NovelToon NovelToon
JEDA

JEDA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:612
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Nathan mengira ia hanya mengambil jeda, sedikit waktu untuk dirinya sendiri, untuk menyusun ulang hidup yang mulai tak terkendali.
Kayla mengira ia ditinggalkan. Lagi-lagi diabaikan, disisihkan di antara tumpukan prioritas kekasihnya.

Saat jarak berubah jadi luka dan diam jadi pengabaian, cinta yang semula kokoh mulai goyah.
Tapi cinta tak selamanya sabar.
Dan Nathan harus bertanya pada dirinya sendiri.
Masih adakah yang bisa ia perjuangkan saat semuanya nyaris terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Nathan menatap layar laptopnya dengan dahi berkerut. Angka-angka di spreadsheet yang terbuka di depannya seperti huruf asing. Ia tahu dasar-dasarnya, Alea sudah menjelaskan di hari sebelumnya, tapi tetap saja, ini terasa seperti medan perang yang tidak ia kuasai.

"Kenapa angkanya naik di sini tapi turunnya tajam di bulan berikutnya?" gumamnya pelan.

Alea yang sedang tenggelam dengan kertas menjawab, "Karena proyek distribusi ke luar pulau itu baru dibayar dua bulan kemudian. Itu keterlambatan invoice, bukan penurunan omzet."

Nathan mengangguk perlahan. "Oke. Oke. Jadi… itu bukan masalah ya?"

"Belum tentu," jawab Alea, datar. "Kalau keterlambatan ini terus berulang, bisa jadi masalah. Tapi sekarang belum."

Nathan bersandar ke kursinya, menghela napas. "Susah, ya…"

"Kalau gampang, semua orang bisa jadi CEO, Tuan."

Nathan mendongak menatapnya. "Kenapa kamu nggak jadi CEO aja? Kamu lebih ngerti semuanya."

Alea tertawa singkat. "Karena saya bukan anak pendiri perusahaan. Lagi pula, tugas saya bukan jadi Anda. Tugas saya hanya bantu Anda... jadi versi terbaik diri Anda sendiri."

Nathan menatapnya lama. Kalimat itu sederhana, tapi anehnya, masuk ke dalam kepala dan menggema.

"Sebenarnya aku sangat terganggu dengan panggilanmu. Kenapa nggak panggil aku 'Pak' aja kayak yang lain?"

"Anda mau dipanggil, 'Pak'? Panggilan yang kesannya untuk orang yang lebih tua? Anda masih muda, itu sebabnya saya panggil 'Tuan'."

"Tapi itu terdengar seperti yang CEO galak seperti di novel-novel dan itu terlalu formal. Santailah sedikit, aku tidak seperti CEO yang kamu baca di novel. Panggil 'Pak' aja."

Alea melirik ke arah Nathan, sepersekian detik lalu mengangguk pelan, "Baik kalau itu yang Bapak mau."

Nathan tersenyum tipis setelah Alea setuju memanggilnya 'Pak', tapi senyum itu langsung hilang begitu pintu ruangannya diketuk dengan keras.

Seorang pria berpakaian rapi masuk tergesa-gesa, wajahnya penuh kekhawatiran.

"Pak Nathan, saya Bayu dari divisi pengadaan klien besar, PT Santosa Jaya," kata pria itu sambil meletakkan setumpuk dokumen di meja. "Mereka minta ketemu langsung dengan Bapak hari ini. Katanya ada beberapa hal yang ingin mereka klarifikasi secara pribadi."

Nathan mengerutkan dahi. "Klarifikasi apa?"

Pria itu menarik napas panjang. "Mereka menemukan data pengiriman yang terlambat tidak tercatat dengan benar, dan pembayaran yang seharusnya sudah masuk tapi belum ada kejelasan. Divisi pemasaran dan keuangan sudah coba jelaskan, tapi klien merasa laporannya terlalu mulus dan kurang transparan."

Nathan menatap dokumen di meja dengan jari gemetar. "Jadi mereka nggak percaya sama laporan kita?"

"Betul, Pak. Mereka ingin memastikan Bapak sebagai CEO benar-benar tahu kondisi ini dan bisa memberikan kepastian. Kalau tidak, mereka ancam akan membatalkan kontrak kerja sama."

Nathan menghela napas panjang, "Ini masalah besar dan cukup rumit untuk dipahami oleh seorang CEO yang bahkan baru satu bulan menjabat. Kenapa kalian tidak berusaha untuk menangani ini sendiri? Kalian mau membangkrutkan perusahaan dengan memintaku untuk menghadap mereka? Orang yang bahkan aku tidak pernah temui sebelumnya? Apa yang harus aku katakan nanti? Aku bahkan belum memahami keseluruhan cara kerja di perusahaan ini. Alea, urus masalah ini!"

