Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Kontrak Pernikahan Tanpa Cinta
Dia berjalan perlahan menuju meja kecil di sudut kamar dan menemukan sebuah map cokelat yang berisi draf kontrak pernikahan tanpa cinta yang sudah disiapkan oleh Kenzo. Alana menarik napas panjang saat jemarinya mulai membuka lembaran kertas yang terasa sangat dingin dan kaku di bawah cahaya lampu tidur yang temaram.
Setiap butir peraturan di dalam dokumen itu terasa seperti sembilu yang menyayat harga dirinya sebagai seorang wanita merdeka. Alana membaca dengan saksama bahwa dia harus melepaskan seluruh hak asuhnya segera setelah bayi itu lahir ke dunia yang kejam ini.
"Kau sudah membaca isinya, bukan?" tanya sebuah suara dingin yang muncul secara tiba-tiba dari balik pintu kamar.
Alana tersentak hebat hingga map di tangannya terjatuh ke atas lantai marmer dengan suara yang cukup keras. Dia melihat Kenzo sedang berdiri di ambang pintu dengan setelan jas hitam yang sudah sedikit berantakan namun auranya tetap terlihat sangat mengintimidasi.
"Kau gila, Kenzo! Kau ingin memisahkan seorang ibu dari anak kandungnya sendiri demi status keluarga?" seru Alana dengan kemarahan yang meluap-luap.
Kenzo melangkah masuk ke dalam kamar dan segera menutup pintu rapat-rapat dengan satu tendangan kaki yang sangat tenang. Dia mendekati Alana yang sedang berdiri gemetar sambil memegang pinggiran meja kayu jati untuk menopang tubuhnya yang mulai kehilangan tenaga.
"Jangan pernah menyebut dirimu seorang ibu jika kau bahkan sempat berpikir untuk melarikan diri dan membahayakan nyawa ahli warisku," bisik Kenzo tepat di depan wajah Alana.
Alana merasakan desiran udara dingin yang keluar dari mulut pria itu saat mata elangnya mengunci pandangan matanya yang mulai berkaca-kaca. Dia mengepalkan tangan sekuat tenaga hingga kuku-kukunya memutih karena tidak tahan lagi dengan segala tuduhan keji yang dilemparkan oleh pria sombong tersebut.
"Aku melakukan itu karena kau adalah iblis yang tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap manusia lain!" balas Alana dengan suara yang menggelegar di dalam kesunyian malam.
Kenzo tidak tampak marah melainkan justru tersenyum sinis sambil meraih selembar kertas kontrak yang tercecer di atas lantai tadi. Dia meletakkannya kembali ke atas meja lalu menyodorkan sebuah pena berlapis emas kepada Alana dengan gerakan yang sangat lambat namun penuh dengan tekanan.
"Pilihannya sangat sederhana, kau menandatangani kontrak pernikahan ini atau ayahmu akan kehilangan segalanya sebelum fajar menyingsing," ancam Kenzo tanpa ada keraguan sedikit pun.
Alana menatap pena itu dengan perasaan yang sangat hancur karena dia tahu bahwa ayahnya sedang berada di bawah ancaman kebangkrutan yang sangat mengerikan. Dia merasa terjepit di antara kewajibannya sebagai seorang anak dan instingnya untuk melindungi janin yang kini mulai dia sayangi di dalam rahimnya.
Dengan tangan yang sangat gemetar dan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya yang pucat, Alana mulai membubuhkan tanda tangannya di atas materai tersebut. Dia merasa seolah-olah baru saja menandatangani surat kematian bagi kebahagiaannya sendiri untuk sisa hidupnya yang masih sangat panjang.
"Pintar, sekarang bersiaplah karena besok pagi seluruh dunia akan mengenalmu sebagai calon istri dari seorang Kenzo Alfarezel," ucap Kenzo sambil mengambil kembali map cokelat itu dengan penuh kemenangan.
Kenzo melangkah pergi meninggalkan Alana yang kini jatuh terduduk di atas lantai dengan bahu yang naik turun akibat tangisan yang sangat pilu dan menyayat hati. Alana menatap langit-langit kamar yang sangat megah itu dan menyadari bahwa mulai besok dia akan menjadi nyonya muda yang terhina di mata semua orang.
Tiba-tiba pintu kamarnya kembali diketuk dengan sangat keras oleh seorang pelayan wanita yang tampak sangat panik dan ketakutan. Pelayan itu membawa sebuah kotak besar berwarna hitam pekat yang memiliki lambang keluarga Alfarezel di bagian atasnya dengan hiasan pita merah darah yang sangat mencolok.
"Ada apa lagi? Apakah majikanmu itu belum puas menyiksaku malam ini?" tanya Alana sambil berusaha menghapus air matanya secara kasar.
Pelayan itu tidak menjawab dan hanya meletakkan kotak tersebut di atas ranjang sutra milik Alana dengan tangan yang terus-menerus gemetar hebat. Saat Alana membuka kotak itu, dia terkeiap melihat sebuah gaun hitam dengan potongan yang sangat aneh dan sebuah pesan tertulis yang sangat singkat di dalamnya.
Pesan itu menyebutkan bahwa Alana harus mengenakan gaun tersebut untuk menghadiri jamuan makan malam pertama yang akan menentukan kedudukannya di dalam rumah besar ini. Alana merasakan firasat yang sangat buruk saat dia menyentuh kain gaun yang terasa sangat dingin seolah kain itu baru saja dikeluarkan dari dalam sebuah lemari pendingin.
