NovelToon NovelToon
Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Kata sah terdengar lantang dari dalam ruangan minimalis itu. Pertanda ijab kabul telah selesai dilaksanakan seiring dengan air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya.

Apa jadinya jika, karena kesalahpahaman membuat seorang wanita berusia 25 tahun harus menjadi seorang istri secara mendadak tanpa pernah direncanakan ataupun dibayangkan olehnya.

Kenyataan yang paling menyakitkan jika pernikahan itu hanyalah pernikahan kontrak yang akan dijalaninya selama enam bulan lamanya dan terpaksa menjadi istri kedua dari suami wanita lain.

Mampukah Alfathunisa Husna menerima takdir pernikahannya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 12

“Pasang sabuk pengamanmu,” pinta Azhar lembut tanpa menoleh, tangannya mantap menggenggam setir mobil.

Nisa buru-buru menuruti perintah itu, menarik sabuk pengaman lalu mengaitkannya. “Iya, Mas… tapi ngomong-ngomong kita mau ke mana, ya? Bukannya ini bukan jalan arah pulang ke rumahnya Bapak?” tanyanya sambil menoleh ke luar jendela, memperhatikan jalan yang kian menjauh dari perkampungan mereka.

Azhar tersenyum tipis, masih fokus dengan kemudi. “Kita akan ke Tanjung Bira, Bulukumba. Kata temanku, pantai di sana itu bagus-bagus, pasirnya putih halus kayak tepung.”

Nisa terdiam sejenak, matanya membesar penuh antusias. “Seriusan, Mas? Kita mau liburan ke Bulukumba?” Ia menahan napas, seolah tak percaya, lalu melirik wajah suaminya yang selalu terlihat menawan di matanya.

Azhar mengangguk mantap. “Insya Allah, selama dua hari ke depan kita liburan sekaligus bulan madu kecil-kecilan di sana. Apa kamu keberatan kalau suamimu ini mengajakmu honeymoon ke Bulukumba?” godanya sambil melirik sekilas.

Nisa cepat-cepat menggeleng. “Nggak, Mas. Astaga, justru aku seneng banget. Seumur hidup aku belum pernah ke Bulukumba, apalagi ke permandiannya. Mas tau nggak, aku udah excited banget ngebayangin jalan di tepi pantai sama Mas,” ucapnya dengan suara bergetar bahagia, lalu spontan mengalungkan tangannya ke lengan kokoh suaminya.

Azhar terkekeh kecil. “Alhamdulillah kalau kamu bahagia. Anggap saja ini bulan madu kita yang pertama. Meski kecil-kecilan, semoga jadi kenangan indah buat kita berdua,” ucapnya seraya mengusap lembut puncak hijab Nisa.

Mobil putih itu melaju membelah jalanan Takalar menuju Bulukumba. Pepohonan hijau berjejer, angin sore masuk lewat celah kaca yang sedikit terbuka, membawa aroma tanah dan sawah basah.

Tiba-tiba Nisa menepuk dahinya. “Astaghfirullah, Mas! Ada yang kelupaan. Kita belum izin sama Bapak. Terus aku juga nggak bawa baju ganti. Masa dua hari aku pakai gamis ini terus?” ia menunjuk gamis yang dipakainya sambil cemberut manja.

Azhar tersenyum maklum. “Tenang. Masalah izin, aku sudah minta langsung ke Bapak. Beliau ridha, malah doakan kita. Untuk pakaian, sebentar lagi kita singgah di toko depan. Kita belanja baju sama-sama.”

Nisa pun menyandarkan kepala di bahu jenjang Azhar. “Ya Allah… Mas itu selalu siap sedia. Jujur saja, bagiku Mas itu nyaris sempurna. Nggak ada celahnya.”

Azhar terkekeh lirih. “Sayangku mana ada manusia sempurna? Semua orang pasti punya salah dan khilaf. Jangan anggap aku sesempurna itu.”

Nisa memonyongkan bibirnya. “Ya tapi kan di mataku Mas itu sempurna.”

Azhar tersenyum hangat, lalu mencubit gemas hidung mancung istrinya. “Nakalnya istri Mas satu ini.”

“Mas…” Nisa tiba-tiba menunjuk ke depan.

“Itu ada toko pakaian. Setelah dari situ kita mampir ke toko kue Adi Jaya, ya? Terus… aku pengen makan jagung rebus di Panaikang.” Ia mengusap perutnya sambil memperlihatkan puppy eyes andalannya.

Azhar menoleh sekilas, pura-pura serius. “Siap, Nyonya Mayor Azhar Rifky Harris. Apapun yang istri tercinta inginkan, suaminya ini akan menuruti.”

Nisa tertawa sumringah, tangannya mengepalkan tangan Azhar seolah sedang mengikat janji.

