NovelToon NovelToon
Sang Raja Kota

Sang Raja Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Preman / Roman-Angst Mafia / Balas Dendam / Persaingan Mafia
Popularitas:313
Nilai: 5
Nama Author: Boy Permana

Kota X adalah kota tanpa tuhan, tanpa hukum, tanpa belas kasihan. Di jalanan yang penuh mayat, narkoba, prostitusi, dan pengkhianatan, hanya satu hal yang menentukan hidup dan mati: kekuasaan.

Di antara puluhan geng yang saling memangsa, berdirilah satu nama yang ditakuti semua orang—
Reno, pemimpin The Red Serpent, geng paling brutal dan paling berpengaruh di seluruh Kota X. Dengan kecerdasan, kekejaman, dan masa lalu kelam yang terus menghantuinya, Reno menguasai kota melalui darah dan api.

Namun kekuasaan sebesar itu mengundang musuh baru.

Muncul Rafael, pemimpin muda Silver Fang yang ambisius, licik, dan haus kekuasaan. Ia menantang Reno secara terbuka, memulai perang besar yang menyeret seluruh kota ke jurang kehancuran.

Di tengah perang geng, Reno harus menghadapi:

Pengkhianat dari dalam kelompoknya sendiri

Politisi korup yang ingin memanfaatkan kekacauan

Hubungan terlarang dengan Vira, wanita dari masa lalunya yang tersembunyi

Konspirasi besar yang lebih gelap dari dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boy Permana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekalahan ardan

Saat pisau Rio akan menusuk ke jantung Reno, kilatan masa lalu menghantam pikirannya. tentang pelatihan keras dan kejam yang mereka jalani bersama Ardan dulu. Setiap gerakan, setiap teknik, setiap kelemahan semuanya terekam jelas.

Napas Reno terengah, tapi matanya kembali fokus.

Saat pisau Rio turun, Reno bergerak.

Dengan kecepatan yang mengejutkan, Reno meraih lengan Rio, dan memutar tubuhnya menggunakan teknik yang pernah di ajarkan gurunya

Rio terkejut, kehilangan keseimbangan.

Dalam sepersekian detik, Reno langsung meninju leher Rio sekuat tenaga, lalu melemparnya ke arah mesin-mesin tua.

Rio berteriak, tak berdaya melayang menuju besi-besi tajam yang karatan.

BRUAK!!

Tubuh Rio menghantam mesin, suara logam beradu dan jeritan kesakitan yang mengerikan bercampur jadi satu. Rio merosot ke lantai, tak bergerak.

Ardan terbelalak. Ia tak menyangka Reno masih sekuat dulu.

Reno berdiri terhuyung, dengan darah masih menetes dari tangan, bahu dan pahanya

Ia menatap Ardan.

“Aku selalu lebih unggul dari my, Ardan,” kata Reno. “Apa kau lupa?”

Ardan geram. Ia melompat maju, memutar rantainya lebih cepat dari sebelumnya.

“Kalau begitu akan kubuktikan kalau aku sekarang lebih kuat darimu!”

Rantai itu berubah menjadi pusaran mematikan.

Reno tahu, satu kesalahan saja bisa membuatnya mati.

Ia memejamkan mata sejenak, mengingat setiap detail latihan mereka dulu. Setiap gerakan jurus rantai yang Ardan kuasai dan setiap celah dalam serangannya.

Saat rantai itu mendekat.!!

Reno membuka mata.

Ia bergerak dengan sangat cepat.

Reno berlari langsung ke arah Ardan, melompat lalu menunduk melewati rantai yang berputar.

Ardan terkejut. Ia tak menyangka Reno akan menyerang balik.

“Tidak mungkin!”

Reno terus bergerak.

Ia mendekat semakin dekat.

Ardan mencoba menghentikannya, tetapi Reno terlalu cepat.

DUAAAK!!

Satu pukulan Reno menghantam rahang Ardan.

Ardan mundur, kehilangan keseimbangan.

Reno tidak memberinya kesempatan untuk menyerang balik.

Ia meraih rantai yang masih terlilit tangan Ardan, menariknya sekuat tenaga.

Rantai itu menegang.

