zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh dua
Buk nur melangkah tergopoh, meraih handle pintu kamar zahra. Ethan memintanya mengantarkan zahra ke kamar pria itu, wajah tuanya terlihat cemas.
Matanya menatap sendu, melihat gadis itu sedang melaksanakan salat maghribnya, wanita tua itu duduk di atas ranjang menunggu zahra selesai salat.
"ada apa buk nur?" tanya zahra tersenyum sendu, tangannya melipat mukenah dan sajadahnya meletakkan di atas ranjang. Rambut panjang sepinggang zahra terurai indah. Buk nur menatap takjub, ternyata gadis mungil ini sangat cantik. Wajahnya yang oval, dengan lesung pipi di kedua pipinya. Hidungnya yang kecil namun mancung, bibirnya yang pink alami dengan bentuk hati, di tambah bulu matanya yang panjang dan lentik.
"hmmmmm, pantas saja tuan ethan sedikit terusik" bisik buk nur terdengar lirih.
"ibu barusan ngomong apa?" zahra mengernyitkan keningnya penasaran.
"tidak ada nak," geleng buk nur cepat, wanita berdiri.
"tuan ethan memintamu kekamarnya"
Mata zahra membeliak lebar, pendar mata indahnya terlihat memudar. Sudut mata zahra langsung mengembun dan berkaca-kaca
"buk..tak bisakah ibu menolongku?"
"ra.." panggil buk nur lembut mencengkeram kedua pundak zahra.
"kamu memohon ampun pada tuan ethan, menurut ibu dia hanya sedikit marah padamu, semoga hatinya terbuka.."
"buk..." zahra mengerjab-erjabkan matanya yang berkabut, setitik air yang mengembun di sudut mata indahnya, jatuh di pipi ranumnya.
"aku lebih baik mati buk.."
"ibu paham raa.." angguk buk nur, mata tuanya terlihat sedih,
"ibu rasa tuan hanya marah padamu, tapi ibu nggak tahu apa sebabnya, makanya ibu minta padamu, rendahkan dirimu. Tunjukkan kamu hormat padanya"
"tak bisakah ibu meracuniku atau mem*tong urat nadiku?"
"kamu gila raa.." seru buk nur kaget, kepalanya menggeleng tak habis pikir.
"ikuti saja saran ibu tadi, semoga tuan ethan tidak sekejam itu"
Buk nur menyematkan jilbab berwarna hitam itu ke kepala zahra yang terlihat putus asa, air mata zahra tak henti mengalir.
"ayoo.." tangannya ditarik buk nur, zahra mengikuti langkah wanita baik itu tanpa semangat.
Air mata zahra semakin deras berjatuhan, ia berdiri tepat di depan kamar pria itu, dengan buk nur yang sibuk mengusap air matanya.
"Allah pasti akan menolongmu raa, berdoalah nak" bisik wanita tua itu menguatkan, tangannya meraih handle pintu kamar tidur ethan perlahan, dengan pelan dan tatapan iba buk nur mendorong tubuh zahra masuk.
Nafas zahra seakan berhenti sesaat, pria itu duduk di sofa sudut kamar, memakai piyama dan menatap zahra lekat. Mata elangnya terlihat seperti ingin menelanjangi zahra yang berdiri gemetar ketakutan, pria itu berdiri melangkah perlahan menghampiri zahra yang semakin bergetar hebat.
Air mata zahra tak berhenti mengalir, walau dari mulutnya tak terdengar suara isakan.
Pria itu semakin mendekatinya, zahra memejamkan matanya kuat, kedua tangan meremas pakaiannya yang sudah basah oleh keringat. Zahra tak henti melafadzkan doa apapun yang dia tahu dan ingat,
"kenapa kamu masih memakai kain ini?" tanya pria itu seraya mengibaskan jilbab di kepala zahra,
"kamu buka sendiri atau aku yang membukanya?"
"tuan.." suara zahra yang gemetaran terdengar menyedihkan,
"ampuni aku tuan.."
Zahra menjatuhkan tubuhnya kembali bersimpuh di depan kaki pria itu, ethan sampai mundur selangkah. Rasa terkejut menghampirinya, menatap wajah zahra yang terlihat sangat putus asa.
Ethan merasakan hal aneh dalam hatinya, untuk gadis yang bersimpuh di hadapannya ini, kenapa tak ada rasa iba di hatinya, namun ada rasa yang sangat asing menganggu, sejak awal ia melihat zahra.
Ada dorongan di dalam dadanya yang sedang mati-matian di tahannya, yah ia bukanlah pria kolot, sudah banyak wanita yang ia tiduri di luar sana, namun tak ada yang menghasilkan rasa seperti yang ia rasakan saat ini pada gadis yang sedang memohon ampunannya.
Ethan susah payah menahan keinginannya pada zahra yang terlihat lemah, ia menyadari rasa ini sudah ada sejak dirinya melihat zahra keluar dari mobil mister david.
Ethan mencangkung di depan zahra yang tertengadah, menatapnya.
Bibir wanita itu seperti menantangnya, ethan kesusahan menahan hasrat yang tiba-tiba menyeruak.
Tatapan zahra yang mengerjab memohon ampun, dengan air mata yang berlinangan.
"damn.." gerutunya kesal, sungguh menantang kelaki-lakiannya.
