahwa tangan kirinya, tangan yang selama ini menari lincah di atas tuts piano, tak lagi bisa berfungsi dengan normal. Dokter menyebutnya kerusakan saraf. Permanen.

Ia menangis berhari-hari. Menolak makan. Menolak bicara. Impiannya, yang ia bangun sejak kecil, runtuh seperti kaca yang dihantam palu.

Kampus memberinya izin cuti. Lalu Ruby memilih pulang ke Jakarta diam-diam, tak menjawab pesan teman-teman kampusnya, tak menghadiri surat perpisahan dari dosen-dosennya. Ia hanya ingin menghilang. Menjadi orang biasa.

Mimpi itu perlahan kabur. Ruby mengerjap pelan. Napasnya tak beraturan. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia terbangun.

Gadis itu membuka matanya dan menatap langit-langit kamar apartemennya di Seoul. Malam masih pekat. Udara dingin merayap di kulitnya. Tangannya bergerak pelan, menyentuh pergelangan tangan kirinya yang penuh bekas terapi dan operasi. Bekas luka itu sudah hilang, tak terlihat lagi bekasnya, tetapi dalam hati Ruby, bekas tersebut masih ada. Dan ia masih bisa merasakan perihnya.

Enam tahun telah berlalu, tapi luka itu belum benar-benar sembuh.

Ruby duduk di ranjang, menarik napas panjang. Seharusnya mimpi itu sudah lama terkubur, tapi kini perlahan kembali, bersamaan dengan masa lalu menyakitkan lainnya yang kembali.

Ha Joon.

Dia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya pada pria itu. Alasan kenapa dirinya bersikap kejam dan menghina pria itu dulu. Hanya saja Ruby tidak berani. Ia tidak punya bukti. Ha joon juga tidak mungkin percaya, apalagi pria itu terlihat penuh dendam tiap kali mereka bertemu. Sorot mata tajam itu penuh kebencian saat menatapnya. Jadi Ruby memilih diam, ia ingin menyerahkan semuanya kepada takdir. Baginya, bisa melihat pria itu sukses meraih cita-citanya, adalah sesuatu yang membuatnya ikut senang.

Ruby bangkit dari kasur dan duduk di kursi depan piano.

Ia menunduk. Tangannya bergerak menyentuh piano kecil yang ia beli dengan tabungan sendiri, piano yang hanya dimainkan dengan tangan kanan, karena tangan kirinya tak lagi bisa mengikuti.

Jemarinya menyentuh tuts, lembut, gemetar. Ia memainkan nada kecil, nada sendu. Lalu berhenti.

Air mata jatuh tanpa suara.

Ruby tak tahu apakah ia masih pantas bermimpi. Tapi ia tahu satu hal, rasa sakit itu nyata, dan ia belum benar-benar berdamai dengan masa lalu. Tiap kali menyentuh piano, ia selalu teringat dengan kecelakaan itu, serta semua cita-citanya yang hancur lebur. Hanya dia yang tahu betapa sakit rasanya.

Gadis itu menangis dalam diam. Sesaat kemudian ponselnya bergetar. Ruby melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini. Nomor baru. Awalnya tidak mau dia angkat, tetapi setelah menimbang-nimbang, ia angkat juga.

"Halo?" sapanya sembari menghapus sisa-sisa air di matanya.

"Halo, ini benar nomor telponnya nona Ruby?"

Alis Ruby bertaut. Yang menelponnya adalah seorang laki-laki.

"Iya benar. Maaf, ini dengan siapa?"

"Ah, aku Oh Jin young, kita bertemu di lift tadi siang. Kau masih ingat aku?"

Ruby mencoba mengingat-ingat. Ah, pria yang berbincang dengan Ha Joon. Dia ingat sekarang. Tapi kenapa pria itu menelpon? Malam-malam begini pula.

"Begini nona Ruby, bisakah kau ke sini? Ha Joon, dia mabuk berat dan tidak ingin berhenti minum. Ia juga terus menyebut-nyebut namamu. Aku tidak tahu apa hubungan kalian, tapi karena namamu terus di sebut-sebut olehnya, aku pikir hanya kau yang bisa membuatnya berhenti minum."