Mencengkeram pergelangan tangan Ardan.

“Apa—?!”

Reno menarik lebih keras lagi.

Ardan terhuyung ke depan, ditarik oleh Reno yang lebih kuat.

Reno melepaskan pukulan kedua.

DUUAAK!!

Ardan jatuh berlutut.

Reno menarik rantai semakin keras.

Lilitan rantai di tangan Ardan semakin erat.

Ardan mencoba melepaskan diri, tetapi Reno terlalu kuat.

“SIALAN KAU RENO!!” teriak Ardan.

Reno tidak menjawab.

Ia terus menarik rantai.

Ardan mulai berteriak kesakitan.

“REN—!!”

Reno mengabaikan jeritan itu.

Mata Ardan dipenuhi ketakutan.

ia melihat tatapan yang sangat mengerikan di mata Reno.

Reno menarik rantai sekuat tenaga.

Ardan kehilangan keseimbangan.

Jatuh telungkup ke tanah.

Reno menginjak punggung Ardan.

Menarik rantai itu lagi Lalu mengikat leher Ardan dengan rantai miliknya sendiri.

Ardan meronta, mencoba melepaskan diri, tapi percuma.

Reno menarik rantai itu semakin keras

Mencekik Ardan dengan senjatanya sendiri.

Ardan berusa berteriak

Meronta-ronta dan Menendang

Tapi Reno tak bergeming.

Ia terus menarik rantai itu sekuat tenaga sampai Ardan berhenti bergerak.

...Reno berdiri terengah-engah di atas mayat Ardan yang tergeletak tak bergerak. Rantai, senjata andalan Ardan, kini melingkar erat di leher mantan sahabatnya itu.

Reno melepaskan rantai itu dengan kasar, membiarkannya jatuh ke lantai dengan bunyi berdebam yang memilukan. Ia terhuyung ke samping, mencari pegangan pada jeruji besi kurungan yang mengelilinginya.

Di luar, Tomo terpaku, wajahnya pucat pasi. Ia menyaksikan semuanya, tanpa daya. Campur aduk antara lega, ngeri, dan rasa bersalah. Matanya terpaku pada Reno yang tampak begitu lelah.

Reno mengangkat wajahnya, menatap Tomo. Pandangan mereka bertemu.

"Sudah selesai," kata Reno, suaranya serak dan hampir tak terdengar.

Tomo mengangguk lemah. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.

Reno berjalan tertatih-tatih ke arah jeruji kurungan. Setiap langkah terasa berat, tubuhnya berdenyut kesakitan. Darah terus mengalir dari luka-lukanya, membasahi pakaiannya yang robek.

Begitu sampai di depan Tomo, ia berhenti. Keringat dingin membasahi wajahnya, rambutnya lengket karena darah. Namun tatapannya tetap tajam.

Tomo membalas tatapan Reno. Ia melihat kelelahan, kesedihan, dan sedikit kekecewaan di mata itu.

"Sekarang buka kurungan ini," kata Reno, suaranya tegas meski tubuhnya gemetar.

Tomo tersentak. Ia mengangguk cepat dan memberi isyarat kepada anggota Red Serpent yang baru datang membawa alat. Dengan cekatan, mereka melonggarkan kunci dan membongkar mekanisme pengunci kurungan besi itu.

Begitu pintu terbuka, Reno keluar. ia nyaris ambruk, tetapi Tomo dengan sigap menangkapnya.

"Reno..." bisik Tomo, menahan tubuh Reno agar tidak jatuh.

Reno berusaha menegakkan diri, menjauh dari Tomo. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri karena pernah meragukan sahabatnya itu. Namun ada satu hal yang harus ia lakukan.

Vira bawa dia ke tempat aman dan obati dia sepertinya dia di beri sesuatu oleh bajingan ini sehingga tertidur dari tadi, lalu "Rio..." kata Reno, pandangannya tertuju pada sosok yang tergeletak di dekat mesin tekstil, "Dia hidup atau mati?"

"Masih bernapas," jawab salah seorang anggota.

Reno menoleh ke Tomo, sorot matanya tajam, "Dia saudara mu, Tomo. Aku ingin kau memastikan dia selamat. Bawa dia ke markas. Aku ingin dia diinterogasi."

