Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekte Lembah Merah 3
Dunia bawah tanah Sekte Lembah Merah adalah labirin arteri bumi yang terlupakan. Di sini, tidak ada langit, hanya atap batu basal yang meneteskan magma cair seperti nanah dari luka yang tak kunjung sembuh. Panasnya bukan sekadar suhu; itu adalah tekanan atmosfer yang bisa meremukkan paru-paru manusia biasa menjadi kismis kering.
Namun, bagi Lu Changzu, tempat ini adalah ruang operasi yang nyaman.
Dia berdiri di sebuah celah sempit, ribuan meter di bawah permukaan, tepat di persimpangan jalur Ley Line api. Jubah hitamnya menyatu dengan kegelapan abadi, dan matanya yang memiliki cincin ganda bersinar redup, memindai struktur geologis di atasnya.
Di hadapannya, berbaris delapan sosok berjubah hitam legam.
Mereka diam. Tidak bernapas. Tidak memiliki detak jantung. Wajah mereka tertutup topeng besi polos dengan angka 1 hingga 8 terukir kasar di dahi. Ini adalah Boneka Iblis—mahakarya mengerikan yang diciptakan Lu Changzu di Kota Shanjian dari gabungan mayat kultivator, jantung Beast purba, dan kerangka logam yang ditempa ulang.
"Anak-anakku yang manis," bisik Lu Changzu, suaranya bergema lembut namun mematikan di lorong batu itu. Dia berjalan mondar-mandir di depan barisan boneka itu layaknya jenderal yang sedang menginspeksi pasukan elit.
"Di atas sana, para 'Tuan Muda' yang sombong sedang bermain raja-rajaan. Mereka pikir mereka adalah predator puncak di lembah ini. Tugas kalian sederhana: Ajari mereka rasa takut."
Lu Changzu menepuk bahu Boneka Nomor 1. Bahu itu keras seperti baja dingin.
"Kalian hanyalah Master Tahap 3 Awal secara aura. Tapi tubuh kalian..." Lu Changzu menyeringai kejam. "...Tubuh kalian terbuat dari Bijih Besi Hampa dan tulang Beast Badak Neraka. Pertahanan fisik kalian setara dengan Grandmaster Tahap 1. Biarkan mereka memukul kalian sampai tangan mereka patah."
Dia menjentikkan jarinya.
"Pergi. Buat kekacauan. Dan jika kalian hampir hancur... jadilah kembang api yang indah."
SWOSH! SWOSH! SWOSH!
Delapan bayangan itu melesat ke atas melalui ventilasi uap sempit, bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar, merayap di dinding vertikal seperti laba-laba mimpi buruk.
Lu Changzu melihat kepergian mereka dengan tatapan puas. Dia menyisakan dua boneka terakhir di dalam Cincin Penyimpanannya sebagai kartu as darurat.
"Babak pertama: Pengalihan Isu," gumamnya.
Dia berbalik, menatap ke arah lorong utama yang menanjak curam menuju inti gunung berapi.
"Dan sekarang, mari kita kunjungi tetangga di lantai atas."
Gunung Kabut Merah - Ruang Bawah Tanah.
Lu Changzu bergerak seperti hantu. Universe Swallowing Breath dalam mode penyembunyian menekannya hingga titik nol absolut. Dia bukan lagi entitas hidup; dia hanyalah sebutir debu yang terbawa angin panas.
Di atas sana, di permukaan, ratusan Tetua dan Tetua Agung sedang sibuk mengaktifkan Formasi Tiga Gunung Penyegel Surga. Mereka memusatkan seluruh perhatian mereka ke langit dan perimeter luar, paranoid terhadap serangan dari Kekaisaran Great Ming atau sekte lain.
Mereka lupa melihat ke bawah kaki mereka.
