Mengisahkan perjalanan seorang wanita yang bernama Aisyah yang di campakan dan di duakan oleh suaminya Zakir namun di angkat derajatnya oleh seorang CEO yang bernama Devan.
Bagaimanakah perjalanan hidup dan cinta antara Aisyah, Devan dan Zakir?
Apakah Aisyah akan menemukan kebahagiaan setelah tersakiti?
Ikutilah kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kino alvian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
uhuk 1
"Tuan tidak apa-apa?" Tanya Aisyah panik melihat Devan ketumpahan air yang di berinya.
Devan bukannya menjawab, dia semakin tidak tenang karena
si tuyul yang selama ini tidur malah terbangun. Bahkan ayah Bram juga tahu akan hal itu. Devan semakin tidak karuan karna wangi tubuh Aisyah malah membuatnya ingin mengurung Aisyah di dalam kamar saja.
Devan terlihat sangatlah gugup.
Di sisi lainnya, ayah Bram, bunda Naila dan Tiara mereka sangatlah puas setelah melihat anak sulung mereka begitu salah tingkah. Terbesit niatan di hati bunda dan ayahnya Devan yang ingin menjodohkan Aisyah dengan Devan.
Sedangkan di sisi lain kehidupan Zakir dan Vera kini menapaki kehidupan yang baru. Zakir dan Vera akan pindah ke Jakarta. Itu karena Zakir akan di pindahkan oleh atasannya untuk mengelola salah satu cabang perusahaan mereka yang ada di Jakarta.
"Mas jika kita pindah, apakah mamaku boleh ikut kita gak?" Tanya
Vera.
"Terserah asal jangan nyusahin aja," jawab Zakir.
"Iya mas, bentar aku bilang ke mama dulu." Vera segera berlalu dari hadapannya Zakir.
Sesampainya di kamar mamanya Vera lantas memberi tahu mamanya bahwa mereka akan pindah ke Jakarta.
"Mama mau ikutan pindah gak?" Tanya Vera pada mamanya.
"Ya mau lah, masa gak mau. Jika dia kerja kamu sama siapa nanti di rumah." Ujar mama Vera sinis.
"Baiklah mama siap-siap, biar kita pesan tiket pesawatnya." Ucap Vera yang langsung bangun dan bersiap pergi.
"Iya udah nak mama siap-siap dulu."
Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka telah selesai beres-beres.
Sejak Zakir tegas dengan keluarganya Vera, akhirnya mamanya nurut juga.
Dan Zakir juga berniat mencari Aisyah, sebab surat tanah belum atas nama dia beserta sertifikat rumahnya.
"Zakir, apa malam ini kita berangkatnya nak?" Tanya mamanya Vera.
"Iya ma, karena besok Zakir harus ke kantornya langsung," ucap Zakir.
"Iya sudah, mama juga udah siap kok." Beo mamanya Vera.
Kita kembali ke kisah Aisyah dan Devan, setelah drama tegan-tegangan akhirnya makan malam itu usai juga walau dengan rasa canggung yang luar biasa yang terjadi antara Aisyah dan Devan.
"Nak Aisyah mau pulang sekarang?" Tanya pak Bram.
"Iya pak, ini sudah malam pasti anak saya menunggu saya pak." Jawab Aisyah sopan.
"Oh ya sudah, kapan-kapan kesini lagi ya. Sekalian bawa anaknya juga pasti rame banget rumah kita. Iya kan bun?" Kata pak Bram.
"Iya nak bawa ya anaknya pasti lucu banget." Kata bunda Naila sumringah.
"Iya buk insyaallah, tapi apa tidak merepotkan nantinya?" Kata Aisyah.
"Iya gak dong justru kami malah senang." Jawab pak Bram.
Aisyah tersenyum mendengarnya.
"Kalau begitu saya berangkat dulu pak, Wassalamu'alaikum."
Saat hendak beranjak terdengar pak Bram menginterupsi.
"Tunggu nak Aisyah, biar Devan yang antar kamu daripada kamu naik ojek online bapak ga tenang. Dan bapak gak mau dengar kata bantahan."
Mau tak mau akhirnya Aisyah hanya bisa menurut. Karena Aisyah menghormati titah dari pak Bram.
Devanpun hanya bisa manggut-manggut saja tanpa bisa menolak.
Saat dalam perjalanan ke rumah tante Santi,
"Aisyah bolehkah aku bertanya?" Tanya Devan membuka obrolan.
"Iya mas silahkan," jawab Aisyah cepat.
"Apa kamu tidak ada niatan untuk menikah lagi? Maaf jika saya lancang." Ada udang di balik batu ala-ala Devan.
"Bukan tak mau mas, saat ini masa idah saya belum selesai." Jawab Aisyah malu-malu.
Tak di pungkiri siapa yang tak kagum dengan seorang Devan yang tampan, gagah, kaya raya dan sangat sopan.
"Kalau boleh tahu, berapa bulan lagi?" Tanya Devan penasaran.
"Kira-kira sekitar 2 minggu lagi mas." Jawab Aisyah seraya menundukan kepalanya.
Jika kamu sudah siap, dan kamu mengizinkan, izinkan aku menjadi bagian dari kalian. Bolehkah Aisyah?!" Ujar Devan mantap dan to the point.
"Saya serahkan semuanya kepada sang pencipta mas, ga mau berandai-andai takutnya nanti ga sesuai dengan kenyataan." Jawab Aisyah.
"Iya sih, tapi bolehkah aku meminta nomer handphonemu? Siapa tahu aku kangen sama Zila nanti, sekalian juga kangen sama uminya sih." Ucap Devan dengan jahil.
"Uhuk uhuk berasa jadi nyamuk aku disini," ucap Tiara tiba-tiba.
"Astagfirullahalazim, Tiara sejak kapan kamu ada di sini?" Tanya Devan heran.
"Sejak kakak mulai modusin mbak Aisyah, hahahahaha." Tiara tertawa renyah karena berhasil membuat kakaknya malu.
siippp zila🤗🤗🤗