Tomo terkejut, "Boss, walaupun dia saudara ku tapi dia sudah mencoba membunuhmu."

"Ya kau benar. Tapi dia tahu sesuatu. Dan aku ingin kau sendiri yang memastikan dia berbicara," kata Reno, kemudian ia memegangi luka di tubuhnya, "Sekarang, bantu aku keluar dari sini."

Sesampainya di markas, Reno langsung ditangani oleh para medis Red Serpent. Luka-lukanya dibersihkan dan dijahit. Walaupun ia menolak, mereka tetap memaksanya untuk beristirahat.

"Kau harus istirahat, Bos. Kau terluka cukup parah," kata salah seorang medis sambil membalut luka di lengan Reno.

Reno mendengus,

"Bos. Kau harus pulih dulu," balas medis itu.

Reno mengalah. Ia tahu ia tidak bisa berbuat apa-apa dalam kondisi terluka seperti ini.

Sementara itu, Tomo membawa Rio ke ruang interogasi. Ia menatap saudaranya itu dengan tatapan dingin.

"Kenapa, Rio? Kenapa kau melakukan ini?" tanya Tomo dengan nada penuh kekecewaan.

Rio, dengan wajah babak belur dan luka-luka di sekujur tubuhnya, hanya tersenyum sinis.

"Kenapa? Karena kau terlalu lemah, Tomo. Kau membiarkan Reno mengubah Red Serpent menjadi organisasi yang lembek.

"Itu bukan alasan untuk mengkhianati kami," balas Tomo.

"Aku tidak mengkhianati siapa pun. Aku hanya melakukan apa yang perlu ku lakukan," kata Rio.

"Berhenti bicara omong kosong. Apa yang kau dapatkan dari Rafael?" desak Tomo.

Rio terdiam sejenak, lalu menyeringai. "Rafael menjanjikan kekuasaan. Dia bilang, aku pantas mendapatkan lebih dari sekedar menjadi kapten divisi. Dia bilang, aku bisa menjadi pemimpin Red Serpent."

Tomo menggelengkan kepala, tak percaya. "Kau gila, Rio. Kau benar-benar sudah gila."

"Mungkin," jawab Rio. "Tapi aku tidak menyesal. Aku melakukan apa yang aku yakini benar."

"Bagaimana kau bisa membocorkan informasi kepada Rafael?" tanya Tomo, suaranya semakin meninggi. "Kau bahkan tidak pernah ada di dekat markas."

Rio tertawa sinis. "Kau pikir begitu? Aku lebih pintar dari yang kau kira, Tomo. Aku tahu semua tentang kalian. Aku tahu semua kelemahan kalian."

"Maksudmu apa?" tanya Tomo, curiga.

Rio menyeringai. "Kau lupa? Aku ini saudara kembar mu, Tomo. Aku tahu semua tentang dirimu. Aku tahu bagaimana kau berpikir, bagaimana kau bergerak, bagaimana kau bertindak. Aku bisa meniru dirimu dengan sempurna."

Tomo terdiam. Ia mulai mengerti.

"Kau menyamar sebagai aku," gumam Tomo. "Kau menyamar sebagai aku di markas."

Rio mengangguk. "Tepat sekali. Saat kau sedang keluar, aku masuk. Tidak ada yang curiga. Aku bisa bergerak bebas, mendengarkan percakapan, membaca dokumen. Aku tahu semua rencana kalian."

Tomo mengepalkan tangannya, geram. "Berengsek kau menjijikkan, Rio. Kau benar-benar menjijikkan."

"Kau boleh berpikir begitu," jawab Rio. "Tapi aku tetap akan menang. Rafael akan menghancurkan Red Serpent. Dan aku akan menjadi pemimpin baru."

"Itu tidak akan terjadi," kata Tomo dengan nada mengancam.

"Oh ya?" balas Rio. "Kita lihat saja nanti."

Tomo tidak membalas. Ia tahu, Rio sudah terlalu jauh. Tidak ada gunanya berdebat dengannya.

Tomo berdiri dan berjalan keluar dari ruang interogasi. Ia harus memberitahukan semua ini kepada Reno.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!