"Arogansi klasik," batin Lu Changzu sambil meluncur melewati celah stalaktit. "Mereka membangun benteng baja di angkasa, tapi membiarkan pintu belakangnya terbuka lebar hanya karena mereka pikir 'tidak ada yang bisa bertahan hidup di jalur magma'."
Ting.
Sebuah getaran halus merambat melalui Thousand Domain Physique-nya.
"Resonansi ditemukan. Jarak: 3 Kilometer vertikal."
Itu adalah getaran dari Api Logam Kristal. Api 4-Dimensi itu memancarkan frekuensi unik yang membuat ruang di sekitarnya bergetar ketakutan.
Lu Changzu mempercepat langkahnya. Dia tidak berlari; dia meluncur, memanipulasi gravitasi lokal dengan rune darah di kakinya.
Sepuluh menit kemudian, dia sampai.
Dia berhenti tepat di bawah lantai batu giok api yang sangat tebal. Di atasnya, dia bisa merasakan kehadiran aura yang sangat kuat dan tidak stabil.
Ketua Sekte Lembah Merah, Quan Huaxi. Emperor Tahap 4 Akhir.
Lu Changzu menempelkan telinganya ke batu panas itu. Dengan bantuan Jarum Semesta yang dia gunakan sebagai sonar, dia bisa "melihat" apa yang terjadi di atas.
Di dalam ruangan meditasinya yang luas, Quan Huaxi terlihat gelisah. Meskipun dia adalah salah satu makhluk terkuat di wilayah ini, setara dengan monster tua, matanya terus bergerak liar ke sekeliling ruangan. Keringat dingin menetes di wajah tuanya yang keriput namun penuh wibawa.
"Mereka tidak bisa dipercaya..." gumam Quan Huaxi, suaranya bergetar karena paranoid. "Douma... para Tetua Agung... mereka semua serigala lapar. Jika mereka tahu aku gagal menyerap api ini dan melemah, mereka pasti akan menusukku dari belakang untuk merebut posisiku."
"Aku butuh jaminan. Aku butuh perlindungan mutlak."
Quan Huaxi merogoh jubahnya, mengeluarkan sebuah artefak berbentuk cangkang kura kura emas kuno.
"Formasi Mutlak: Cangkang Kura-kura Surgawi."
ZING!
Kubus itu dilemparkan ke udara. Sinar keemasan meledak, membentuk dinding energi padat yang melapisi dinding, langit-langit, dan pintu masuk ruangan itu.
Lu Changzu, yang mengamati dari bawah, menyipitkan matanya.
"Wow," bisik Lu Changzu kagum. "Itu formasi pertahanan tingkat tinggi. Sebesar ruangan, tapi kepadatannya luar biasa. Bahkan serangan Emperor Tahap 5 Puncak pun tidak akan bisa menembus dinding emas itu dengan mudah."
Quan Huaxi di atas tersenyum lega melihat dinding emas itu. Dia merasa aman di dalam kepompongnya. Dia mengisolasi dirinya dari dunia luar, bahkan dari para tetuanya sendiri.
"Sempurna. Tidak ada yang bisa masuk. Tidak ada yang bisa menggangguku," desis Quan Huaxi.
Namun, Lu Changzu di bawah tanah tersenyum miring. Senyum yang meremehkan namun penuh kemenangan.
"Kau benar, Pak Tua. Dinding dan atapmu tak tertembus. Tapi kau melupakan satu hal dasar dalam geometri pertahanan."
Lu Changzu mengetuk langit-langit gua di atas kepalanya—yang merupakan bagian bawah lantai ruangan Quan Huaxi.
"Kau tidak melapisi lantainya."
Formasi Cangkang Kura-kura Surgawi hanya membentuk kubah. Quan Huaxi, karena terlalu percaya pada panasnya magma di bawah tanah sebagai penghalang alami dan posisinya yang tinggi, tidak memperluas formasi itu ke bawah lantai. Dia berpikir tidak ada makhluk hidup yang bisa mendekat dari bawah tanpa terdeteksi atau terbakar oleh magma suci.
