Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Dia
Rajendra menyelam dengan cepat. Entah bagaimana caranya ia dapat menyelam didalam air dengan waktu yang cukup lama.
Ia melihat jika ada seekor ikan mas yang berukuran sangat besar dengan sisiknya yang berkilauan sedang berenang mengitarinya, dan hal tersebut adalah membuatnya dengan cekatan menangkapnya.
Ia akan menjadikan ikan tersebut untuk santapan makan siangnya.
Saat ia mendapatkan ikan buruannya, ia menyembulkan kepalanya ke permukaan air, namun sialnya ia berada tepat disisi tubuh Wulan Ningrum yang polos tanpa penutup apapun.
Gadis itu sedang mengapung diair dengan matanya yang terpejam.
Wulan Ningrum tampak menikmati mandinya dan bertujuan untuk menghilangkan penat ditubuhnya hingga tidak menyadari seseorang berada disisinya.
Sosok Rajendra tersentak kaget. Ia merasa bingung, bagaimana bisa ia menemukan seorang gadis cantik didalam goa, sendirian, dan tanpa busana?
"Apakah dia jin?" gumam Rajendra dalam hatinya. Tapi sialnya, gadis itu tampak nyata dan ia melihat detak jantung yang naik turun terlihat didada kirinya.
"Aku sepertinya merasakan jika jantungku tidak aman. Ia sangat cantik, dan juga mempesona, hanya saja, ia manusia asli atau manusia jadi-jadian?. Semakin lama Rajendra berdiri didekat sang gadis, semakin kuat pula membuatnya gugup dan tak berdaya.
Saat ia masih dalam kebingungannya, tampak seekor Macan Kumbang sedang berlari dari arah lorong goa, dan hal itu membuat sang pemuda tersentak kaget, lalu spontan kembali menyelam dan menghilang, pergi meninggalkan sang gadis yang masih tampak bersantai.
Wuuuuusss
Macan Kumbang melemparkan sehelai kain berwarna hitam yang menutupi tubuh Wulan Ningrum dengan gerakan yang cepat.
"Hah!" gadis itu tersentak kaget. Ia menyudahi mandinya dan menatap sang Macan Kumbang yang menatapnya dengan marah.
"Jika kau mandi, kenakan penutup tubuh, tanpa harus bertelan-jang seperti itu!" ucapnya dengan penuh amarah.
Wulan Ningrum bergegas mengenakan lembaran kain hitam itu, dan menutupi tubuhnya, lalu beranjak naik ketas tepian ceruk.
"Maaf, Guru. Aku tidak tau jika kau akan hadir ke ceruk ini juga" ucapnya dengan rasa bersalah.
"Kau juga masih lemah. Kau tidak dapat memanfaatkan indera pendengaranmu untuk mendeteksi lawan yang datang, kau sangat ceroboh!" sang Macan Kumbang masih dengan amarahnya.
Sedangkan Wulan Ningrum masih tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sosok Macan Kumbang tersebut.
Wuuuussh
Sang Guru melemparkan sebilah pisau berkuran kecil dengan gerakan yang sangat cepat ke arah sang gadis.
Wulan bersigap menangkapnya, meski jemarinya tergores oleh benda tajam tersebut.
Setelah melakukan hal itu, Macan Kumbang berbalik arah, dan meninggalkan Wulan Ningrum yang baru saja diamuknya.
Sementara itu, Rajendra sudah tiba ditepian telaga. Ia menatap dinding batu yang berdiri kokoh dihadapannya.
"Apakah ini merupakan dinding goa? Lalu dimana pintunya? Mengapa terlihat sangat rapat?" gumamnya dengan rasa penasaran, sembari menatapnya dengan lekat.
Ia menenteng ikan mas hasil buruannya, dan masih dengan rasa penasaran sosok gadis yang tadi ditemuinya, ia berjalan dengan fikiran yang sangat kacau.
"Jika ia manusia, mengapa mengurung diri didalam goa? Terpisah dari hiruk pikuknya kesenangan dunia luar? Apakah ia seorang pertapa sakti?" Rajendra masih terus menduga-duga.
Bayangan wajah cantik sang gadis, membuatnya tak dapat lepas dari ingatannya.
Bukannkah ia akan dijodohkan oleh puteri bangsawan dan juga puteri Raja seberang? Tetapi ia memilih kabur dan mempermalukan keluarganya, sedangkan pastinya, para puteri yang menjadi kandidat pastinya sangat cantik rupawan, mengapa ia tak memilih salah satu diantara mereka, dan berdiam diri diistana?
