NovelToon NovelToon
PESONA TETANGGA BARU

PESONA TETANGGA BARU

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Bagaimana rasanya... hidup tanpa g4irah, Bu Maya?"

Pertanyaan itu melayang di udara, menusuk relung hati Maya yang sudah lama hampa. Lima tahun pernikahannya dengan Tama, seorang pemilik bengkel yang baik namun kaku di ranjang, menyisakan kekosongan yang tak terisi. Maya, dengan lekuk tubuh sempurna yang tak pernah dihargai suaminya, merindukan sentuhan yang lebih dalam dari sekadar rutinitas.

Kemudian, Arya hadir. Duda tampan dan kaya raya itu pindah tepat di sebelah rumah Maya. Saat kebutuhan finansial mendorong Maya bekerja sebagai pembantu di kediaman Arya yang megah, godaan pun dimulai. Tatapan tajam, sentuhan tak sengaja, dan bisikan-bisikan yang memprovokasi h4srat terlarang. Arya melihatnya, menghargainya, dengan cara yang tak pernah Tama lakukan.

Di tengah kilau kemewahan dan aroma melati yang memabukkan, Maya harus bergulat dengan janji kesetiaan dan gejolak g4irah yang membara. Akankah ia menyerah pada Godaan Sang Tetangga yang berbaha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Pagi itu, di kamar Arya, terlihat Maya tengah meringkuk di atas ranjang. Matanya menatap kosong ke arah depan.

"Kau terlihat memikirkan banyak hal, Maya," bisik Arya, jemarinya mengusap lembut pipi Maya. "Jangan. Cukup rasakan apa yang ada di sini, sekarang."

Maya memejamkan mata, membiarkan sentuhan Arya menenangkannya. Sulit menolak ketika pria itu begitu meyakinkan dirinya yang tengah dipenuhi gejolak kebingungan. Aroma maskulin Arya membalut indranya, terasa begitu akrab, dan begitu menyesakkan sekaligus menenangkan.

"Aku... aku harus pulang, Arya," Maya mencoba mengumpulkan keberanian. Suaranya sedikit bergetar.

Arya menghela napas, namun senyumnya tak luntur. "Aku tahu itu. Tapi izinkan aku mengantarmu."

Tanpa menunggu persetujuan Maya, Arya bangkit. Ia mengambil gaun tidur sutra Maya yang tergeletak di lantai, lalu membantu Maya mengenakannya. Setiap sentuhan jari Arya saat mengaitkan kancing, setiap sapuan tangannya di punggung Maya, terasa seperti sengatan listrik. Maya menahan napas, berusaha menjaga jarak.

Setelah Maya berpakaian, Arya menggenggam

Tangannya, menariknya dari kamar. Mereka berjalan pelan menyusuri koridor rumah Arya yang mewah. Maya merasa aneh, seperti pemeran dalam sebuah mimpi yang terasa terlalu nyata.

Di pintu samping, yang menghubungkan langsung ke halaman belakang rumah mereka, Arya berhenti. Ia menangkup wajah Maya, memaksanya menatap matanya.

"Ingat kata-kataku, Maya," bisik Arya, suaranya rendah dan penuh makna. "Aku tak akan menyerah. Dan aku akan selalu ada untukmu. Kapan pun kau merindukanku."

Kemudian, tanpa peringatan, ia mencium kening Maya, ciuman yang lembut namun sarat janji. Maya merasakan gelombang panas menjalar di sekujur tubuhnya. Lalu, Arya membuka pintu, mengisyaratkan Maya untuk pergi.

Maya melangkah keluar, jantungnya berdebar kencang. Udara pagi terasa sejuk di kulitnya, namun hatinya masih panas membara. Ia berjalan cepat menuju pintu belakang rumahnya, tak berani menoleh ke belakang.

Sesampainya di rumah, suasana sepi. Tama pasti sudah berangkat ke bengkel. Maya menghela napas lega. Ia punya waktu untuk menenangkan diri, untuk menghapus jejak-jejak malam yang penuh gair4h itu.

Ia mandi, membersihkan diri dengan sabun beraroma kuat, seolah ingin menghapus aroma Arya dari tubuhnya.

