Bagaimana caranya Hanum si preman pasar yang bar- bar seketika menjadi anggun saat dia harus menikah dengan anak majikannya.
"Ada uang Abang kucinta. Gak ada uang Abang kusita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Tahu Apapun
"Atau kamu bisa terima solusi dari saya. Terima tawaran menikah kontrak dengan Arya."
Hanum mendongak menatap wajah Ningsih yang tetap tenang. "Saya akan pastikan biaya operasi Bapak kamu tercukupi bahkan dengan dokter terbaik. Di luar dari uang yang saya dan Arya tawarkan."
Itu artinya uang 20 milyar yang di tawarkan Ningsih tidak akan termasuk? Bukankah Hanum sangat beruntung. Tapi bagaimana jika bapaknya tahu tentang pernikahan kontraknya? Bukankah dia akan sangat kecewa.
Tapi lebih dari itu bagaimana caranya mendapatkan uang banyak untuk operasi bapaknya. Jadi tidak ada cara lain selain menyetujuinya.
"Saya setuju, Nyonya."
Ningsih mengangguk. Senyum puas terpancar dari bibirnya.
"Kalau begitu biar Bapak kamu jadi urusan saya. Kamu hanya perlu menyetujui usul Arya. Sisanya jangan beritahu apapun sama Arya."
"Maksud Nyonya?"
"Kamu bukan hanya membuat perjanjian dengan Arya, tapi juga dengan saya."
"Apa itu, Nyonya?"
"Pertama, jangan pernah beritahu tentang perjanjian kamu dan saya pada Arya." Hanum mengangguk dia menyetujuinya, dan kini Hanum menunggu persyaratan kedua Ningsih dengan harap- harap cemas, hingga Hanum tertegun saat mendengarnya. "Kedua, jangan pernah jatuh cinta dengan Arya."
....
Hanum menghela nafasnya saat akan memasuki kamar Arya. Setelah mencoba mencari kekuatan Hanum mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.
Sungguh Hanum merasa jantungnya berdebar kuat karena dia akan melakukan hal buruk dalam hidupnya. Begitu mendengar seruan dari dalam Hanum segera masuk.
"Ada apa?" Hanum melihat Arya yang tengah mengancing kemejanya segera menunduk dan tak berani mendongak.
"Ada hal yang mau saya bicarakan, Tuan."
Arya menoleh dan mengernyit melihat Hanum menunduk dalam.
"Apa?"
Hanum menghela nafasnya. "Apa tawaran kemarin masih berlaku?" Hanum bahkan memejamkan matanya erat saking gugupnya dia.
Arya menyelesaikan kancingan kemejanya lalu melangkah ke arah Hanum. "Kenapa kalau iya?"
"Saya mau nikah kontrak sama Tuan."
"Kamu yakin? Kenapa kamu bisa berubah pikiran?" Mata Arya menatap dengan dingin.
"Saya ... butuh uang."
"Oke. Aku akan siapkan kontraknya." Hanum mengangguk dan duduk di sofa sementara Arya memasuki ruang kerjanya.
Setelah beberapa saat Arya kembali dengan selembar kertas di tangannya. "Baca, kamu bisa tambahkan beberapa poin di dalamnya tentu saja hal yang tidak merugikan salah satu di antara kita. Kalau kamu setuju, kamu bisa tanda tangani."
Tatapan Hanum jatuh pada kertas di depannya. Di sana tertulis selain di depan orang lain tidak ada kontak fisik selama kontrak berlangsung tentu saja itu mencakup urusan sekz. Tidak mencampuri urusan masing-masing dan kehidupan pribadi. "Tuan tidak bertanya alasan saya setuju?" tanya Hanum dengan memberanikan diri menatap Arya.
"Itu bukan urusanku. Dan seperti itu juga, aku. Jangan pernah bertanya apa alasanku menikah dengan kamu." Hanum mengangguk mengerti.
"Mungkin Mama tahu pernikahan kontrak ini." Tentu saja tak masuk akal jika tiba-tiba Arya memutuskan menikahi Hanum. Dan Ningsih bukan seseorang yang bisa di bodohi. "Selain itu di luar kamar ini pelayan pun tidak boleh tahu."
Sejenak Hanum berpikir jika keputusannya untuk datang pada Ningsih adalah salah.
Kenapa dia tak langsung datang pada Arya saja dan langsung menyetujui pernikahan kontrak tersebut. Toh dia tak punya pilihan lain. Dengan dia yang datang pada Ningsih justru terikat dua perjanjian dengan Arya dan Ningsih sekaligus.