"Kesalahan fatal," gumam Lu Changzu. "Paranoidmu menyelamatkanmu dari teman-temanmu, tapi kebodohanmu membukakan pintu untukku."
Lu Changzu duduk bersila, menempel di langit-langit gua bawah tanah itu seperti kelelawar. Dia tidak langsung menyerang. Dia menunggu.
Di atas, Quan Huaxi mulai tenang. Dia merasa aman di dalam cangkangnya. Auranya yang setingkat Emperor Tahap 4 Akhir mulai stabil, bersiap untuk memulai proses penyerapan yang berbahaya.
"Sabar," Lu Changzu memejamkan mata, mengatur napasnya agar sinkron dengan detak jantung magma. "Tunggu sampai dia membuka jiwanya untuk menerima api itu."
Permukaan - Pos Murid Inti Sektor Barat.
Suasana malam yang tenang di pos penjagaan Zhang Kuang (Pengguna Kapak Ganda) hancur berantakan.
"SERANGAN! SERANGAN IBLIS!"
Teriakan panik terdengar di mana-mana. Pos penjagaan itu terbakar hebat.
Zhang Kuang melompat keluar dari tendanya, memegang sepasang kapak raksasa. Wajahnya merah karena marah.
"Siapa yang berani mengganggu tidurku?!" raungnya.
Di tengah kobaran api, dia melihat sosok berjubah hitam dengan topeng angka '3'. Sosok itu sedang mencabik-cabik seorang murid dalam dengan tangan kosong. Tubuh murid itu terbelah dua seperti kertas basah.
"Iblis liar?!" Zhang Kuang mendengus meremehkan. "Hanya Master Tahap 3? Kau cari mati!"
Zhang Kuang, seorang Master Tahap 5 Awal dengan kekuatan fisik yang luar biasa, melompat. Kapaknya berayun turun dengan kekuatan membelah gunung.
"TEKNIK KAPAK PEMBELAH BUMI!"
CLANG!
Suara benturan logam yang memekakkan telinga terdengar.
Mata Zhang Kuang melotot.
Kapaknya... ditahan.
Boneka Nomor 3 itu tidak menghindar. Ia menahan bilah kapak Zhang Kuang dengan lengan kirinya. Lengan jubahnya robek, memperlihatkan kulit yang terbuat dari logam hitam kusam. Tidak ada darah. Hanya ada goresan putih kecil di logam itu.
"Apa?!" Zhang Kuang ternganga. "Tubuh macam apa itu?! Itu artefak Grandmaster!"
Boneka itu tidak menjawab. Di balik topengnya, mata hitam pekat tanpa jiwa menatap Zhang Kuang.
Tangan kanan boneka itu melesat maju, menusuk ke arah perut Zhang Kuang.
"Sial!" Zhang Kuang melompat mundur, tapi dia kalah cepat. Jari-jari besi boneka itu merobek zirah kulitnya, meninggalkan luka cakar yang dalam di perutnya.
"SIAPA KAU SEBENARNYA?!" teriak Zhang Kuang panik.
Boneka itu tidak bicara. Ia hanya menerjang lagi, kali ini lebih cepat, lebih buas. Ia tidak peduli pertahanan. Ia membiarkan Zhang Kuang memukulnya berkali-kali, hanya untuk mendapatkan satu kesempatan memukul balik.
Ini bukan pertarungan. Ini adalah teror psikologis. Melawan musuh yang tidak bisa mati dan tidak bisa merasakan sakit.
"Bantu aku! Serang dia bersama-sama!" teriak Zhang Kuang pada ratusan murid bawahannya.
Mereka mengepung Boneka Nomor 3. Pedang, tombak, dan bola api menghujani tubuh boneka itu.
Boneka itu berhenti bergerak. Tubuhnya penuh luka, satu lengannya bengkok.