Namun, percuma. Aroma Arya, sentuhan Arya, bisikan Arya, semuanya melekat kuat di benaknya, mengukir jejak tak terhapuskan. Ia menatap dirinya di cermin, matanya terlihat lelah, namun ada kilatan gair4h yang sulit ia sembunyikan. Rasa bersalah itu kembali, menusuk-nusuk, namun kini bercampur dengan rasa rindu yang aneh.

Sepanjang hari itu, Maya mencoba fokus pada pekerjaan rumah. Ia membersihkan, memasak, berusaha keras untuk kembali ke rutinitasnya yang normal. Namun, pikirannya terus melayang pada Arya. Pada kata-kata pria itu, "Aku tak akan berhenti sampai kau benar-benar menjadi milikku, Maya."

Malam harinya, setelah Tama pulang kerja, Maya berusaha bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Ia

menyajikan makan malam, mencoba mengobrol tentang hari Tama di bengkel. Tama terlihat lelah, namun tidak ada kecurigaan di matanya. Ia hanya bertanya singkat tentang pekerjaan Maya di rumah Arya.

"Hari ini ada kerjaan apa di sana, Yank?" tanya Tama sambil menyuap nasi.

"Oh, cuma bersih-bersih biasa, Mas," jawab Maya, berusaha terdengar santai. Ia menghindari tatapan Tama.

"Arya bilang dia mau menunda kepergiannya ke kampung, jadi dia minta aku tetap masuk."

Tama mengangguk. "Baguslah. Dia memang butuh orang sepertimu, Yank. Profesional."

Pujian Tama terasa seperti tamparan di wajah Maya.

Profesional? Padahal dia baru saja menghabiskan malam di ranjang pria itu. Rasa bersalah itu kembali menusuk, namun lagi-lagi, teredam oleh rasa istimewa yang Arya berikan padanya.

Setelah makan malam, saat Tama sibuk menonton TV, Maya mengambil ponselnya. Jemarinya bergerak sendiri, mencari kontak Arya. Ia menatap nama itu, ragu. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri ini yang terakhir. Tapi, hasr4t itu kembali memanggil.

Tiba-tiba, ponsel Maya bergetar. Sebuah pesan masuk.

Dari Arya.

Arya: "Merindukanku, Maya?"

Jantung Maya mencelos. Arya selalu tahu. Bagaimana dia bisa tahu? Rasa penasaran bercampur rasa takut merayap di hatinya.

Maya: "Aku sedang sibuk, Arya."

Arya langsung membalas.

Arya: "Sibuk merindukanku, kan? Aku tahu itu.

Suaramu semalam masih terngiang di telingaku."

Pesan itu membuat pipi Maya memerah. Ia langsung teringat setiap des4han, setiap sentuhan. Kenangan itu begitu kuat, begitu memabukkan.

Maya: "Jangan menggodaku, Arya."

Arya: "Aku tidak menggoda. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan. Kau tahu, Maya, aku belum pernah merasakan hal ini dengan siapa pun. Hanya denganmu."

Pesan itu. Sebuah pengakuan yang begitu jujur, namun begitu menghanyutkan. Maya membaca ulang pesan itu berkali-kali. Ia merasa dirinya begitu istimewa di mata Arya. Sebuah perasaan yang tak pernah Tama berikan padanya. Tama hanya melihatnya sebagai istri yang baik, ibu rumah tangga yang cekatan. Tapi Arya, dia melihatnya sebagai seorang wanita.

Maya: "Apa yang kau inginkan dariku, Arya?"

Arya langsung membalas.

Arya: "Aku menginginkanmu, Maya. Seutuhnya. Semua darimu. Hatimu, jiwamu, tubuhmu. Dan aku akan membuktikan padamu, bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa memberikanmu kebahagiaan yang sesungguhnya."

Pesan itu begitu berani, dan begitu menuntut. Maya merasakan gelombang panas menjalar di sekujur tubuhnya. Sebuah janji yang berbahaya, dan sebuah jebakan emosional yang Arya pasang. Kini Maya tahu, ia mulai terjebak.