Tapi Hanum sudah terlanjur terjerumus, lagi pula Ningsih juga sudah tahu sejak awal, jadi dengan atau tanpa perjanjian dengan Ningsih, wanita itu juga akan tahu. Dan bagusnya dengan begitu Hanum jadi punya duakali lipat dari 10 milyar yang Arya tawarkan. Jadi dia segera menandatangani lembar kertas di depannya agar semuanya cepat selesai, dan bapaknya bisa segera di operasi.
"Tidak ada yang mau kamu katakan?"
"Boleh saya minta uangnya di muka?"
Arya mendengus. "Kamu benar-benar gak sabaran ya?" Hanum hanya diam.
Arya melangkah ke arah mejanya lalu membuka dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu. "Di dalamnya ada 50 juta. Sisanya saya kasih bertahap," ucap Arya.
Hanum menerima kartu tersebut. "Kata sandinya aku kirim ke nomor kamu nanti."
Hanum mengangguk. "Saya juga mau izin cuti kerja, Tuan."
"Bukannya kemarin kamu juga cuti?"
"Ada hal yang harus saya selesaikan, Tuan."
Sebenarnya Arya sedikit penasaran kenapa hari ini Hanum sedikit berwajah murung juga tak terlalu banyak bicara. Apa gadis ini sedang ada masalah? Lalu untuk apa uang itu?
Arya mengalihkan tatapannya lalu meraih jasnya, apapun itu bukan urusannya. "Terserah kamu."
"Terimakasih, Tuan." Hanum mengangguk hormat lalu pergi.
"Hanum."
Hanum baru saja keluar dari kamar Arya saat Arya kembali memanggilnya.
"Ya, Tuan?" Hanum masih terdiam di tempatnya saat Arya menghampirinya dan tiba-tiba meraih bahunya.
Hanum yang terkejut, hampir menepis tangan Arya andai dia tak mendengar suara Arya yang berbisik di telinganya.
"Kita juga gak boleh mengejutkan orang banyak dengan langsung menikah, kan? Jadi anggap saja ini permulaan hubungan kita," ucap Arya tepat di telinganya.
Hanum menghela nafasnya pasrah, dan membiarkan mereka berjalan beriringan hingga menuruni tangga dan mencapai pintu depan dimana mobil Arya siap dengan supir di dalamnya.
"Baiklah, aku pergi." Arya melepaskan Hanum dan melambaikan tangannya. Tak ada senyuman dari Arya hanya senyum kaku dari Hanum yang membalas lambaian tangan Arya.
"Ya ampun ini bahkan belum mulai, tapi gue rasa ini sangat menyesakkan," gerutu Hanum dengan perasaan pasrah.
Hanum berbalik hendak kembali masuk saat melihat Ningsih yang juga bersiap untuk pergi.
"Kamu bisa pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Biar Lukman yang urus biayanya," ucap Ningsih saat melewati Hanum.
Hanum mendongak menatap Lukman. "Iya, Nyonya."
Ningsih memasuki mobilnya meninggalkan Hanum dan Lukman yang menunduk hormat. Hingga mobil yang membawa Ningsih sudah melaju barulah keduanya mendongak.
"Ayo," ajak Lukman pada Hanum.
Hanum mengangguk dan mengikuti Lukman memasuki mobilnya untuk segera ke rumah sakit.
"Jadi selain Nyonya, Pak Lukman juga tahu?" tanya Hanum saat Lukman mulai melajukan mobilnya.
Lukman menoleh dan mengangguk. "Ya, saya selalu tahu apa yang Nyonya dan Tuan lakukan."
"Tapi Pak Lukman, bukannya para pembantu selama ini bisa menjaga mulutnya, lalu kenapa kami juga jangan menunjukannya di depan mereka?"
"Kamu tidak mengerti Hanum, ini bukan hanya soal penyakit Tuan muda yang bisa di sebut hal kecil. Tapi ini soal perebutan kekuasaan."
"Perebutan kekuasaan?"
"Kamu gak tahu kenapa Nyonya meminta kamu menyetujui pernikahan kalian?" Hanum menggeleng.
"Kalau begitu anggap saja kamu gak mendengar apapun dari saya." Hanum mengernyit memikirkan apa sebenarnya yang di maksud Lukman.
Ada apa sebenarnya ini? Dan benar juga, kenapa nyonyanya menginginkannya menjadi istri kontrak tuan muda Arya?
Doble Up kalau boleh kak