NovelToon NovelToon
Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kutukan / Kebangkitan pecundang / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:57
Nilai: 5
Nama Author: Dhimas21

Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Pengadilan dan Bayangan Pengkhianatan

Saat Alistair, Lyra, Merlin, Baruk, dan penyihir dari Ordo Cahaya—yang memperkenalkan dirinya sebagai Elara—tiba di kuil megah Ordo Cahaya, suasana di sekitarnya terasa sakral dan penuh kedamaian. Aroma dupa dan lilin memenuhi udara, menciptakan aura ketenangan yang kontras dengan kekacauan yang baru saja mereka alami.

Valerius, yang masih tidak sadarkan diri, dibawa ke ruang pengadilan utama, sebuah ruangan besar dengan langit-langit tinggi dan dinding-dinding yang dihiasi dengan simbol-simbol suci. Anggota Ordo Cahaya, para penyihir dan penyihir yang kuat, berkumpul di ruangan itu, menatap Valerius dengan tatapan jijik dan marah.

Alistair, Lyra, Merlin, dan Baruk duduk di bangku saksi, menunggu dimulainya persidangan. Elara berdiri di depan mereka, memberikan senyum yang menenangkan.

"Kalian telah melakukan yang terbaik," kata Elara. "Kalian telah membawa Valerius ke hadapan keadilan. Sekarang, biarkan Ordo Cahaya yang menyelesaikan sisanya."

"Apa yang akan terjadi padanya?" tanya Alistair, merasa khawatir. "Apakah dia akan dihukum mati?"

"Itu tergantung pada bukti yang akan kami temukan," jawab Elara. "Tapi, jangan khawatir. Valerius akan menerima hukuman yang setimpal dengan kejahatannya."

Persidangan pun dimulai. Anggota Ordo Cahaya mengajukan berbagai macam bukti yang memberatkan Valerius. Mereka menunjukkan catatan tentang eksperimen sihir gelap yang ia lakukan, kesaksian dari para korban yang ia siksa, dan bukti tentang rencananya untuk menguasai dunia.

Valerius, yang akhirnya sadar, membantah semua tuduhan itu. Ia mengatakan bahwa ia tidak bersalah dan bahwa ia telah dijebak oleh musuh-musuhnya.

"Kalian semua bodoh!" teriak Valerius. "Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan. Saya adalah satu-satunya yang bisa melindungi dunia ini dari kegelapan yang lebih besar. Jika kalian membunuh saya, kalian akan melepaskan kekuatan yang tidak bisa kalian kendalikan."

Kata-kata Valerius membuat Alistair merasa tidak nyaman. Ia mulai meragukan apakah mereka telah melakukan hal yang benar dengan menangkap Valerius.

"Jangan dengarkan dia," kata Elara kepada Alistair. "Valerius hanya mencoba untuk menakut-nakuti kita. Dia adalah seorang pembohong dan manipulator. Kita tidak boleh membiarkan dia lolos dari hukuman."

Persidangan berlanjut selama berjam-jam. Akhirnya, anggota Ordo Cahaya mencapai keputusan. Mereka memutuskan bahwa Valerius bersalah atas semua kejahatan yang dituduhkan kepadanya.

"Valerius," kata pemimpin Ordo Cahaya, seorang penyihir tua yang bijaksana. "Kamu telah dinyatakan bersalah atas semua kejahatanmu. Kamu akan dihukum dengan pengasingan abadi ke Dimensi Kegelapan. Di sana, kamu akan menderita selamanya."

Valerius menjerit marah saat ia dibawa pergi oleh para penjaga. Ia berteriak dan mengutuk, tetapi tidak ada yang mendengarkannya.

Setelah persidangan selesai, Alistair, Lyra, Merlin, dan Baruk diundang untuk menghadiri perjamuan yang diadakan oleh Ordo Cahaya. Mereka duduk di meja panjang yang dipenuhi dengan makanan dan minuman yang lezat.

"Kalian telah melakukan pekerjaan yang luar biasa," kata pemimpin Ordo Cahaya kepada mereka. "Kalian telah membawa Valerius ke hadapan keadilan dan menyelamatkan dunia dari ancamannya. Kami berterima …kasih atas bantuan kalian."