Rajendra masih terngiang akan wajah cantik sang gadis misterius, serta kemolekan tubuhnya yang tampak begitu indah.
Ditengah rasa penasarannya, ia merasakan perutnya sangat lapar. Ia berniat untuk membersihkan ikan yang baru saja ditangkapnya.
Raden Rajendra meraih pedang dipinggangnya, lalu membersihkan ikan tersebut, dan memanggang ikan yang berukuran cukup besar itu, lalu meletakkannya dalam lempengan batu berbentuk datar sebagai wadahnya.
Aroma gurihnya tercium hingga ke indera penciumannya, ia memakannya dengan sangat lahap.
Saat bersamaan, sang Macan Kumbang tiba-tiba muncul dihadapannya, lalu menatapnya dengan tatapan penuh amarah.
Rajendra tersentak kaget, dan hampir saja tersedak telur ikan yang baru saja dikunyahnya.
"Kau mengagetkanku, dan datang dengan wajah yang sangat penuh amarah," ucap sang Pangeran dengan dadanya yang bergemuruh.
"Mengapa kau lancang sekali menyusup ke dalam goa?!" tanyanya dengan tatapan tajam penuh intimidasi.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak sengaja samapai kesana, aku hanya berniat mandi, dan ternyata telaga ini terhubung sampai ke dalam goa," jawab Rajendra dengan jujur. Ia kembali mencomot daging ikan dan memakannya.
"Jangan pernah lagi kau melakukan hal ceroboh itu!" pesan Macan Kumbang dengan nada penekanan.
"Tapi aku terpesona padanya. Siapa dia? Mengapa kau menyembunyikan gadis secantik itu disalam goa?" jawab Rajendra dengan rasa penasaran.
Macan Kumbang tanpak menggeram. Jika bukan karena suatu hal, sudah dipastikan ia akan mencabik wajah Rajendra yang banyak ingin tahu.
"Dia puteriku, dan jika kau sampai menyentuhnya, maka kau tidak akan selamat dari kuku tajamku." Macan Kumbang memperlihatkan kuku-kukunya yang tajam.
Sontak saja Rajendra tersentak kaget ia menghentikan makannya, lalu menatap sang Macan Kumbang dengan tatapan melongo.
"Hah?! Apa? Puterimu? Sejak kapan kamu bisa memiliki anak secantik itu? Itu manusia bukan hewan berkumis sepertimu," ucap Rajendra dengan terbahak.
Hal itu membuat Macan Kumbang menjadi geram, lalu menerkam Rajendra dengan kukunya yang tajam menekan tanah berumput, sehingga membuat ikan yang dipegangnya terlepas dari genggamannya.
"Kau fikir kau lucu?" ucap sang Macan Kumbang dengan penuh amarah.
Rajendra terdiam, dan tiba-tiba saja ia melakukan sebuah gerakan yang sangat cepat dan membuat Macan Kumbang membolakan matanya.
Rajendra menggelitik perut sang Macan Kumbang, hingga membuat hewan berbulu itu kegelian.
"Kau fikir aku tidak tahu apa kelemahanmu." ucap Rajendra yang merasa puas telah membalas perbuatan sang Macan Kumbang barusan.
Kucing besar itu kegelian, hingga terlentang, dan membuat Rajendra tertawa terpingkal.
Setelah berhasil mengerjai hewan tersebut, ia berbaring disisi sang Macan Kumbang, lalu menatap langit yang mulai memperlihatkan cahaya mentari yang mulai menyengat.
"Siapa namanya?" tanya Rajendra dengan rasa penasaran yang cukup besar.
Macan Kumbang masih terdiam. Meskipun Rajendra adalah pangeran, tetapi ia tak ingin siapapun mengetahui jati diri Wulan Ningrum, sebab gadis itu dalam bahaya, dan jika saja Bisrah mengetahuinya, maka nyawanya dan juga rencananya dalam membalaskan dendam pada keluarganya akan berantakan.
Meskipun terhadap orang yang dekat dan dikenal dengan baik, maka tidak perlu membuka rahasia dengan gamblang, waspada itu perlu.
Ibarat memiliki teman dekat, jangan membuak semua rahasiamu pada mereka, sebab suatu saat ketika ada pertikaian, maka itu akan menjadi senjatanya untuk melumpuhkanmu.
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