"tuan aku mohon ampuni aku.."
Ethan melirik, ia ingin mengabaikan rasa yang tiba-tiba menganggu hatinya tadi, dengan sekali tarik jilbab zahra terbuka.
Zahra memekik kaget, rambutnya ikut terurai karena tarikan kasar ethan di jilbabnya.
Ethan terkesima, gadis ini sangat cantik. Rambutnya yang harum terurai, memancing hasrat kelelakiannya.
Ethan berdiri sembari menarik tangan zahra untuk berdiri, dengan sedikit dorongan tubuh zahra terjajar di dinding kamar.
Ethan terpesona, matanya membola. Tangisan zahra membuatnya iba namun juga membangkitkan sesuatu yang asing di dalam hatinya,
Beberapa kali terlihat jakunnya turun naik, melihat kulit putih zahra yang mulus, lehernya yang terlihat jenjang apalagi saat gadis itu memalingkan wajahnya.
"look at me zahra..!, kalau kamu berharap ampunanku lihat aku" suara parau ethan terdengar berat.
Dengan memberanikan diri, zahra menatap nyalang wajah ethan yang berada tepat di hadapannya, pria itu menunduk merendahkan kepalanya agar sejajar dengan tinggi zahra.
Air mata zahra tak berhenti mengalir, walau ia takut namun zahra yakin sampai saat-saat terakhir ia harus mampu menjaga dan melindungi dirinya sendiri.
Tatapan mata elang pria itu sangat tajam, zahra tahu pria di hadapannya ini benar-benar tidak akan mengampuninya.
Mata pria itu menatapnya penuh hasrat, zahra bergidik ngeri, namun ia berusaha menepis ketakutannya.
"bunuh saja saya tuan, daripada anda membuat saya menjadi seorang pendosa, saya lebih baik mati" ujar zahra dengan bibir yang bergetar, seluruh tubuhnya saat ini juga gemetar menahan takut dan amarah.
Wajah ethan mengelam kepala pria itu mendekati wajah zahra, dengan cepat zahra memalingkan wajah, ia takut pria itu akan menciumnya.
"aku akan membunuhmu, tapi setelah aku mencicipi tubuhmu" bisik ethan dengan suara parau dibalut hasrat, tepat di telinga zahra.
Tubuh gadis itu membeku, hembusan nafas ethan di kulit lehernya membuat zahra meremang. Nafas pria itu semakin hangat di kulit lehernya, dan zahra merasakan hembusan itu semakin mendekatinya.
zahra menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menepis bibir ethan yang mendarat di lehernya, ia menjerit histeris ketika merasakan bibir pria itu menyentuh kulit lehernya. Ethan mulai menciumi leher zahra dengan gerakan sedikit kasar.
"tuan..kumohon..bunuh saja aku. Bunuh saja aku.."
Tangisan zahra semakin pilu gerakan kepalanya semakin kencang menolak ciuman pria itu. Tiba-tiba hentakan tangan pria itu menangkap dagunya membuat zahra berhenti memberontak, air mata yang mengalir dari tatapan nyalang matanya membuat ethan terkesiap. Namun pria itu mengabaikannya, dengan kasar ia meraup bibir zahra. Melumatnya tanpa kelembutan, ethan merasa bibir zahra begitu lembut. Ada yang aneh bergejolak dalam dadanya.
Zahra ingin menjerit, namun suaranya tertahan, matanya membelalak semakin besar.
"hmmpphhh.." zahra kembali mengoyangkan kepalanya keras berusaha melepaskan dirinya, namun ethan semakin kasar menciuminya.
Zahra kehabisan akal, ia tak tahu bagaimana lagi cara menyelamatkan harga diri dan maruahnya sebagai seorang muslimah. Lalu dengan tanpa memperdulikan akibatnya, dengan kesadaran penuh akan akibat yang akan di dapatnya, zahra menggigit bibir pria itu.
Dan berhasil, ethan mengaduh. Pria itu mendorong tubuh zahra, ia mengusap ujung bibirnya yang asin,
Matanya menatap tajam ke arah gadis itu, yang menatapnya nyalang dengan bibir yang bengkak dan berdarah.
Ethan tahu darah di mulut zahra itu adalah darah dari bibirnya yang di gigit gadis itu.
tangan ethan terangkat tinggi, namun zahra malah menantangnya. Tatapan mata gadis itu sama sekali tidak takut, darah ethan mendidih seketika. Ada rasa amarah, entah mengapa ia merasa gadis itu menyepelekannya.
"kau benar-benar harus diberi pelajaran.." geramnya sembari mengangkat tubuh zahra, sekali sentakan saja, tubuh mungil gadis itu sudah berada dalam gendongannya.
Zahra berontak keras, namun belum sempat ia menjerit, tubuhnya terasa dilemparkan ke atas ranjang. Ranjang itu bergelombang kecil menerima beban tubuh mungilnya, zahra ingin bangkit, namun tubuh ethan mengungkungnya tak memberi celah baginya untuk melarikan diri.
Zahra tak lagi menjerit, saat ini isi kepala dan seluruh anggota tubuhnya sedang sibuk memikirkan bagaimana cara menyelamatkan diri,
"akhhhhh.." zahra tiba-tiba menjerit, ketika tangan kekar ethan merobek gaunnya di bagian dada.
Bersambung..