Raisa cukup kaget saat mertuanya menyurunya menjadi ibu susu keponakannya sendiri anak dari adik suaminya. apakah Raisa menyetujuinya atau menolaknya?..
*******************************
"milikmu enak sekali beda jauh dengan milik istriku" pujinya kala milik mereka telah menyatu, membuat wanita yang dibawahnya tersenyum bangga " aku ingin setiap hari kita melakukan ini" ucapannya lagi sambil mulai menggoyangkan pinggulnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myabra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5
Dalam kekecewaan nya dia mengingat satu nama "Ameera" gumamnya. Lalu beranjak bangun dari duduknya dan berjalan menuju mobil yang dikendarainya tadi. Semoga apa yang dipikirkannya itu tidak terjadi. Dia langsung menuju rumah. Setelah sampai dia segera turun dan mencari keberadaan putrinya. Entah apa yang dilakukannya setelah bertemu dengan putrinya Arga segera masuk dalam kamar dan langsung membuka lemari mengambil sebuah koper dan mulai memasukkan beberapa STEL pakaiannya kedalam koper setelah semua selesai dia masukkan. Angga terduduk di pinggiran ranjang pandangannya menerawang kejadian beberapa jam yang lalu membuat dadanya semakin sesak.
Istri yang dia cintai segenap jiwa dan raganya tega menusuknya dari belakang
" Arga kamu mau kemana? Bawa-bawa koper?" Tanya Tantri saat putra bungsunya itu mengangkat koper saat menuruni anak tangga. Arga langsung menghampiri mamahnya. " Arga ada tugas diluar kota mah" ujarnya sambil memeluk Tantri, Tantri pun membalas pelukan putranya. "Apa kamu tidak menunggu Talita pulang dulu? baru kamu berangkat"ujarnya memberi saran agar dia berpamitan dengan Talita istrinya
"arga udah telat mah Yang lain sudah menunggu Arga" bohongnya tanpa menjawab pertanyaan mamah nya." Arga pergi dulu mah" pamit Arga langsung menuju mobilnya yang terparkir.
" Pah, papah" panggil Tantri mencari keberadaan suaminya. "Papah! Mama panggil-panggil dari tadi kenapa ga nyautin?" Tanya mama kesal karena suaminya itu sedang sibuk mainin burungnya. " Ada apa sih mah? Teriak, teriak papah belum budek mah" ujar si papah masih dengan burungnya. "Lama-lama mama goreng juga nih burung" kesal si mamah yang malah diabaikan. " Jangan dong mah, inikan burung langka, susah payah papah dapatin burung ini."
" Alah burung dapet dikasih aja, bilang susah payah dapetinnya" gerutu Tantri
" Memangnya ada apa mah" tanya Arya akhirnya. Karena percuma adu mulut dengan istrinya itu tidak akan menang
"Arga pah, Arga berangkat lagi keluar kota, padahal dia itu baru pulang kemarin tapi sekarang sudah berangkat lagi" keluh Tantri karena tidak biasanya putranya itu setelah selesai melaksana kan tugas, harus terima tugas baru lagi.
" Mama kan tau.. lagi banyak bencana alam. wajar saja tenaga medis dikerahkan untuk membantu korban bencana." Ujar Arya sering melihat berita seliweran yang ada diaplikasi berwarna merah. " Ga.. dadakan juga kali pah, kasian Arga kurang istirahat. Mama takut nanti dia sakit. Tadi mama lihat mata Arga sembab seperti habis menangis, Pasti karena dia masih kangen sama anak dan istrinya " tebak Tantri. Sebenarnya Tantri ingin bertanya ke Arga yang terlihat murung dan tidak semangat tadi, tapi diurungkannya. Karena Arga sedang terburu-buru, karena sudah ditunggu oleh rekan-rekannya. Mungkin nanti dia meneleponnya.
"Ckk... Kenapa ga bisa dihubungi sih?" Kesal Talita karena ponsel Arga sudah beberapa hari ini tidak bisa dihubungi. Tidak biasanya suaminya itu sampai berhari-hari ponselnya tidak aktif. Sebenarnya Talita senang suaminya itu tugas diluar kota lagi karena dia bisa bebas melakukan apapun dengan kakak iparnya. Dimana pun bahkan Talita pun melakukannya dikamarnya, kamar tempatnya dan Arga tidur. Tapi lama-lama dia juga mulai bosan dengan Angga yang permainannya gitu-gitu aja, dia sudah bosan dia ingin gaya lain.