Alea membeku di tempatnya. Suasana ruangan menjadi sunyi untuk beberapa detik. Lalu, ia bangkit dari duduknya, menatap Nathan dengan tajam namun tetap tenang.

"Maaf, Pak. Tapi saya bukan CEO perusahaan ini. Tanggung jawab ini tidak bisa saya yang ambil alih," katanya dengan suara pelan, seolah menahan sesuatu.

"Kamu bisa katakan apa pun, Alea. Kamu lebih pengalaman daripada aku. Bagaimana caraku menangani situasi ini kalau aku aja nggak punya pengalaman menghadapi mereka. Ayolah, Alea. Aku tidak mau mengambil resiko dengan menemui mereka secara langsung."

Alea berjalan mendekat, meminta berkas yang dibawa oleh Bayu dan meminta pria itu untuk keluar ruangan. Ia memberi kode seolah akan mengatasi masalah ini dengan benar.

Begitu pintu tertutup dan hanya mereka berdua yang tersisa, Alea membuka map berisi dokumen dari klien dan menelaahnya cepat. Ia tidak langsung bicara. Suasana terasa berat.

Nathan masih berdiri di dekat meja, resah, menatap punggung Alea seakan mengharapkan keajaiban dari sana. Tapi bukan keajaiban yang ia dapat, melainkan kejujuran.

"Pak Nathan," ujar Alea akhirnya, tanpa menoleh. Suaranya tenang, namun mantap. "Saya bisa bantu siapkan semua datanya. Saya bisa bikin slide presentasi, simulasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan klien, bahkan saya bisa duduk di samping Bapak saat rapat. Tapi satu hal yang tidak bisa saya lakukan adalah menggantikan posisi Bapak."

Ia menoleh pelan, menatap Nathan dengan sorot mata tajam namun tidak memojokkan.

"Bapak adalah CEO. Mereka ingin mendengar langsung dari pemimpinnya. Kalau Bapak lari dari pertemuan ini, bukan hanya PT Santosa Jaya yang akan kehilangan kepercayaan, tapi semua divisi di perusahaan ini juga akan mulai ragu. Sekali saja Bapak menghindar, semua orang akan bertanya-tanya siapa yang sebenarnya pegang kendali."

Nathan menggeleng cepat. "Aku belum siap. Aku takut salah ngomong. Kalau mereka batalkan kontraknya, itu akan jadi kesalahan fatal."

Alea melangkah maju, kini hanya berjarak satu meter dari Nathan. "Justru karena itu Bapak harus hadir. Tunjukkan kalau Bapak peduli. Tunjukkan kalau Bapak sedang belajar dan terbuka untuk perbaikan. Mereka mungkin tidak suka CEO yang sempurna dan terlalu licin. Tapi mereka bisa menghargai CEO yang jujur, dan mau bertanggung jawab."

Ia mengulurkan map berisi dokumen ke tangan Nathan.

"Kalau Bapak gagal, kita hadapi bersama. Tapi kalau Bapak tidak berani muncul, maka bahkan kegagalan pun tidak punya kesempatan untuk diperbaiki."

Nathan menatap dokumen di tangannya, lalu wajah Alea. Napasnya berat, jantungnya berdetak tak menentu, tapi tatapan mata asistennya seolah menjadi jangkar di tengah badai.

"Berapa lama aku punya waktu?" gumamnya, suara pelan.

Alea menahan senyum tipis. "Rapatnya jam dua siang. Kita punya dua jam untuk membuat Bapak siap. Jadi ayo mulai sekarang, Pak."

Dan untuk pertama kalinya hari itu, Nathan mengangguk… bukan karena mengerti, tapi karena tahu ia tidak bisa lari.

Nathan menarik napas dalam, lalu duduk kembali di kursinya. Tangannya masih gemetar saat membuka halaman pertama dari berkas yang Alea berikan. Angka-angka, grafik, dan tabel kembali menyambutnya seperti monster dari dunia asing, tapi kini ia tidak sendirian. Alea berdiri di sampingnya, menjelaskan dengan cepat namun jelas. Ia menunjuk bagian yang paling krusial, menjelaskan istilah-istilah asing, dan menyusun strategi pembicaraan seperti seorang pelatih perang menyiapkan jenderalnya.

Setiap pertanyaan yang mungkin muncul dari klien disimulasikan. Alea bahkan memberikan beberapa skenario jika diskusi berubah menjadi debat atau konfrontasi. Dalam satu jam, mereka sudah membuat rangkuman eksekutif, tiga kemungkinan jalur pembicaraan, dan poin-poin kunci yang harus disampaikan Nathan.

Waktu terus berjalan. Jarum jam menunjukkan pukul 13:42.

"Pak," kata Alea, mengunci pandangan Nathan, "Setelah ini, kita langsung turun ke ruang pertemuan. Tim legal dan keuangan sudah standby di luar."

Nathan menatap layar, lalu dirinya di pantulan kaca jendela. "Apa aku bisa?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!