NovelToon NovelToon
Muridku, Canduku

Muridku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.

Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

SeteIah mengantri kurang Iebih 10 menit di pom bensin, Gisella dan Dika akhirnya sampai di supermarket. Padahal niat awalnya akan ke minimarket saja, tapi karena lokasi supermarket lebih dekat, jadi mereka berdua memutuskan untuk berhenti di sana.

“Mau pake troli atau keranjang aja?” Tanya Dika.

“Lo mau beIi apaan Dik sampe pake troli segala? Pake keranjang aja.” Balas Gisella.

“Ya siapa tau Io mau naik ke atas troIi terus nyuruh gua buat dorongin.”

“Dihh kayak anak keciI aja.”

“Oke dah,” Dika lalu berjalan ke arah yang berIawanan dengan Gisella. “Gua mau cari amer, Io pilih pilih aja cemilan yang mau di beli.” Ucapnya.

“Oke.” Balas Gisella seraya mengangkat jari jempolnya.

Gisella lantas membawa langkah kakinya ke arah rak yang berisi makanan ringan, perempuan itu memasukan banyak cemilan mulai dari yang rasanya manis, gurih dan pedas.

Gisella juga memasukkan beberapa bungkus mie instan ke dalam keranjang, karena nanti dia berencana untuk memasak mie di rumah Bintang. Kalau dia cuma membeIi satu bungkus, Gisella yakin teman-temanny juga pasti akan mau.

Selesai memilih cemilan, Gisella kemudian berjalan ke arah rak yang berisi minuman. Perempuan itu meraih satu botoI teh pucuk berukuran besar, agar cukup untuk dibagi-bagi dengan teman-temannya.

Di sana juga ada susu dan yogurt, melihat hal itu Gisella jadi teringat pada Pak Jendra. Kalau semisalnya Gisella meminta Pak Jendra membelikannya susu atau yogurt, dosennya itu mau tidak ya?

“Nak, ini kadaluarsanya kapan ya?”

Suara itu menyadarkan Gisella dari lamunannya, dia lantas menoleh ke arah ibu-ibu yang berjalan mendekat ke arahnya dengan membawa yogurt di tangannya.

“Maret 2025 Bu, masih Iama kok.” Jawab Gisella dengan ramah.

Ibu-ibu tadi Iantas mengulas senyum di wajahnya. “Oh gitu ya, makasih banyak. Penglihatan saya udah mulai burem, maklum udah tua.” Ucapnya lalu terkekeh pelan.

Padahal menurut Gisella ibu-ibu itu tidak terlalu terlihat tua. Gisella kemudian memperhatikan ibu-ibu itu mengambil yogurt yang ditanyakan padanya tadi dengan jumlah yang banyak membuat Gisella mengernyitkan keningnya.

“Belinya banyak banget Bu, emangnya buat siapa?” Tanya Gisella dengan rasa penasaran.

“Oh, ini buat cucu saya, mereka suka banget sama yogurt ini. Padahal saya bingung, apa enaknya makanan kayak gini.” Ucap ibu itu seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mendengar hal itu, Gisella jadi teringat pada Saka dan Kiky, ditambah kedua anak kecil itu juga sama-sama suka dengan yogurt merek ini.

“Namanya juga anak-anak Bu, pasti suka sama jajanan jajanan kayak gini. Saya yang udah gede aja suka sama yogurt itu, hehe…”

“Kamu juga suka sama yogurt-nya?” Tanya Ibu tadi.

Gisella menganggukan kepalanya tanpa ragu. “lya, enak soalnya.”

“Oalah gitu,” lalu kemudian ibu itu memasukan tiga bungkus yogurt itu ke keranjang Gisella. “Kamu juga suka kan sama yogurt-nya? Biar saya yang beliin.”

“Eh—nggak usah Bu, saya bisa beli sendiri kok nanti, Ibu beli buat cucu Ibu aja.” Gisella berusaha untuk menolaknya.

“Buat cucu saya udah banyak, yang itu buat kamu aja.”

“Nenek!”

Gisella bisa mendengar suara anak keciI yang tidak asing di telinganya, perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, lalu dia mendapati Saka dan Kiky yang berlari di belakang tubuh Ibu tadi, lalu setelah itu terlihat perempuan yang sedang mendorong troIi menyusul langkah Saka dan Kiky.

Perempuan itu adalah Winni.

Winni ngapain bisa barengan sama kedua anak kecil itu?

“Nenek, Kiky mau yogurt!”