"Hah... hah... akhirnya," Zhang Kuang tertawa, napasnya memburu. "Hancurkan dia!"
Tiba-tiba, rune merah menyala di dada boneka itu.
Lu Changzu, dari kejauhan, membisikkan satu kata: "Boom."
KA-BOOOOOM!
Boneka Nomor 3 meledak.
Itu bukan ledakan bubuk mesiu. Inti boneka itu berisi Kristal Inti Beast Badak Neraka yang telah dimodifikasi Lu Changzu menjadi tidak stabil.
Gelombang kejut ledakan itu menyapu radius satu kilometer.
Zhang Kuang, yang berdiri paling dekat, tidak sempat berteriak. Tubuhnya, kapaknya, dan ambisinya, semuanya menguap menjadi kabut merah dalam sepersekian detik. Ratusan murid di sekitarnya hancur berkeping-keping.
Pos Sektor Barat... dihapus dari peta.
Kejadian serupa terjadi di Sektor Timur.
Zhao Ming, ahli racun, sedang tertawa saat menyemprotkan racun korosif ke arah Boneka Nomor 5.
"Hahaha! Racunku akan melelehkan tulangmu!"
Namun, boneka itu berjalan menembus kabut racun tanpa melambat sedikit pun. Tubuh logamnya kebal terhadap racun biologis.
Boneka Nomor 5 memeluk Zhao Ming dengan erat. Pelukan kematian.
"Lepas! Panas! Kenapa tubuhmu panas?!" Zhao Ming menjerit.
Rune di dada boneka itu bersinar.
BOOOM!
Zhao Ming tewas seketika, tubuhnya hancur bersama boneka itu, meninggalkan kawah menganga di sisi tebing.
Puncak Komando - Markas Qin Huolin.
Qin Huolin berdiri di balkon istana sementaranya, menatap langit malam yang kini dihiasi oleh pilar-pilar api ledakan dari berbagai penjuru.
Wajahnya pucat pasi. Tangannya mencengkeram pagar balkon hingga hancur menjadi debu.
"Laporan! Sektor Barat hancur! Tuan Zhang Kuang tewas!"
"Laporan! Sektor Timur meledak! Tuan Zhao Ming tidak ditemukan!"
"Laporan! Pasukan musuh tidak teridentifikasi! Mereka kebal senjata dan meledakkan diri!"
Qin Huolin meraung. "DIAM! AKU BISA MELIHATNYA SENDIRI!"
Tiba-tiba, bayangan hitam jatuh di depannya.
Boneka Nomor 1.
Boneka itu mendarat di balkon, tepat di depan Qin Huolin. Ia berbeda dari yang lain. Aura boneka ini lebih tajam, lebih menyerupai manusia.
"Kau..." Qin Huolin mencabut pedang besarnya. Aura Grandmaster Tahap 2-nya meledak, menciptakan badai api di sekitar balkon. "Kau dalangnya? Kau yang mengirim tikus-tikus itu?"
Boneka Nomor 1 memiringkan kepalanya. Tidak ada suara. Ia hanya mengangkat jari telunjuknya, lalu mengarahkannya ke leher Qin Huolin dengan gerakan memotong.
Provokasi.
"MATI KAU, ANJING!"
Qin Huolin menebas. Pedang besarnya diselimuti api Grandmaster yang bisa melelehkan baja.
TRANG!
Boneka Nomor 1 menangkis dengan kedua tangannya yang disilangkan.
KRAK. Tulang lengan boneka itu retak, tapi tidak putus. Kualitas Bijih Besi Hampa menahan serangan Grandmaster itu.
"Keras sekali!" batin Qin Huolin kaget.
Boneka itu memanfaatkan momentum untuk menendang dada Qin Huolin.
BUGH!
Qin Huolin terdorong mundur dua langkah. Rasa sakit menjalar di dadanya.
"Kau melukaiku?" Mata Qin Huolin memerah total. Kehormatannya sebagai Murid Inti Peringkat 1 tercoreng. "AKU AKAN MENCABIKMU!"