" Aku kangen sentuhanmu mas" ucapnya Sambil memandangi Poto Arga di ponselnya dan tangannya memegangi miliknya yang sudah basah. Talita bangun dari kasurnya. Dia menuju lemari dan membukanya ada sebuah kotak ditumpukkan pakai miliknya. Diambilnya kotak itu dan dia buka ada benda berwarna hitam dan segera diambilnya. Setelah mengambil benda itu Talita kembali lagi menaiki ranjang dan membaringkan tubuhnya tidak lupa dia melepaskan cd-nya dan sedikit merenggangkan kedua pahanya. Dan dia langsung memasukkan benda panjang hitam itu dimilikinya, tidak lupa di menekan tombol hingga benda itu bergetar. "Akh mas Arga" saat benda itu terasa menggelitik dibagian intinya "agkh..akh mmm" Talita makin menaikan kecepatan alat tersebut membuat tubuhnya menggelinjang dia meremas kuat dadanya dan menggigit bibirnya agar suaranya tidak sampai keluar dari kamarnya. Dan akhirnya dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Puas tentu saja Talita puas, lebih puas dari apa yang dilakukannya dengan Angga tempo hari. " Panji" saat pelepasannya entah mengapa yang keluar dari mulutnya yaitu nama pria yang pernah menyodok dirinya dari belakang tanpa permisi. Dia menikmati permainan Pria itu dari pada permainannya dengan Angga. Walaupun mereka hanya melakukan hubungan itu hanya sekali tapi entah mengapa miliknya kembali berdenyut saat mengingat nama panji.
" Nanti aku minta nomornya sama mas Angga" pikirnya sambil tersenyum. " Tidak-tidak lebih baik aku cari tau sendiri" pikirnya lagi karena dia tidak mau nanti Angga salah paham " yah itu lebih baik.
Ditempat lain
Medan yang sangat sulit membuat para kru dan tim medis kesulitan untuk menuju titik dimana korban longsor dan banjir bandang mengungsi. Karena curah hujan yang tinggi membuat mereka kesulitan menuju hutan. sebagian pengungsi lari kearah hutan untuk menyelamatkan diri. Hingga mereka harus berhari-hari berjalan agar bisa sampai tujuan. Karena Banjir yang sangat deras, Hingga menghanyutkan pemukiman penduduk. kendaraan dan hewan ternak pun terseret oleh arus.
Semua tergenang tersapu oleh derasnya air yang meluap karena curah hujan yang turun berhari-hari membuat tim SAR kesulitan. Balok-balok bekas potongan kayu yang ikut tersapu oleh deras air, Akibat tangan-tangan jahil manusia yang tamak dan serakah. Hanya memikirkan keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampaknya, sungguh miris. Tempat pengungsian yang dipenuhi oleh masyarakat membuat tenaga medis bekerja dengan ekstra, termasuk Arga yang sudah mengabdikan hidupnya untuk menolong masyarakat.
" Dok korban luka-luka bertambah kita sudah tidak punya stok obat lagi, dan rekan-rekan yang lain sudah kewalahan" ujar Rekan Arga , karena memang mereka sudah berhari-hari Berada di pengungsian. "Tunggu sampai besok, kalau besok bantuan belum datang juga, salah satu dari kita harus turun" ujar Arga, yang kelelahan akibat membludaknya pengungsi.
Bantuan makanan dan obat-obatan sulit untuk mencapai titik dimana mereka berada. Wajah Arga terlihat lelah tapi semangatnya untuk membantu tidak dapat diragukan " dok sebaiknya anda istirahat dulu, biar saya yang menggantikan tugas anda sementara" ucap Melda rekan Arga.
" Terimakasih dokter Melda, tapi saya baik-baik saja, kalau anda ingin istirahat, istirahatlah dulu agar kita semua bisa bergantian" ucap Arga. Arga tahu rekannya itu menaruh hati padanya tapi Arga tidak akan memberi celah untuk siapapun masuk kedalamnya. Arga tidak ingin memberikan harapan palsu yang nantinya akan membuat dia atau orang yang dia atau orang menyukainya terluka nantinya.
Dengan berat hati Melda meninggalkan Arga, dia berusaha tegar meski pria itu terang-terangan menolak perhatiannya. Tapi Melda tidak putus asa karena cinta itu tidak harus memiliki bisa dekat dengan pria yang dicintainya, itu sudah sangat membuatnya bahagia.
"Aku akan menunggumu Arga, mungkin sekarang kamu menolakku karena Talita, tapi aku berjanji itu tidak akan lama, dengan sendirinya kamu akan datang dan mencari ku karena aku jauh lebih baik dari Talita. Dan aku yakin kita akan hidup bersama. Arga..." Janjinya pada dirinya sendiri sambil menatap Arga dari jarak cukup jauh. yang tengah sibuk melayani penduduk yang ingin mendapatkan pengobatan darinya.