---

Setengah jam kemudian…

Mobil terparkir di depan toko pakaian. Mereka bergandengan tangan masuk sambil memakai masker kain. Keduanya memilih beberapa outfit santai, pakaian dalaman, serta perlengkapan sholat. Sesekali Azhar menggodanya.

“Yang ini cocok dipakai di pantai. Cantik, kayak kamu,” ucap Azhar sambil mengangkat dress putih polos.

Nisa terkekeh malu. “Mas, jangan gitu dong. Malu aku dilihatin mbak kasir.”

Setelah berbelanja, mereka singgah di sebuah warung jagung rebus. Nisa menunjuk warung sepi dengan kasihan.

“Mas, kita beli di sana aja. Kasihan penjualnya sepi.” usulnya Nisa.

Azhar menatapnya penuh kekaguman,”Istriku ini selalu membuatku jatuh cinta dengan kebaikan hatinya.”

Mereka membeli beberapa bungkus jagung rebus. Tanpa diminta, Nisa membagi-bagikan kepada tukang becak di sekitar situ, lengkap dengan uang seratus ribuan.

“Alhamdulillah, makasih banyak Ibu… bisami ini cucu-cucuku di rumah makan jagung juga,” ucap seorang bapak becak sembari terharu dengan pemberian Nisa ala kadarnya.

Nisa tersenyum tulus. “Sama-sama, Pak. Semoga berkah dan sehat selalu ya.”

Azhar berdiri sedikit di belakang, menatapnya penuh rasa syukur. Ya Allah, aku tak pernah menyangka Engkau menghadirkan perempuan berhati malaikat dalam hidupku.

---

Menjelang magrib, mereka sudah mendekati Bulukumba.

Nisa membuka jendela, menghirup udara asin laut yang mulai terasa. “Mas… aku nggak percaya. Besok pagi kita bakal lihat sunrise di Tanjung Bira. Rasanya seperti mimpi.”

Azhar meraih tangan istrinya, menggenggam erat. “Kalau ini mimpi, aku nggak mau bangun, Sayang. Aku ingin selamanya bersamamu.”

Air mata menetes pelan di sudut mata Nisa. “Ya Allah, bahagiakanlah kehidupan kami. Jadikan keluarga kami sakinah, mawaddah, warahmah sampai ke Jannah-Mu.”

Azhar ikut mengamini dengan suara bergetar. Tatapannya lurus ke jalan, tapi hatinya luruh penuh syukur.

Mobil putih itu terus melaju, diiringi alunan musik islami lembut dari radio. Jalanan berliku dengan sawah hijau di kiri kanan menjadi saksi dua insan yang sedang larut dalam canda kasih.

“Sayang,” suara Azhar memecah keheningan.

Nisa menoleh. “Apa lagi, Mas?”

“Kalau ada lomba istri paling cantik se-Sulawesi Selatan, kamu pasti juara satu.” Azhar melirik sekilas dengan senyum jailnya.

Nisa tertawa kecil. “Ih, Mas bisa aja. Emang Mas pernah survei semua perempuan di Sulawesi, hah?”

“Ya nggak perlu. Cukup aku lihat kamu tiap hari, sudah membuktikan kalau yang lain nggak ada tandingannya,” jawab Azhar dengan wajah serius pura-pura.

Nisa memonyongkan bibir. “Ciyee gombalnya keluar lagi. Hati-hati Mas, jangan sampai tiap hari ngegombal gini bikin aku jadi ketagihan loh.”

Azhar terkekeh. “Ya memang niatku biar kamu ketagihan, biar kamu makin lengket sama aku. Kayak lem UHU, susah dilepas.”

Nisa langsung menepuk pelan lengan suaminya. “Astaga, Mas! Romantis kok dianalogiin sama lem?”

“Kenapa? Lem itu kan kuat, nempel terus. Sama kayak cintaku ke kamu. Mau dicabut, disiram air, tetap nggak bisa lepas.” Azhar menoleh sekilas, matanya menatap Nisa dengan tatapan nakal.

Nisa menahan senyum sambil menatap keluar jendela. “Mas itu unik banget sih. Ada aja cara bikin aku senyum.”

Azhar mengangguk mantap. “Kalau aku berhenti bikin kamu senyum, berarti ada yang salah sama aku.”

Nisa diam sejenak, lalu balik menggoda. “Kalau gitu aku juga punya analogi deh. Mas itu kayak AC mobil ini.”

Azhar mengangkat alis penasaran. “Kok bisa?”

“Soalnya bikin adem, tapi kalau kebanyakan bisa bikin meriang.” Nisa terkekeh puas dengan jawabannya.

Azhar langsung ngakak. “Ya ampun, Sayangku ternyata kamu bisa balas juga. Aku kira cuma aku yang jago nyeleneh.”

“Ya iyalah, aku kan muridnya Mas. Masa kalah sama gurunya?” jawab Nisa sambil menepuk dada bangga.

