Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 17
Dalam perjalanan ini, aku tidak pernah mengira kami akan bergandengan tangan di depan makam orang yang sama-sama kami cintai…04 April 2034
“Duduklah di sini,” ujar Jun Su seraya menepuk bagian tikar kosong di sisinya.
“Apa?” tanya Seol Hee usai melakukan doanya.
“Berapa umur kita sekarang?”
“Kenapa kau sangat menyebalkan setiap kali kita mengunjungi Chang Yi?” omel Seol Hee.
“Jawab saja,” sahut Jun Su.
“42 tahun.”
“Sudah berapa tahun aku bersamamu?”
“Sejak kejadian itu…kurang lebih 18 tahun. Kenapa?”
“Kata orang, 20 tahun pernikahan itu masa puber seorang pria.”
“Haaa…lakukan sesukamu.”
Ada rasa geli yang tertahan usai Jun Su melihat reaksi istrinya namun, ia tahan tawanya dengan berusaha memasang wajah datar.
“Aku belum menceritakan hal ini padamu karena selalu lupa.”
“Kau selingkuh,” ujar Seol Hee yang langsung melihat dengan tatap menyelidik.
“Apa kau bisa lihat waktuku untuk bersamamu dan anak-anak saja kurang selama ini. Kalau ditambah selingkuh, apa tidak makin kacau,” omel Jun Su.
“Jadi, apa?”
“Sebulan yang lalu aku bertemu Koo Moon Hye, Ibu Choi Yu Mi.”
Ada rasa tidak nyaman di dalam hati Seol Hee setelah Jun Su menyebutkan nama wanita yang selalu dia pikir sebagai saingannya. Namun, Jun Su yang peka langsung menggenggam erat tangan istrinya yang masih berusaha mengalihkan pandangan dan hanya fokus pada pemandangan sekitar makam yang tenang.
“Sekarang kita impas dan tidak ada yang perlu kau khawatirkan tentang Choi Yu Mi. Aku tahu sejak keributan yang dia buat sepulang kau dari rumah sakit, kau hampir ingin membuangku. Aku juga marah, aku murka. Tapi, bisakah kita berdua memaafkannya karena semalam aku memimpikannya yang ingin segera kembali dengan benar.”
Kening Seol Hee berkerut dan wajahnya tampak memerah saat menatap lagi wajah Jun Su yang sudah tersenyum lembut penuh arti padanya.
“Dia mungkin menyakitimu dan juga aku tapi, setidaknya sedikit tentang kita yang tidak sempurna ini bisa membantunya beristirahat dengan nyaman.”
“Apa maksudmu?” tanya Seol Hee menahan amarahnya, “kau tahu dia hampir membunuh Min Gyu dan Min Hee dengan tas tangan yang dia lemparkan ke arahku.”
“Aku tahu, dan aku tidak memiliki maksud untuk membelanya. Tapi, aku hanya ingin kau memaafkan semua yang telah menyakitimu agar kita juga bisa hidup dengan nyaman.”
“Kau berselingkuh dengannya? Sudah kukakatakan kau boleh selingkuh tapi, jangan de…”
Segera Jun Su menarik Seol Hee ke dalam pelukannya saat air mata jatuh membasahi kedua pipi Sang Istri yang tiba-tiba mengamuk. Ada rasa sakit yang kembali ia rasakan usai menyaksikan reaksi Seol Hee yang masih tidak bisa menerima tentang apa yang akan dia jelaskan.
“Ya Tuhan, terima kasih. Terima kasih karena sudah membujuknya kemari. Aku mohon bantu aku, Nak. Setidaknya aku sudah ikhlas tentang hal ini.”
Sejenak, Seol Hee melirik Jun Su yang mengangguk pelan dan mengiringi Seol Hee yang telah di gandeng wanita tua yang telah menangis sejak mereka tiba di rumah mewah itu. Wanita itu menggiring mereka ke lantai dua dan membawa mereka masuk ke ruangan yang sangat tenang lengkap dengan peralatan medis serta perawat pribadi. Dan tatap datar Seol Hee tertuju pada sosok yang ia kenal tengah terbaring tanpa bisa melakukan apapun di hadapannya.
“Aku tidak tahu apa yang dia tunggu. Padahal aku sudah mengatakan padanya, tidak apa jika dia ingin ikut bersama Ayahnya yang sudah menunggu di sana. Tapi, detaknya yang lemah selama ini masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Sejak kecelakaan itu, dia selalu terbaring seperti ini dan bulan ini adalah bulan kesembilan dia tertidur tenang. Aku sampai memilih untuk mengeluarkannya dari rumah sakit karena dokter pun sudah menyerah.”
Isak Ibu dari sosok Choi Yu Mi yang kini terbaring tak sadarkan diri itu membuat Seol Hee merasa lemas dan membuat Jun Su langsung menyangganya. Jun Su memberi isyarat agar Ibu dari Yu Mi keluar dan memberikan mereka tempat sebentar untuk menenangkan diri bersama Yu Mi.