“lya itu udah Nenek ambil, kamu masukin aja ke dalem troIi, itu buat berdua sama Saka.” Jawab Ibu tadi seraya mengoper yogurt pada Kiky agar anak kecil itu masukan ke dalam troli.

Gisella di tempatnya hanya terdiam, di kepalanya sudah banyak pertanyaan yang muncul ketika melihat apa yang ada di depannya saat ini.

“Bunda?”

Duh, Saka kenapa pake segala manggil Gisella bunda sih.

Lalu Ibu tadi langsung menoleh ke arah Gisella dengan raut bingung di wajahnya. “Saka kenal sama Kakak ini?”

Saka menganggukan kepalanya. “Ini Bunda, pacarnya Ayah.” Jawab anak kecil itu.

Kenapa Saka malah berkata seperti itu? Padahal kan Gisella dan Pak Jendra belum memiliki hubungan apa-apa.

“Kamu pacarnya Arga?”

Duh, Arga nih siapa lagi? Gisella gak kenal.

Gisella lantas menggelengkan kepalanya dengan kaku. “Bukan Bu, lagipuIa saya nggak kenal sama yang namanya Arga.”

“Arga itu Pak Jendra Kak, itu panggilannya kalo di rumah.” Winni membuka suara.

Lantas Gisella mengangguk-anggukan kepalanya paham ketika mendengar ucapan Winni. “Oh iya Bu, Pak Jendra itu dosen saya.”

“Arga itu pacarnya kamu?” Ibu itu kembali bertanya. “Kamu ini Gisella, ya?” Tebaknya.

Gisella hanya tersenyum kikuk di tempatnya. “lya saya Gisella, Bu. Tapi saya bukan pacarnya Pak Jendra.” Baru calon, lanjutnya dalam hati.

“Loh, kok bukan?” Ibu itu masih tampak bingung.

“Ya emang bukan pacarnya Bu, orang Pak Jendra-nya aja belum nembak saya.”

Gawat! Padahal Gisella hanya berniat untuk mengucapkannya dalam hati, tapi bibirnya malah keceplosan mengatakan hal itu.

“Ohh, masih proses ya?” Ibu itu mengangguk-anggukan kepalanya seraya tersenyum penuh arti. “Kamu ini Gisella yang diceritain sama Gana itu ya? Yang jagain Saka pas dia lagi demam?”

“Gana itu Danish, Kak. Itu juga nama panggilannya di rumah.” Jelas Winni yang sudah bisa menebak kalau Gisella pasti kebingungan.

“Ohh, iya bener Bu, itu saya.” Ucap Gisella.

“Panggil saya Mamah aja, jangan Ibu. Winni juga manggiI saya Mamah.”

Gisella yang mendengar itu jadi semakin bingung, sebenarnya Winni itu siapa? Terus hubungannya dengan Pak Jendra, Danish dan Ibu yang ada di depannya ini apa?

“Ibu ini Ibunya Pak Jendra sama Danish, ya?” Gisella memberanikan diri untuk bertanya.

Ibu itu lantas menganggukan kepalanya. “Betul, tambahan juga, saya Ibunya Rini juga.”

Gisella sontak terkejut, ternyata Ibu yang ada di depannya ini adalah calon mertuanya, hehe. Perempuan itu tidak menyangka kalau Ibu yang ingin mentraktir dirinya yogurt adalah Ibunya Pak Jendra.

“Panggil saya Mamah aja, Winni juga manggil saya kayak gitu.”

“Eumm, Winni juga anaknya Ibu?”

“Mamah, sayang.” Ibunya Pak Jendra kembali mengingatkan Gisella untuk memanggilnya dengan sebutan Mamah.

“I—iya Mah, Winni anaknya Mamah juga?” Gisella kembali mengulangi pertanyaannya.

Terlihat gelengan kepalanya yang diberikan oleh Ibu itu. “Dia calon menantu Mamah, pacarnya Gana.”

Ah, Gisella mulai paham sekarang.

“KaIo kamu nanti jadian sama Arga, berarti kamu juga caIon menantu Mamah.”

Asikk, Gisella sepertinya sudah mendapatkan lampu hijau dari calon Mamah mertuanya. Dia hanya tinggaI memastikan Pak Jendra-nya saja, suka atau nggak sama dia.

“Kak Lala pokoknya harus jadi Bunda-nya Saka.” Ucap anak dosennya itu.

Tanpa kamu suruh juga, Gisella emang udah semangat buat jadi istrinya Pak Jendra dan jadi Bunda sambung anak kecil itu.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!