"Kami senang bisa membantu," jawab Alistair. "Tapi, saya masih merasa khawatir. Valerius mengatakan bahwa ada kegelapan yang lebih besar di luar sana. Apakah itu benar?"

Pemimpin Ordo Cahaya menghela napas. "Sayangnya, itu benar," jawabnya. "Valerius hanyalah salah satu dari banyak ancaman yang mengintai di kegelapan. Ada kekuatan yang lebih jahat dan lebih kuat yang ingin menghancurkan dunia ini."

"Kekuatan apa itu?" tanya Lyra, merasa khawatir.

"Kami tidak tahu pasti," jawab pemimpin Ordo Cahaya. "Tapi, kami tahu bahwa kekuatan itu semakin kuat setiap hari. Kami harus bersiap untuk menghadapinya."

"Apa yang bisa kami lakukan?" tanya Merlin.

"Kalian bisa membantu kami," jawab pemimpin Ordo Cahaya. "Kalian adalah pejuang yang kuat dan berpengalaman. Kami membutuhkan kalian untuk membantu kami melawan kegelapan."

Alistair, Lyra, dan Merlin saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi dunia. Mereka tidak bisa menolak tawaran Ordo Cahaya.

"Kami akan membantu kalian," kata Alistair. "Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk mengalahkan kegelapan."

"Bagus," kata pemimpin Ordo Cahaya, tersenyum. "Saya senang mendengar itu. Sekarang, mari kita nikmati perjamuan ini dan merayakan kemenangan kita."

Saat mereka menikmati perjamuan, Alistair tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang mengganggunya. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Ia tidak tahu apa itu, tetapi ia tahu bahwa ia harus berhati-hati.

Setelah perjamuan selesai, Alistair memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kuil. Ia ingin menjernihkan pikirannya dan mencari tahu apa yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Saat ia berjalan melewati salah satu koridor kuil, ia mendengar suara-suara yang datang dari sebuah ruangan yang tertutup. Ia mendekati ruangan itu dan menguping percakapan di dalamnya.

"Apakah kamu yakin kita melakukan hal yang benar?" tanya sebuah suara yang familiar.

"Kita tidak punya pilihan lain," jawab suara yang lain. "Valerius terlalu berbahaya. Jika kita membiarkannya hidup, dia akan menghancurkan kita semua."

Alistair mengenali suara-suara itu. Itu adalah suara Elara dan pemimpin Ordo Cahaya.

"Tapi, apa yang akan terjadi jika apa yang dia katakan itu benar?" tanya Elara. "Apa yang akan terjadi jika ada kegelapan yang lebih besar di luar sana?"

"Kita tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai kita," jawab pemimpin Ordo Cahaya. "Kita harus percaya pada diri sendiri dan pada kekuatan cahaya. Kita akan mengalahkan kegelapan, apa pun yang terjadi."

Alistair terkejut mendengar percakapan itu. Ia menyadari bahwa Elara dan pemimpin Ordo Cahaya menyembunyikan sesuatu darinya. Mereka tahu tentang ancaman yang lebih besar, tetapi mereka tidak memberitahunya.

Alistair memutuskan untuk menghadapi Elara dan pemimpin Ordo Cahaya. Ia membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalam.

Elara dan pemimpin Ordo Cahaya terkejut melihat Alistair. Mereka mencoba untuk menyembunyikan ekspresi mereka, tetapi Alistair bisa melihat bahwa mereka merasa bersalah.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Alistair?" tanya Elara, mencoba untuk tetap tenang.

"Saya mendengar percakapan kalian," jawab Alistair. "Saya tahu bahwa kalian menyembunyikan sesuatu dari saya. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Elara dan pemimpin Ordo Cahaya saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa berbohong kepada Alistair.

"Baiklah," kata pemimpin Ordo Cahaya. "Kami akan memberitahumu segalanya."