“Duduklah,” ujar Jun Su setelah meletakkan sebuah kursi di sisi ranjang.
“Dia…”
Jun Su hanya mengangguk setelah melihat tatap Seol Hee yang telah duduk.
“Dia koma. Saat liburan bersama kekasihnya, rem mobil mereka tidak bekerja baik dan gasnya tidak bisa di turunkan. Mereka menabrak pagar pembatas, terguling ke jurang. Kekasihnya meninggal di tempat dan Yu Mi, dia menderita patah tulang sangat parah, retak tengkorak kepala serta pendarahan otak. Dokter mengatakan kalau Yu Mi akan hidup seperti ini selamanya, hidup seperti putri tidur. Bahkan detik di mana kita tiba sekarang, belum sekalipun ada tanda-tanda kehidupan darinya.”
“Lalu apa hubungannya dengan kita?” tanya Seol Hee yang hampir meninggikan suaranya.
Jun Su yang berdiri di belakangnya hanya mengusap pelan kedua pundak istrinya.
“Berikan ampunanmu padanya. Dia mungkin merasa berdosa tentang apa yang telah dia lakukan padaku semasa pacaran dan padamu yang dia ketahui sangat berarti untukku.”
Segera, Seol Hee menoleh dan melihat Jun Su yang telah tersenyum tulus.
“Kita bantu dia kembali. Bukankah kau selalu mengatakan pada Min Gyu dan Min Hee untuk memberikan hal baik kepada siapapun yang menyakiti mereka agar kelak di masa depan karma baik selalu menyertai langkah mereka. Jadi, ini kesempatan kita untuk memberikan karma baik pada mereka walaupun rasa ikhlasnya hanya sedikit. Aku tahu ini sulit tapi…”
Penjelasan Jun Su terhenti tatkala menyaksikan Seol Hee menggenggam erat tangan Yu Mi yang sedikitpun tidak bereaksi.
“Aku mungkin membencimu. Aku mungkin tidak ingin menemuimu karena aku selalu berpikir kau akan merebut kembali apa yang aku ambil. Walaupun aku tahu ini tidak sepenuhnya salahmu ataupun salahku. Ini Salah Jun Su yang sembarangan meniduriku untuk membalasmu.”
Sejenak, Jun Su melirik Sang Istri tak nyaman walau ada senyum geli yang ia tahan.
“Masalah itu sudah berlalu dan sekarang anak-anak itu telah tumbuh menjadi remaja yang hampir tidak bisa aku kendalikan. Mungkin dulu ada rasa sayang tulus yang sempat kau simpan dibalik kebiasaan burukmu. Tapi, mendengarmu mendapatkan hal ini bersama kekasihmu, aku tahu, kau telah sepenuhnya melupakan kami walaupun aku juga tahu, masa lalu dan kaitan kita tidak mungkin kau lupakan begitu saja. Sama sepertiku yang sebelum kemari pun masih mengingat bagaimana kau melemparkan tas itu ke anak-anakku.”
Ada perubahan suara di kalimat terakhir Seol Hee dan Jun Su pun langsung berjongkok di sisinya sembari mengusap pelan punggungnya.
“Aku…Cha Seol Hee meminta maaf untuk hal di masa lalu yang telah menyakitimu di hari bahagiamu. Jika karena menunggu hal ini kau jadi tidak bisa pulang. Aku meminta maaf untuk keegoisanku yang hampir membuatmu menderita.”
Isak Seol Hee yang perlahan terdengar pun membuat Jun Su ikut menggenggam tangan istrinya yang masih memegang tangan Yu Mi.
“Aku, Ho Jun Su. Choi Yu Mi, maaf untuk tindakan bodohku yang membalasmu di masa lalu. Kita mungkin tidak berhasil sebagai kekasih namun, aku sangat berterima kasih untuk pendampinganmu selama masa sedihku sebagai teman yang baik. Aku tulus meminta maaf padamu. Jika mungkin ada yang benar ingin kau sampaikan namun, kau tidak mampu. Tolong sampaikan saja dengan menjaga kami dari tempat terbaikmu setelah ini. Maaf dan terima kasih telah hidup dengan baik serta mengingat kami sebagai orang terakhir yang kau sayang.”
Dan detik di mana Jun Su memeluk Seol Hee yang semakin terisak, elektrokardiogram yang sempat berdetak itu pun menunjukkan garis lurus yang menandakan akhir dari perjuangan seorang Choi Yu Mi.
Rasa itu terulang, rasa takut kehilangan yang dulu aku rasakan saat menghadapi keputusan dokter yang menyatakan tentang Ho Chang Yi. Rasa hancur tentang tingginya harapan dan tanggung jawab setelahnya. Untuk berusaha berdiri pun sulit saat itu namun, kini aku harus menjadi lebih kuat karena Seol Hee pun tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya…