Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
EDWARD'S PoV
Tak mengapa aku dianggap menjilat ludahku sendiri. Aku sendiri yang mengatakan bahwa tiga bulan adalah waktu yang terlalu singkat untuk luluh pada istri kecilku. Namun, entahlah aku hanya mengikuti kata hatiku, bisikannya mengatakan bahwa gadis ini bisa dipercaya. Aku menikmati setiap senyum yang terbit di wajah cantiknya. Lihatlah, aku seperti seekor keledai gila sekarang, jika Felix tau hal ini mungkin pria kesepian itu akan mengolokku sampai ia bosan. Saat ini, aku menyusuri jalanan malam kota Paris ditemani istri kecilku. Tuhan, aku bahkan lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi malam ini aku persis remaja yang tengah dimabuk cinta. Aku menggenggam erat tangan mungilnya tanpa ragu, tangan yang tadi membingkai wajahku seolah-olah itu hal yang sering dilakukannya. Dibalik sikap labilnya, well maksudku dia baru 19 tahun tentu saja terkadang emosinya mungkin tidak stabil. Dibalik itu semua, aku tau hati istriku sangat lembut. Dia bahkan tanpa ragu menangis sesenggukan saat aku menceritakan kisah hidupku. Ia menangis dengan tulus, menangisi suami sintingnya yang kerap membuatnya sakit kepala.
Aku harus pamer pada Felix tentang hal ini. Mungkin aku akan mengatakan hei Felix Senav kau tau sekarang aku punya seseorang yang selalu mengkhawatirkanku selain wanita tua itu atau mungkin aku akan bilang Felix Senav cepatlah cari istri agar kau tau bagaimana rasanya ketika tangan istrimu tiba-tiba membingkai wajah tampanmu. Tampan, ihhh geli sekali kalau sampai ia tau aku memujinya tampan walaupun kuakui ia memang tampan, yah kakakku memang sangat tampan.
Aku membuang pikiran-pikiran tentang pria kesepian itu. Ahhh lebih baik saat ini aku fokus pada istri kecilku. Lihatlah, gadis itu masih sibuk tersenyum sambil memotret sana-sini dengan ponsel jadulnya. Di zaman semaju ini masih ada yang memakai barang kuno itu? Aku mengingatkan diriku untuk membelikan gadis itu ponsel baru. Sejujurnya aku sedikit bingung dengan hubungan kami berdua. Apakah setelah ini aku akan mengungkapkan isi hatiku pada istri kecilku ini? Eh tapi bagaimana caranya? Sejauh yang kupelejari, gadis ini kurang suka hal-hal yang berbau kemewahan. Makan malam mewah mungkin bukan solusinya, lalu apa? Aku tiba-tiba dilanda perasaan gugup yang sedikit menyiksaku.
"Kak Edward kenapa?" Tanya istriku ketika melihatku bak cacing kepanasan.
Aku menatap dalam manik coklatnya. Tanganku terulur membelai wajah cantiknya, jujur saat diam begini dia terlihat sangat cantik. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha terlihat tenang.
"Kania Winara, aku tau hubungan kita diawali dengan hal yang tidak biasa. Kita bahkan tidak saling mengenal sepenuhnya, tapi kau tetap mau di sisiku bahkan sampai saat ini. Tiga bulan mungkin terlalu cepat untuk mengungkapkan perasaanku, kau mungkin beranggapan bahwa aku berpura-pura atau semacamnya. Kania aku mencintaimu, sayang. Kumohon tetaplah di sampingku". Aku mengungkapkan semua isi hatiku pada gadis itu. Istrimu menatapku tanpa kedip, mungkin sedikit kaget dengan adegan yang terjadi barusan, tapi hei lihatlah matanya basah gadis itu menangis. Ada apa ini? Aku menerka-nerka.
"Kau kenapa sayang?" Aku menghapus air mata yang turun dari kedua pelupuknya.
"Aku tidak percaya akan hal ini, Kak. Dulu kupikir hidupku akan berakhir di dalam petak sempit di rumah ayah. Kau datang bak dewa penolong bagiku, menikahiku yang hanyalah seorang gadis desa biasa. Kenapa kau sebaik itu huaaaaa". Tangisnya semakin menjadi-jadi. Aduh, bagaimana ini? Orang-orang di sekitar memandangku dengan tatapan curiga, seolah-olah aku seorang pelaku kejahatan berat. "C'est ma femme". Aku memberi penjelasan singkat pada mereka. Orang-orang itu kemudian setelah merasa Kania akan baik-baik saja. Aku kemudian menariknya ke dalam pelukan, entah kenapa saat ini aku ingin sekali memeluknya. "Sayang, kau belum membalas ungkapan perasaanku". Aku berucap pelan. Gadis itu mendongak, memandangku tanpa kedip. Aku suka tatapan itu, batinku lirih.
Kemudian, cupp. Aku tersentak kaget. Gadis itu semakin berani menyentuhku.
"Apakah itu cukup untuk membalas ungkapan cintamu?" Aku tersenyum licik mendengar ucapan tanpa dosanya. "Tidak akan pernah cukup sayang". Aku menariknya kemudian mencium bibirnya lembut dan sedikit menuntut. Gadis itu susah payah mengimbangiku, walaupun terasa sangat kaku. Gadis itu menepuk-nepuk dadaku setelah ia merasa pasokan oksigennya hampir habis. Ia terengah-engah, pipinya memancarkan semburat merah yang sangat kusukai. Aku membersihkan sisa-sisa ciumanku di bibirnya, mengusapnya lembut menggunakan ibu jariku. Malam itu akan menjadi malam yang panjang untuk kami berdua. Keinginanku untuk memiliki keluarga yang bahagia mungkin akan terwujud. Aku tak sedikitpun mengingat soal perjanjian yang kubuat sendiri. Cih satu tahun, lama sekali bukan? Kurasa gadis ini tidak akan bermain api denganku. Kuputuskan malam ini bahwa aku akan menjadikan dia istri seutuhnya. Ini mungkin terlalu dini, tapi siapa yang peduli? Cinta telah menguasai keseluruhan isi hatiku.
Kami pulang ke kamar hotel, melanjutkan kegiatan romantis yang akan menjadi pengikat bagi kami ke depannya.
Gadis itu meringkuk nyaman di dalam pelukanku. Sejak tadi aku tak henti-hentinya tersenyum. Ahhh kapan aku sebahagia ini? Kuperhatikan wajah ayu itu sekali lagi sebelum aku memutuskan untuk tertidur, menyusul istriku ke alam mimpi.
Alarm berbunyi nyaring, aku tersadar. Gadis itu masih setia memelukku seolah-olah takut ditinggalkan. Wajah damainya membuatku bersyukur disuguhi pemandangan indah itu. Aku menundukkan kepala, mengecup bibirnya berulang-ulang berusaha membangunkannya dengan caraku sendiri. Kelopak matanya merekah, ah dia terlihat sangat cantik kalau bangun tidur. Gadis itu memandangku kemudian menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Aku terkekeh lucu melihat tingkahnya. Gadis itu kemudian memelukku erat untuk yang kesekian kalinya. Demi Tuhan aku sangat bahagia dan aku rasa Ibu dan Felix juga sama bahagianya.