Pertarungan itu brutal. Qin Huolin mengeluarkan seluruh kemampuannya. Istana di sekitarnya hancur lebur terkena dampak pertarungan.
Akhirnya, setelah sepuluh menit pertarungan intens, Qin Huolin berhasil memenggal kepala Boneka Nomor 1.
"Hah... hah... Sampah tetaplah sampah," Qin Huolin berdiri di atas tubuh boneka itu, napasnya tersengal, darah mengalir dari luka di bahunya.
Namun, kepala boneka yang terpenggal itu... matanya tiba-tiba menyala merah.
Dan dadanya berbunyi. Beep... Beep... Beep...
Mata Qin Huolin membelalak horor. "Tidak..."
Dia melompat mundur sekuat tenaga, mengaktifkan semua artefak pelindungnya.
BLARRRRRR!
Ledakan Boneka Nomor 1 jauh lebih dahsyat dari yang lain. Itu adalah ledakan inti ganda.
Istana Komando di puncak tebing itu runtuh total. Puing-puing berapi menghujani lembah di bawahnya.
Dari balik asap tebal, Qin Huolin merangkak keluar. Zirah emasnya hancur separuh. Wajahnya hangus sebelah. Dia batuk darah, tapi dia masih hidup. Pondasi Grandmaster-nya menyelamatkannya dari kematian, tapi dia terluka parah.
"Huolin! Kakak Senior!"
Si Kembar Magma, Hong Er dan Hong San, mendarat di dekatnya dengan wajah ketakutan. Mereka baru saja lari dari Sektor Selatan yang juga diserang.
"Mereka... mereka monster..." isak Hong Er. "Mereka tidak mati! Mereka bom berjalan!"
Qin Huolin berdiri dengan susah payah, bersandar pada sisa pedangnya. Matanya menyapu lembah yang kini menjadi lautan api.
"Kumpulkan..." suaranya serak, penuh kebencian. "Nyalakan Suar Darurat Sekte. Kumpulkan semua murid inti yang masih hidup di sini. Kita buat garis pertahanan terakhir."
Dia melihat ke arah utara. Ke arah Hutan Kabut.
"Di mana Yanran?! Kenapa Sektor Utara sunyi?!"
Sektor Utara - Hutan Kabut.
Di sini, suasananya berbeda. Tidak ada ledakan besar. Tapi ada sandiwara yang sempurna.
Liu Yanran berdiri di tengah hutan, pedangnya berlumuran darah (darah Beast yang dia bunuh sendiri). Jubahnya sengaja dia robek di beberapa bagian untuk menunjukkan "perjuangan keras". Napasnya dibuat memburu.
Di sekitarnya, puluhan murid bawahannya tergeletak mengerang kesakitan—hasil karya Yanran sendiri yang memukul mereka "secara tidak sengaja" agar terlihat seperti korban perang, tapi tidak membunuh mereka.
Lu Changzu tidak ada di sana. Tapi kehadirannya terasa melalui sebuah plat tembaga panas yang tersembunyi di balik obi pinggang Yanran.
Suara Lu Changzu, tenang dan dingin, terdengar langsung di pikiran Yanran melalui plat itu.
"Aktingmu bagus, Sayang. Pertahankan ekspresi panik itu. Jangan terlalu cantik, terlihatlah putus asa."
Yanran menggigit bibirnya, menahan getaran di tubuhnya. Dia melihat suar merah di langit selatan—tanda panggilan darurat Qin Huolin.
"Mereka memanggil," bisik Yanran pada angin. "Huolin masih hidup."
"Tentu saja dia hidup. Jika dia mati sekarang, siapa yang akan menjadi kambing hitamku nanti? Dia harus hidup untuk disalahkan atas kegagalan pertahanan sekte," jawab suara Lu Changzu di kepalanya, terkekeh pelan.
