Seorang perempuan bernama Maharani Saputri mengalami kegagalan dalam sebuah pernikahan membuatnya frustasi ,ia menikah yang kedua kali juga gagal .
Apakah ia akan bertahan menjadi seorang janda atau kembali menikah dengan harapan bisa memiliki pasangan yang menerima apa adanya ?
Baca yuk sampai selesai ya agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Diam-Diam Perhatian
Pagi hari Deni pulang dengan wajah kusut masuk ke dalam kamar , Maharani keluar kamar mandi terkejut melihat Deni berdiri di depan pintu menatapnya lekat . Ia mundur lalu menjauh berjalan ke lemari dan mengambil pakaian lalu kembali ke kamar mandi dan berganti pakaian .
Deni tertegun melihat tubuh Maharani sempat terpesona tanpa sadar berucap cantik kemudian ia tersadar dan menggedor pintu kamar mandi dengan keras .
Maharani membuka pintu lalu berjalan ke meja rias , Deni melihatnya sambil tersenyum smirk masuk ke kamar mandi . Setelah selesai Maharani keluar kamar menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah .
Edi dan Mery keluar dari kamar bersama menuju ruang makan , Mery mengambil nasi dan lauk untuk suaminya , pemandangan di depannya membuat hati Maharani sakit namun ia alihkan dengan membuat minuman untuk suaminya dan dirinya .
Tidak berapa lama Deni ke luar dan bergabung dengan lainnya . Deni melirik Maharani yang terlihat segar dan cantik berdehem , Maharani menoleh ke arah Deni mengerutkan dahinya . "Apa ada yang kurang ?" tanya Maharani kepada Deni .
" Tidak aku hanya merasakan tenggorokanku gatal ," jawab Deni berbohong . Maharani membuat minuman jahe hangat lalu diberikan kepada Deni , tapi di tolak . "Minuman apa ini ?" Deni melihat air keruh dalam gelas membuatnya mual .
Maharani heran melihat Deni berkata ." Katanya tenggorokanmu gatal aku buatin jahe hangat biar enakan ," jawabnya duduk lalu menghabiskan makanannya .
"Ma ,pa Hani berangkat kampus dulu ," Maharani mencium tangan Edi dan Mery . Deni menatap Maharani heran lalu mengikutinya dengan terburu-buru .
Edi melihat keduanya merasa curiga sedangkan Mery tersenyum dalam hati . "Ma , apa mereka ada masalah ?" tanya Edi ingin tahu . "Mama tidak tahu pa , "jawabnya santai . "Sepertinya ada masalah sama mereka buktinya mereka saling diam ," Edi menghabiskan minumnya lalu beranjak pergi ke kamar bersiap ke kantor .
Selama perjalanan Maharani dan Deni bertengkar . "Kamu jangan cari muka di depan kedua orang tuaku agar mendapat simpatik , kamu pikir kamu hebat ," Deni menatap Maharani kesal . "Kamu sendiri kenapa baru pulang pagi , sebagai suami harusnya selalu ada buat istrinya bukan pulang pergi seenak sendiri ," jawabnya tanpa melihat Deni .
"Bukan urusanmu aku pulang pergi , ini buat kamu nanti di kira alu tidak memberi nafkah buat kamu ," Deni memberikan kartu kredit kepada Maharani . Maharani ingin menolak tapi Deni menatap tajam . "Iya nih aku simpan ," Maharani lalu menyimpan di dompet yang dalam tasnya
Mereka sampai di kampus , Maharani turun di sambut hangat oleh sahabatnya Gea yang melihat mobilnya parkir . "Selamat pagi nyonya muda ," sapa Gea tersenyum senang . "Kamu apaan sih bilang kayak gitu biasa saja kali ," balas Maharani merangkul Gea berjalan menuju kelas .
Deni melihat Maharani tersenyum bahagia bersama Gea , tersenyum sinis berjalan menuju kelas . "Den , nanti kita jadi kan ke klub ,"Argo duduk di sebelah Deni sambil makan kacang atom . "Jadi dong masa enggak ," jawabnya tersenyum smirk.
Georgio melihat Maharani tertawa bahagia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan . "Apa pernikahan kalian bahagia ?" tanya Georgio melihat wajah Deni serius . "Biasa saja seperti pada umumnya orang menikah ,memangnya kenapa ?" jawabnya lalu balik bertanya .
Georgio memegang wajah Deni dan mengalihkan pandangannya ke tempat Maharani . "Lihatlah wajah bahagianya seperti menyembunyikan sesuatu ," jawab Giorgio . "Sok tahu kamu ," balas Deni dengan cuek .