Ruby terdiam. Tubuhnya membeku. Ha joon minum-minum dan terus menyebut-nyebut dia? Tapi kenapa, pria itu membencinya. Apakah karena terlalu benci hingga dia mabuk-mabukan?

"Nona Ruby, aku tidak keterlaluan kalau memintamu datang kan? Kalau Ha Joon terus minum, aku aku takut dia ..."

"Baiklah, aku segera ke sana. Kirimkan alamatnya."

"Baik, akan ku kirim alamatnya sekarang. Terimakasih sebelumnya."

Setelah sambungan terputus, Ruby mengambil jaket tebal dan dompetnya lalu segera keluar dari apartemennya. Dia bohong kalau tidak khawatir pada Ha Joon.

1
LANY SUSANA
up donk Thor extra part nya/Angry//Angry/
anonim
happy ending - terima kasih Author ceritanya bagus - ditunggu extrapartnya
anonim
kejutan - mama dan eomma sudah berada di dalam apartemen Ha Joon.
Menikah tanpa orang tua ini dua sejoli memang dah ngebet bikin anak
anonim
Ha Joon memandikan istrinya dan berusaha menenangkan hati istrinya dengan kata-kata yang diucapkannya
anonim
Ha Joon berhaail menyelamatkan Ruby.
Semoga semua akan baik-baik - hubungan kembali baik seperti sebelum kedatangan Daniel
anonim
Ruby putus asa rupanya sampai pingin bunuh diri kah ? semoga tidak terlambat Ha Joon segera bisa nenolong Ruby
anonim
Ruby yang telah mengalami peristiwa demi peristiwa yang sangat menyakitkan hatinya di masa lalu - di malam kebakaran apartemen yang ditinggali - beberapa hari terpisah dari suami yang masih marah kepadanya - suami yang baginya adalah tujuan akhir - tempatnya pulang - tapi serasa hancur karena seorang Daniel pria di masa lalunya hadir.
anonim
Ha Joon pridasi yang baik - cepat sadar atas kesalahannya sendiri yang kurang peka terhadap permasalahan yang Ruby alami - tahunya Ruby hanya berubah lebih pendiam - siapa tahu ternyata Ruby sampai mengkonsumsi obat anti depresan.
anonim
Sebenarnya Ruby menanggung beban yang tidak ringan ketika masih tinggal di Amerika - maka Ruby pindah ke Negaranya Ha Joon.
Dwi Retno
aaaahhhhh kenapa cepat sekali tamatnyaaaaaa
anonim
Ruby ternyata sudah di selamatkan dan kini berada di rumah sakit dalam perawatan. Berarti Ruby mengkonsumsi obat anti depresan lagi setelah di campakkan Ha Joon karena peristiwa berpasangan dengan Daniel ketika shooting iklan.
anonim
semoga Ruby aman dari amukan si jago merah. Ruby baru berduka atas musibah perkawinannya dengan Ha Joon yang sedang tidak baik-baik saja - kini mendapat musibah kebakaran di apartemennya.
anonim
Ruby - harusnya kok paksa peluk Ha Joon - seberapa dia berontak tetap peluk - kuat gak badanmu ketika Ha Joon tetap berontak
anonim
baguslah Jin Young menghubungi Ruby.
Ruby kurang sat set menjelaskan masa lalunya - jadi Ha Joon sangat kecewa
anonim
ya memang kau bodoh Ribyỳ
anonim
salah paham terus ini Ha Joon - Ruby bodoh bodoh bodoh dan bodoh tidak segera jujur kepada Ga Joon apa yang pernah terjadi
anonim
akhirnya perjelahian terjadi - biar puas tersalurkan rasa sakit Ha Joon yang sudah mendarah daging marasuk ke tulang - hajar terus Daniel - jangan kasih kendor /Facepalm/
anonim
Ruby bodoh mau menemui Daniel tanpa minta persetujuan Ha Joon yang sudah menjadi suaminya. Bodoh bin tolol ini Ruby - jelas suami masih marah malah cari masalah lagi
anonim
Ruby lebih baik kamu terus terang sama Ha Joon - bagaimana hubungan kamu sama Daniel.
wiemay
akhirnya happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!