"Dengar instruksiku, Yanran. Pergi ke sana. Bergabunglah dengan mereka. Pasang wajah paling sedih yang bisa kau buat."
"Tapi... bagaimana denganmu? Huolin pasti akan bertanya di mana 'Pasangan Dao'-ku yang lemah itu."
Hening sejenak. Lalu suara Lu Changzu terdengar lebih rendah, lebih gelap.
"Bilang padanya... aku mati."
"Katakan padanya, saat musuh menyerang Sektor Utara, aku, Chang Zulu yang bodoh dan cinta mati padamu, mengorbankan diriku untuk menahan serangan musuh agar kau bisa selamat. Buat cerita yang heroik. Buat cerita yang tragis."
"Kematianku akan membuat alibimu sempurna. Tidak ada yang mencurigai janda yang sedang berduka."
Yanran tertegun. Rencana ini... jahat, tapi brilian.
"Aku... aku mengerti," kata Yanran. Dia mengambil sedikit debu dan darah, mengusapkannya ke wajahnya untuk menambah efek dramatis. Air mata buatan mulai menggenang di matanya.
"Tunggu aku, Tuan," bisiknya.
Dia melesat terbang menuju Puncak Komando, meninggalkan "kuburan" imajiner kekasihnya di Hutan Kabut.
Kembali ke Bawah Tanah.
Suasana di atas sudah kacau balau sesuai rencana. Perhatian seluruh sekte—termasuk Ketua Sekte yang sedang meditasi di atas—sedikit terganggu.
Lu Changzu merasakan fluktuasi aura di atasnya.
"Auranya bergetar," gumam Lu Changzu, membuka matanya di kegelapan. "Quan Huaxi merasakan getaran ledakan di permukaan. Konsentrasinya pecah 0,5%."
"Itu celah yang cukup."
Di atas sana, Quan Huaxi baru saja mulai menarik Api Logam Kristal itu ke dalam tubuhnya. Proses asimilasi dimulai.
Lu Changzu berdiri. Dia mengeluarkan Tungku Tiga Warna-nya.
Tapi kali ini, dia tidak memasukkan obat.
Dia mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan hijau pekat yang berbau amis—Racun Korosif Jiwa Ular Sembilan Kepala yang dia beli dari pasar gelap Great Ming.
Dan dia mencampurnya dengan setetes darahnya sendiri yang mengandung Sifat Iblis.
"Bumbu rahasia untuk sup Ketua Sekte," Lu Changzu tersenyum lebar, senyum yang mencapai telinganya.
Dia menempelkan tangannya ke langit-langit gua. Menggunakan Teknik Penetrasi Tanah yang dia pelajari dari elemen tanah Lin Xuya, dia membuat saluran mikro—seukuran jarum—yang menembus lantai batu giok di atas, langsung menuju ke tengah formasi tempat Quan Huaxi duduk.
"Selamat makan, Yang Mulia."
Lu Changzu menyuntikkan campuran racun dan darah iblis itu ke atas menjadi Uap racun lalu menyatu dengan uap Api Logam Kristal, tidak terlihat, tidak berbau, tapi mematikan.
Saat Quan Huaxi menghirup "esensi api" itu, dia juga akan menghirup kehancurannya sendiri , efeknya memang tidak cepat namun semakin lama akan semakin parah , pondasinya akan terkorosi waktu demi waktu.
Lu Changzu mundur selangkah, membersihkan tangannya seolah baru selesai memasak.
"Rencana kedua: Operasi Penggantian Raja... dimulai."
Tiba tiba sebuah serangan melesat ke arah changzu , muncul 3 orang dari lorong labirin bawah.
"Hei , chang zulu , kau ternyata penghianat juga ya...."teriak seorang pria yang wajahnya masih tertutup kabut.
Lu changzu tersenyum , didepannya 3 orang grandmaster mulai menampilkan wajah.
Bersambung...