Pemimpin Ordo Cahaya menjelaskan kepada Alistair tentang ancaman yang lebih besar yang mengintai di kegelapan. Ia mengatakan bahwa ancaman itu adalah seorang penyihir jahat bernama Mordath, yang ingin menghancurkan dunia dan menggantikannya dengan kegelapan abadi.

"Mordath adalah musuh yang sangat kuat," kata pemimpin Ordo Cahaya. "Dia memiliki kekuatan yang tak terbayangkan. Kita tidak bisa mengalahkannya sendirian."

"Kenapa kalian tidak memberitahu saya tentang ini sebelumnya?" tanya Alistair, merasa marah.

"Kami takut," jawab Elara. "Kami takut bahwa kamu tidak akan percaya kami. Kami takut bahwa kamu akan menyerah dan membiarkan Mordath menang."

"Kalian salah," kata Alistair. "Saya tidak akan pernah menyerah. Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa untuk mengalahkan Mordath dan menyelamatkan dunia."

"Kami tahu itu," kata pemimpin Ordo Cahaya. "Itulah kenapa kami memberitahumu sekarang. Kami membutuhkan bantuanmu, Alistair. Kamu adalah harapan terakhir kami."

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Alistair.

"Kamu harus mencari pedang suci Lightbringer," jawab pemimpin Ordo Cahaya. "Pedang itu adalah satu-satunya senjata yang bisa mengalahkan Mordath."

"Di mana saya bisa menemukan pedang itu?" tanya Alistair.

"Pedang itu disembunyikan di sebuah kuil kuno yang terletak di Hutan Terlarang," jawab pemimpin Ordo Cahaya. "Kuil itu dijaga oleh makhluk-makhluk yang mengerikan. Kamu harus berhati-hati."

"Saya akan pergi ke Hutan Terlarang," kata Alistair. "Saya akan menemukan Lightbringer dan mengalahkan Mordath."

"Hati-hati, Alistair," kata Elara. "Hutan Terlarang adalah tempat yang berbahaya. Banyak orang yang telah masuk ke sana dan tidak pernah kembali."

"Saya tahu," jawab Alistair. "Tapi, saya tidak punya pilihan lain. Saya harus melakukan ini."

Alistair mengucapkan selamat tinggal kepada Elara dan pemimpin Ordo Cahaya. Ia kemudian pergi mencari Lyra dan Merlin. Ia memberitahu mereka tentang apa yang telah ia pelajari dan tentang rencananya untuk pergi ke Hutan Terlarang.

"Kami akan pergi bersamamu," kata Lyra. "Kami tidak akan membiarkanmu pergi sendirian."

"Terima kasih," kata Alistair. "Saya senang kalian ada di pihakku."

Alistair, Lyra, dan Merlin bersiap untuk perjalanan mereka ke Hutan Terlarang. Mereka mengumpulkan perbekalan dan senjata mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan itu akan berbahaya, tetapi mereka siap untuk menghadapi apa pun.

Saat mereka bersiap untuk pergi, Baruk mendekati mereka.

"Saya ingin ikut dengan kalian," kata Baruk.

"Kamu yakin?" tanya Alistair. "Hutan Terlarang adalah tempat yang berbahaya. Kamu bisa mati di sana."

"Saya tahu," jawab Baruk. "Tapi, saya ingin membantu kalian. Saya berutang budi kepada kalian karena telah menyelamatkan hidup saya. Saya ingin membalas budi itu."

"Baiklah," kata Alistair. "Kamu bisa ikut dengan kami."

Alistair, Lyra, Merlin, dan Baruk meninggalkan Silverwood dan memulai perjalanan mereka ke Hutan Terlarang. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi musuh yang sangat kuat. Tapi, mereka tidak takut. Mereka memiliki harapan dan tekad untuk mengalahkan Mordath dan menyelamatkan dunia.

Namun, tanpa mereka ketahui, seseorang mengamati kepergian mereka dari kejauhan. Sosok berjubah hitam itu menyeringai sinis.

"Pergilah," bisik sosok itu. "Masuklah ke dalam perangkapku. Di sana, kalian akan mati dan Mordath akan menang."

Sosok itu menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan Silverwood dalam bayangan pengkhianatan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!