Azhar menggeleng tak percaya, lalu mengusap kepala Nisa penuh kasih. “Masya Allah… aku bener-bener nggak salah pilih istri. Cantik, pinter, baik hati, plus bisa bikin aku ngakak. Paket lengkap.”

Nisa tersipu malu, lalu berbisik pelan. “Aku juga nggak salah pilih suami. Mas itu anugerah yang Allah kasih khusus buatku.”

Mobil melaju semakin kencang, tapi hati mereka melambat menikmati setiap detik perjalanan, saling berbalas kata-kata romantis nyeleneh yang justru membuat cinta mereka terasa semakin dalam.

Malam mulai menyapa. Jalanan sepi di luar, tapi di dalam mobil, suasana justru semakin hangat penuh gelak tawa.

Azhar menekan tombol pemutar lagu. Tiba-tiba irama enerjik mengalun dari speaker.

Azhar bernyanyi sambil mengetuk-ngetukkan setir mengikuti beat, “Sayang, kita coba nyanyi bareng yuk…”

Nisa tersenyum malu-malu, “Oke ah… Tapi Mas yang mulai duluan ya.”

Azhar dengan suaranya yang pura-pura fals tetapi penuh semangat.

“Tabola... bale… kau tak… bisa… berpaling dari pandanganku…”

Nisa ikut menyanyi setengah bercanda, “Tabola... bale… suaramu… bikin hatiku deg-deg… deg…”

Keduanya tertawa, liriknya mungkin tidak sempurna, tapi suasana jadi hidup. Nisa menepuk pelan tangan Azhar.

“Kamu tahu, Sayang hatimu itu kayak lagu itu viral, bikin aku terus inget, terus pengen dengar lagi.”

“Mas gombalannya tambah unik malam ini. Tapi aku senang banget,” balasnya terlihat rona merah di kedua pipinya.

Azhar ketawa dan menambahkan:

“Nanti pas kita sampai hotel, aku karaoke-in kamu dengan lagu ini semalam full.”

Nisa bergelayut manja di lengan kekar suaminya, “Asal bukan digendong sambil nyanyi kayak di drakor, ya…”

Azhar tersenyum penuh cinta sambil membalas ucapan sang istri tercinta, “Siap, apapun yang bikin kamu senyum.”

"mampir Baca novel aku yang baru kakak judulnya Pawang Dokter Impoten, Obsesi Om Duda, Terjerat Pesona Ustadz Tampan."

1
Yensi Juniarti
maaf kak bukan menghujat tapi alurnya muter2..🙏🙏🙏
aku agak binggung bacanya 🙏🙏🙏
Yensi Juniarti: Alhamdulillah kalau begitu 🙏🙏🙏
total 2 replies
Yuliana Tunru
kadang binging baca penulisan mu thorr saat alur cerita x dan diulang kyk pov gitu berulang2 dgn ulasan yg sama jd bertele2..padahal sdh bahus eh malah terusik dgn pov x pengulangan kisah deh
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya yah kakak akan diperbaiki kedepannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Yuliana Tunru
wow dian ternyata selinkuh..klo mmg gitu knp msh bertahan dgn azhar cerai gih agar kakian sama2 bahagia dgn pilihan hati
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sama² pemain yah 😂🤭
total 1 replies
Eva Karmita
ya Alloh Nisa Azhar kalian berdua sudah di buatkan cinta ...sadar ngk sih nis ada hati yang lain terluka bilang mengetahui hubungan kalian berdua 💔😩
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
maju terus Faris jgn gentar rebut hati Nisa ...

Nisa lebih baik menikah dengan duda dari pada jadi plakor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho duda semakin di depan dong 🤭😂
total 1 replies
Eva Karmita
itu konsekuensi yang harus kamu tanggung Nisa ,, menjadi istri bayangan tak seindah yang dibayangkan akan ada hati yang selalu terluka melihat kemesraan suami dan istri sahnya 💔😭...,, Azhar jangan egois lepaskan Nisa biarkan Nisa mencari kebahagiaan yang lain ,, tidak ada keadilan bagi orang yang berpoligami yang ada hanya luka dan luka yg menggerogoti batin yg penuh luka dan tekanan 💔💔💔💔💔💔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah...
total 3 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
ya Allah jgn sampai ini menjadi awal yang menyakitkan Nisa kamu sudah menyerahkan diri mu ...,, tidak ada rumah tangga yang baik" saja apalagi diawal dengan keterpaksaan ingat Azhar berstatus suami orang , semoga saja Nisa bisa menjalani hari-harinya dengan baik
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe
total 1 replies
Eva Karmita
😭 yg kuat Nisa.... Azhar plesss kalau kamu memang mencintai istri dan anak mu tolong jangan sampai kamu nyentuh Nisa kasihan Nisa anak yang baik kan kamu udah ngomong ngk bakalan jatuh cinta dengan Nisa
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pasti kuat lah KK
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!