***

Beberapa hari berikutnya, pola itu berlanjut. Arya tidak lagi datang ke halaman depan. Ia hanya berkomunikasi melalui pesan. Pesan-pesan yang selalu sukses memanipulasi emosi Maya, membuatnya merasa istimewa dan diinginkan.

Setiap pagi, Arya akan mengirimkan pesan selamat pagi yang manis, menanyakan kabarnya, dan bagaimana tidurnya. Setiap siang, ia akan mengirimkan pesan yang menunjukkan ia memikirkan Maya, mungkin dengan mengirimkan foto makanan yang ia makan, atau tempat yang ia kunjungi, seolah ingin Maya merasa bagian dari dunianya.

Dan setiap malam, pesan-pesan itu akan menjadi semakin intens. Arya akan menceritakan betapa ia merindukan Maya, betapa ia ingin merasakan sentuhan Maya lagi, betapa ia tak bisa tidur tanpanya. Ia akan memuji Maya, mengatakan betapa Maya begitu cantik, begitu memikat, begitu sempurna.

Arya: "Aku tak bisa berhenti memikirkanmu, Maya.

Aroma tubuhmu masih melekat di sepraiku."

Maya: "Arya, jangan seperti itu."

Arya: "Kenapa? Kau tak suka aku jujur? Atau kau takut mengakui bahwa kau juga merasakan hal yang sama?"

Maya tidak membalas. Ia hanya bisa menatap pesan itu, jantungnya berdebar kencang. Arya benar. Ia merasakan hal yang sama. Ia merindukan Arya. Ia merindukan sentuhannya.

Puncaknya terjadi pada suatu malam. Tama sedang lembur di bengkel. Maya sendirian di rumah. Ponselnya berdering. Telepon dari Arya. Maya ragu untuk mengangkatnya, namun jarinya bergerak sendiri.

"Halo?" suara Maya sedikit bergetar.

"Halo, Maya," suara Arya terdengar lembut, namun ada nada yang mendesak di sana. "Aku tahu kau sendirian di rumah."

Jantung Maya mencelos. Bagaimana Arya tahu?

"Aku ingin kau datang ke sini, Maya," bisik Arya. "Aku merindukanmu. Aku membutuhkanmu."

Maya merasakan seluruh tubuhnya meremang.

"Aku... aku tidak bisa, Arya," Maya mencoba menolak, namun suaranya lemah.

"Kau bisa, Maya," Arya berkata, nada suaranya berubah menjadi lebih dalam, lebih memikat. "Aku tahu kau ingin. Jangan bohongi dirimu sendiri. Datanglah padaku. Aku akan membuatmu melupakan segalanya."

Maya menutup mata, membayangkan Arya.

Membayangkan sentuhannya. Membayangkan kenikmatan yang tak terlukiskan yang ia rasakan. Hati nuraninya berteriak, namun hasr4tnya menjerit lebih keras.

"Aku... aku akan ke sana," bisik Maya, menyerah.

Arya terkekeh pelan. "Aku akan menunggumu, sayang."

Maya segera memutuskan panggilan. Ia bangkit dari sofa, tangannya gemetar. Ia tahu ia tidak bisa melawan lagi. Arya telah berhasil menjebaknya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional. Ia mulai menginvestasikan perasaan pada Arya, bukan hanya

sekadar hasr4t fisik. Ia mulai percaya bahwa Arya bisa memberinya kebahagiaan yang selama ini ia dambakan.

Sebuah jurang telah terbuka, dan Maya melangkah masuk ke dalamnya, tanpa tahu apa yang menantinya di dasar.

1
Mar lina
dlm berumah tangga
sebaiknya saling terbuka & melengkapi...
bukan mencari kesenangan di luar...
ingat lah masa" susah & senang saat awal " berumah tangga...
Lilis Yuanita
👍
Lilis Yuanita
🤭🤭
Mar lina
kalau sudah ketagihan
gak bakal bisa udahan Maya..
kamu yg mengkhianati Tama...
walaupun kamu berhak bahagia...
lanjut Thor ceritanya
lestari saja💕
klo sdh kondisi gtu setan gampang bgt masuk menghasut
lestari saja💕
ya pasti membosan kan bgt.bahaya itu
lestari saja💕
mampir,penulisannya bagus,semoga ga berbelit2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!